Mengenangmu pagi ini tak membuatku jenggah
Campuran pedih dan luka tlah menguap
Tersisa bulir bulir cerita manis yang mengendap
Meski putaran waktu terus menjauh
Kita kinipun makin jarak susah menengok
Jarak itupun semakin tembok susah mengetuk
Dan seperti inilah kita
Nikmatilah !
Rumah Pohon
1 Juli 2013
06.00 wib
Belajar Menguntai Kata Bersama Desah Alam Yang Selalu Bergutasi dibawah rindanganya Akasia.
Rabu, 28 Agustus 2013
Secangkir Kopi dimalam yang Bergelanyut Senja
Secangkir Kopi disudut malam
Coklat muda berasa suam
Sedikit pahit namun tak pekat
Selaras langit biru yang lekat
Harum Aroma menggugah rasa
Dalam cawan penuh terisi
Manis pahit bercampur gembira
Seberkas cahaya senja menari
Seseruputan membuat darah bergejolak
Sayup matapun berangsur membelalak
Ah saat yang indah tuk sedikit santai
Nikmati sisa jingga diujung hari
Seperti sore yang cepat tertelan bumi
Sejenak nanti ia cepat dingin , pasti !
Maka habiskan cepat, Sebelum ia berubah rasa
enggan tuk ditenggak, disepah pun tiada bisa
Sedikit demi sedikit habis
Tersisa ampas yang hitam pekat
senja pun bergulir tenggelam
Perlahan hanyut tak terlihat
Sejatinya hitam tak selalu menakutkan
Pun putih tak selalu bisa dinikmati
Pekat hitamnya kopi sisakan manis
Butiran tertinggal dalam kenang senja
Rumah Pohon
30 Juni 2013
20.00 wib
Bait bersama sahabatku Nurina Utami
Coklat muda berasa suam
Sedikit pahit namun tak pekat
Selaras langit biru yang lekat
Harum Aroma menggugah rasa
Dalam cawan penuh terisi
Manis pahit bercampur gembira
Seberkas cahaya senja menari
Seseruputan membuat darah bergejolak
Sayup matapun berangsur membelalak
Ah saat yang indah tuk sedikit santai
Nikmati sisa jingga diujung hari
Seperti sore yang cepat tertelan bumi
Sejenak nanti ia cepat dingin , pasti !
Maka habiskan cepat, Sebelum ia berubah rasa
enggan tuk ditenggak, disepah pun tiada bisa
Sedikit demi sedikit habis
Tersisa ampas yang hitam pekat
senja pun bergulir tenggelam
Perlahan hanyut tak terlihat
Sejatinya hitam tak selalu menakutkan
Pun putih tak selalu bisa dinikmati
Pekat hitamnya kopi sisakan manis
Butiran tertinggal dalam kenang senja
Rumah Pohon
30 Juni 2013
20.00 wib
Bait bersama sahabatku Nurina Utami
Sungai itu Bukan Aku
G ...
Akhirnya terjawab sudah resah ini
Yang beberapa lalu memandulkan mimpi
Kepalaku sesak hanya berisi tanya
Apa, Mengapa, bagaimana dan Siapa
Senyummu tak lagi angkuh meski tak jua ramah
Sikapmu kembali lugu laksana daun jatuh dihulu
Tatapan itu nyaris hangat walau masih menyisa sengat
Aiih kau berubah ... Aku yakin hal ini
Dan itu bukan karena si pengitip sepi ini
Karena si pengitip sepi ini masih berusaha menepi
Hei G bergembiralah kau dipuncak
Tlah temukan sungaimu yang jernih
Mampu membuatmu selalu bergejolak
Manakala gemericik airnya mulai menyentuh
Selamat G ...
Rumah Pohon
21 Mei 2013
15.00 wib
*G I'm happy for you
Akhirnya terjawab sudah resah ini
Yang beberapa lalu memandulkan mimpi
Kepalaku sesak hanya berisi tanya
Apa, Mengapa, bagaimana dan Siapa
Senyummu tak lagi angkuh meski tak jua ramah
Sikapmu kembali lugu laksana daun jatuh dihulu
Tatapan itu nyaris hangat walau masih menyisa sengat
Aiih kau berubah ... Aku yakin hal ini
Dan itu bukan karena si pengitip sepi ini
Karena si pengitip sepi ini masih berusaha menepi
Hei G bergembiralah kau dipuncak
Tlah temukan sungaimu yang jernih
Mampu membuatmu selalu bergejolak
Manakala gemericik airnya mulai menyentuh
Selamat G ...
