Memory

Memory
Last Season

Jejakku

Minggu, 30 Mei 2010

Selamat Pagi




Pagi datang dengan kemayu
Memeluk bumi dengan merdu
Suaka menyambutnya melagu
Berbagi bersama sebuah sendu

Kenari mengepakan sayap memutari halaman rumah
Menyapa tiap penduduk dengan ramah tamah
Bersenadung ria walaupun dia kehilangan arah
Tak pernah kulihat dia sedikitpun lelah

Jagung dihalaman tumbuh berseri
Pun padi disawah tampak tertunduk damai
Mewakili sebuah hati yang sedang bersemi
Menandakan sebuah kecambah cinta telah hadir bergemulai

Pagi datang bersama sebuah rindu
Pagut sepi melawat sebuah lagu galau
Tersenyumlah wahai semesta
Karena pagi ini sungguh ceria

Selamat pagi dunia
Pagi indonesia
Pagi margasatwa
Ijinkan kami menyenandungkan sebuah lagu suara hati yang tengan bergembira
Menyambut sebuah kasih Tuhan yang tiada pernah habis dibagi


Rumah Pohon
31 mei 2010
05.00 wib

Aku dan Kaleng Rombeng




Kerontang...
Begitulah bunyi
Uh berisik sekali ditelingga
Terkadang mampir rasa risih
Bentuknya usang
Warnanya sudah luntur penuh dengan warna karat
Wadahnya sudah penyok tergerus badan jalan raya

Kaleng kaleng rombeng
Kemana akhir tujuanmu
Terbuang dionggokan sampah
Atau kadang harus dilebur lagi bersama sirombeng lainnya
Aih kasihan sekali kau ....

Bagaimana jika aku membuatkan kau lebih berharga
Bagaimana jika aku mendaur ulang tubuh pentokmu
Menjadi bermacam macam aneka kreasi
Maukah kau menerima ajakanku
Kuharap kau mau karena dengan demikian aku masih tidak kau cap sebagai manusia yang tak tau diri
Habis manis sepah dibuang

Aku tahu kau pasti menangis manakala tubuhmu menyumbat saluran air sehingga mengakibatkan banjir
Aku mengerti kesahmu yang tak sempat terucap ketika karat mengerogoti tubuhmu di tumpukan sampah
Aku mengetahui deritamu harus terlindas ban ban mobil dijalanan, mengelinding tak jelas membuatmu tak rupa kaleng

Setidaknya ijinkan aku mempercantikmu lagi
Sehingga kau tak merasa percuma untuk diciptakan
Karena memang tak ada yang percuma didunia ini
Semuanya pasti berguna
Begitupun denganmu walau hanya kaleng rombeng

Yuuuuk ikut aku
Kita mencari saudaramu yang lain
Kita bersihkan sudut lainnya dengan perlahan sehingga tak bunyi kelontang lagi
Dan kelak berubah menjadi sebuah kreasi kaleng indah

Tegakkan kepalamu
Waktumu kan tiba
Tak lama lagi
Tunggu saja

Rumah Pohon
30 mei 2010
16.00 wib

Sabtu, 29 Mei 2010

Antara Kau yang berkacamata, dan Kutilangku Dalam Dekap Senja

1/


Kau dan senja adalah rangkaian cerita yang indah untuk tetap kualunkan dalam nada nada citaku meski aliran airmu tak lagi mengairi taman hatiku, namun tak kau lihatkah jejak mata airmu mampu menumbuhkan sebentuk akar cinta yang sanggup menembus sebuah cadas.



2/


Kau dan kacamatamu adalah sebuah kekhasanmu yang tampil dengan sederhana, sesederhana nyanyian perdu yang pernah kau yakini akan mempertemukan kita dipadang savana meski kutahu itu sulit kugapai.


3/


Kau dan kutilangku adalah sosok yang berbeda namun mampu memberiku selarik pelangi semangat yang terus menumbuhkan bunga bunga harapan ditaman mimpiku


Kau yang berkacamata dengan kutilangku adalah satu kesatuan, Senja terlampau indah untuk dapat memisahkan kita bertiga. Kau dengan kacamatamu selalu bercerita tentang senjamu yang riuh oleh kepakan manyak sehingga menciptakan jingga smaradhana, sedangkutilangku selalu berceloth tentang senja yang rebah dipundaknya dengan gelayut biru yang membara anggun.

Hey kalian, adalah senjaku.
Jangan pernah menghilang sebelum kusapa kalian dalam teduhnya mata surnya yang hendak berganti senyum bulan.
Kalian yang sama sama penikmat senja ajarilah aku untuk merangkai hari bahagia dihadapan senja yang selalu membuat kalian nampak sempurna.
Sekalipun senja kita tak pernah sama tapi bolehkan aku meminjam istilah senja kalian untuk kunikmati sejenak hari ini ?