Rumah Pohon
21 Mei 2013
15.00 wib
*G I'm happy for you
KAMU
Puncakmu yang menjulang tinggi
Angkuh, dingin, terjangkit sepi
Menyiratkan kau selalu sendiri
Dengan alasan Hibernasi
Tubuhmu terselimuti kabut
Tak pernah keluhkan gigil
Meski jiwamu berbalut kalut
Tak nampak semangatmu mengecil
Terbiasa autis tak membuatmu buas
Tempatmu bahkan nyaman disandar
Sekedar menapak atau bernafas
Pun tak pernah kau sadar
Mencoba mendaki nafas tersedat
Jantung memaksa nadi menyurut
Terenggah mengerjarmu
Kau hanya diam ditempat membeku
Ah sungguh dingin sekali
Hanya kelu tersisa
Kau yang tak peduli
Mampu mengecambah duka
Aku hanya menatap nanar puncakmu
Rumah Pohon
17 Janurari 2013
06.00 wib
*Gunung itu Kamu G !
Angkuh, dingin, terjangkit sepi
Menyiratkan kau selalu sendiri
Dengan alasan Hibernasi
Tubuhmu terselimuti kabut
Tak pernah keluhkan gigil
Meski jiwamu berbalut kalut
Tak nampak semangatmu mengecil
Terbiasa autis tak membuatmu buas
Tempatmu bahkan nyaman disandar
Sekedar menapak atau bernafas
Pun tak pernah kau sadar
Mencoba mendaki nafas tersedat
Jantung memaksa nadi menyurut
Terenggah mengerjarmu
Kau hanya diam ditempat membeku
Ah sungguh dingin sekali
Hanya kelu tersisa
Kau yang tak peduli
Mampu mengecambah duka
Aku hanya menatap nanar puncakmu
Rumah Pohon
17 Janurari 2013
06.00 wib
*Gunung itu Kamu G !
G itu kamu
Berbicara tentangmu akan menguratkan senyum simpul
Membuat mataku bergerak liar seolah takut ketahuan mencuri
Memikirkanmu serasa tangan ini tak berhenti menulis namamu dalam inisial
Menyembunyikannya dibalik tingkah laku konyol terkesan tak peduli
Berkenalan denganmu cukup membuat kakiku mampu melayang
Namun logikaku segera menekanku kembali kepelukan bumi
Menjabat tanganmu serasa terkena mantra pengikat pandang
Menyuruhku agar terus berasa didekatmu ternyata ilusi
Pesonamu mampu meruntuhkan tingginya logika yang kubangun
Agar aku tak terjerembab kedalam kubang yang sama
Hasilnya tetap saja tembok itu luluh lantah oleh sebuah rasa
Patah digerogoti hati berkalang kerinduan
G ... Kau yang dingin, kau yang angkuh kau yang nampak tegar
Namun kau tak begitu bagiku
G ... Kau tersakiti, kau terkhianati dan kau terluka
Itu pula yang terjadi padaku
G ... Ingin ku merengkuhmu
Meski yang kurasa kau tak mengijinkanya
Maka hendak kemana semua ini
Belum bisa terjawab !
Rumah Pohon
15 Januari 2013
19.00 wib
G itu kamu dan kamu tau itu !
Membuat mataku bergerak liar seolah takut ketahuan mencuri
Memikirkanmu serasa tangan ini tak berhenti menulis namamu dalam inisial
Menyembunyikannya dibalik tingkah laku konyol terkesan tak peduli
Berkenalan denganmu cukup membuat kakiku mampu melayang
Namun logikaku segera menekanku kembali kepelukan bumi
Menjabat tanganmu serasa terkena mantra pengikat pandang
Menyuruhku agar terus berasa didekatmu ternyata ilusi
Pesonamu mampu meruntuhkan tingginya logika yang kubangun
Agar aku tak terjerembab kedalam kubang yang sama
Hasilnya tetap saja tembok itu luluh lantah oleh sebuah rasa
Patah digerogoti hati berkalang kerinduan
G ... Kau yang dingin, kau yang angkuh kau yang nampak tegar
Namun kau tak begitu bagiku
G ... Kau tersakiti, kau terkhianati dan kau terluka
Itu pula yang terjadi padaku
G ... Ingin ku merengkuhmu
Meski yang kurasa kau tak mengijinkanya
Maka hendak kemana semua ini
Belum bisa terjawab !
Rumah Pohon
15 Januari 2013
19.00 wib
G itu kamu dan kamu tau itu !
Minggu, 19 Mei 2013
Selintas Rasa Yang Aneh
Gemuruh didada sesak menerjang
Serasa sukma terbawa angin
Mulut enggan berkata lapang
Namun tak jua dihati ringan
Pikiran bimbang tak menentu
Mengusik kebeningan kalbu
Tersentak menatap pilu
Insan bersemi memadu
Ada apa gerangan hingga ini terjadi
Langkah tersudut menunggu mati
Logika Menguap bertitik didih emosi
Memadat bentuk bola kristal benci
Seperti itukah cemburu
Tak ingin gemuruh emosi
Luapan yang tak terkendali
Memalu pilu relung sanubari
Stttttt diamlah kalian semua
Agar darah ini tak memuncak
Beri waktu otak berhenti terhenyak
Mereda bersama laju sang kala
Aku cemburu .....
Rumah Pohon
19 Mei 2013
15.00 wib
*sumber gambar : http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/04/11/cemburu-menguras-hati-353947
Ling Lung
Tak jelas lagi antara kanan dan kiri
Tak paham benar arti tidak atau iya
Hanya sanggup beri senyum basi
Tanda menyerah akan tiba
Menenggok kebelakang tersebutlah Ling
Menhadap depan bertemulah Lung
Tak tau hendak kemana jari berjejak
Tak mengerti berapa kali gigi gemeretak
Selintas angan terasa ringan
Bebas menari meliuk kesana kemari
Kemudian Byaaaaaar ia mati
Tertindas kapitalis beruban
Ide mati, kebiasaan sekarat terkungkung pola kebiasaan
Ling Lung makin berhasrat Jiwa makin tertekan
Dan sampai kapan ia menetap ?
Rumah Pohon,
19 Mei 2013
13.00 Wib
*sumber gambar : http://terasimaji.blogspot.com/2010/06/bingung.html
Menapaki Rindu
Terjerat peluk kenang tak jua sanggup hilang
Berpeluk nyalang meski merindu hening
Tak sama dalam memori bila lihatkekosongan
Termanggu dalam hening mencari yang dicari
Berkecambuk lirih tak tentu
Rindu yang tak pernah ada
Berbisik pada ilalang
Rindukah pada angin ?
Rasa itu telah menguap
Hilang dalam dekap bayu
Menderu gulung pengap
entah siapa hendak ia rayu
Bulir tetesan menjawab tanya
Takkan ada kesempurnaan
Berat memaknai namun sederhana
Lapis yakin beri makna
Tanya mengapit jawab
Berkata sempurna itu ilusi
Sedang sederhana itu terapi
Yang akan memberi rasa hangat
Rumah Pohon
19 Mei 2013
10.00 wib
*bait tercipta bersama kawan sekaligus sahabat baik saya Nuri
Sumber gambar http://sekilaspopuler.blogspot.com/2012/12/puisi-rindu-buat-kekasih.html
Berpeluk nyalang meski merindu hening
Tak sama dalam memori bila lihatkekosongan
Termanggu dalam hening mencari yang dicari
Berkecambuk lirih tak tentu
Rindu yang tak pernah ada
Berbisik pada ilalang
Rindukah pada angin ?
Rasa itu telah menguap
Hilang dalam dekap bayu
Menderu gulung pengap
entah siapa hendak ia rayu
Bulir tetesan menjawab tanya
Takkan ada kesempurnaan
Berat memaknai namun sederhana
Lapis yakin beri makna
Tanya mengapit jawab
Berkata sempurna itu ilusi
Sedang sederhana itu terapi
Yang akan memberi rasa hangat
Rumah Pohon
19 Mei 2013
10.00 wib
*bait tercipta bersama kawan sekaligus sahabat baik saya Nuri
Sumber gambar http://sekilaspopuler.blogspot.com/2012/12/puisi-rindu-buat-kekasih.html
Langganan:
Postingan (Atom)