Ayolah jangan pelit
Kau tidakkkah kau ingin membagi senjamu itu yang dulu pernah kita nikmati berdua dibawah akasia
Dan kutilangku aku takkan meminta senjamu yang rebah tapi ijinkan senja itu aku pinjam untuk membantu melupakan sosok kabut semalam

Jangan pelit ya


Rumah Pohon
30 mei 2010
17.00 wib

Jumat, 28 Mei 2010

Kopi Mimpi

Hitam ...
Mengentalkan rindu
Memekatkan sebuah rasa
Merasuk dalam sukma
Menjalar meracuni aliran nadiku

Wangi ...
Membumbungkan damai
Menidurkan gelisah
Menyapu ampas kesah
Menerbitkan segenap barisan mimpi

Pahit ...
Menetralkan luka
Membungkus duka
Mengobati hati yang patah
Merangkai sebuah petuah

Aku mengingatmu dengan cara yang berbeda
Cara dimana mungkin tak pernah aku duga
Aku mengingatmu dengan secangkir kopi pahit
Kopi yang meracuniku untuk terus menegaknya dalam mulut

Itulah caraku mengenangmu
Dalam balutan sebuah aroma
Mampu membunuh sebuah rindu
Mampu menuntaskan penantian rasa

Adalah pekat
pahit
hangat
tanpa sekat
hanya pagut
: kopi mimpi

Sejenak melupakanmu
Dengan kopiku .


Rumah Pohon
29 mei 2010
06.00 wib

Kamis, 27 Mei 2010

Indahnya Gunung Angkuh Itu




Aku memandang beliau seperti sebuah gunung agung
Tegak tinggi menjulang terbalut kabut dingin dan angkuh
Ya keangkuhan yang terlihat nyata diretinaku

Beliau yang tak pernah berkata rindu meskipun pada kenyataan beliau terlampau risih mengatakan sebait kata rindu kepadaku

Beliau yang hampir tak pernah ada dalam album kenangan keluarga karena sibuk untuk menepatkan kami sebagai yang utama

Beliau adalah seseorang yang akan dengan mudahnya memaafkan kesalahan kami tapi tidak dengan kesalahannya sendiri

Beliau yang kupandang angkuh dan dingin sedingin gunung es ternyata jauh lebih lembut daripada hembus angin yang bersahabat dengan pinus dan menciptakan melodi bersimphoni

Beliau yang jarang mengeluh mengenai segala resah ternyata menyimpan gulana dipadang hati, tapi tetap sejuk yang terasa didekatnya tak pernah kurasa badai

Beliau dengan sorot mata tajamnya menyimpan segala kehangatan mentari yang mampu membuat semua alam berseri ketika pagi bersemi

Ya beliau adalah ayahku
Gunung angkuh itu ternyata seorang yang berada dekat disampingku ketika aku sakit tanpa pernah berkata satu patah kata

Ah kini kusadari bahkan sebuah gunung punya sebuah sisi kelembutan, begitu pula dengan beliau yang ternyata seorang manusia yang memiliki rasa, cinta dan sayang

Akhirnya kini aku bisa melihat keberadaan gunung angkuh didepanku dengan sebuah keindahan, layaknya sebuah danau yang jernih yang dipenuhi angsa berenang menyelami sebuah indah.

Akhirnya ....
Keindahanku semakin lengkap



Rumah Pohon
28 mei 2010
07.30 wib
** ayah adalah sosok istimewa dalam kehidupan seorang anak dalam perjalanan hidupnya

Bait Puisi Yang Terangkai Bersama Sahabat




Ketika rindu terhalang oleh sekat bernama jarak
Maka hanya kepada angin ku sampaikan desahku
Kepada bintang kutitipkan sebuah pijar doa
Kepada air kuiringkan kesejukan pelepas dahagamu
Dan kepada ilalang kunyatakan kegelisahanku yang mendalam menahan sebuah pertemuan
Karena aku takkan mungkin menyampaikannya kepada siapapun juga mengenai resah ini
terutama padamu yang begitu rapuh
Maka jangan katakan Rindu sayang
Cukupkanlah alam yang akan menyampaikan semua gulanamu

Percayalah dia akan menyampaikan dengan cara yang tepat.

Pandanglah Senja disana hati kita bertaut layaknya sepasang kekasih yang dimabuk smaradhana.


Senjaku tak kan pernah sama lagi.. begitu pula pagi, malam dan siangku..
meskipun waktu yang mengalir hanya sebuah perulangan masa
entah kenapa, sajakmu membuat aku menitikkan tangis
kau tidak akan meninggalkan aku sendirian kan?




Karena butir air itupun telah menete dari balik mataku pula
Kau tau itu artinya hati dekat sayang
Maka tak usah kau cemaskan apapun
Karena aku akan selalu menemui dalam jingganya senja
Merah membara menahan rindu...
Bilur penat akan berubah menjadi sebuah damai

Percayalah
Senja takkan pernah sama tapi jingganya, merahnya, magenta yang tersembul akan selalu mencerminkan satu rasa
Dan rasa itulah yang akan tetap sama sampai waktu mempertemukan kita
Dibatas sebuah penantian

Begitulah takdir kita mungkin



Ingat pertama kali kita berceloteh tentang hujan?

dulu aku berteriak, aku benci hujan!!
dan kau berkata hujan itu indah sayang..
barangkali itulah adanya kita..
bersebrangan dalam banyak hal namun sejatinya kita erat menggenggam satu dan lain nya..

berpuluh malam ku keluhkan rindu yang sama untuk merpati
dan kau hanya tersenyum dan berkata nikmatilah..

maka ku nikmati deraan rindu itu dimalam sepiku

kapan kiranya aku bisa bertemu dgn mu?



Kutilangku
Sebuah pertemuan sejatinya hanyalah sebuah simbolis
Yang utama adalah keterkaitan hati kita

Kau ingat aku tak pernah suka terhadap elangmu... See More
Tapi aku tak pernah membuatmu terkekang dalam sebuah sangkar nasehat
Nasehat bukan sebagai sangkar
Nasehat adalah sebuah ikatan tanpa tali yang bisa kau pegang atau kau lepas sesuka hatimu berkata

Ingatkah kau ketika aku berkata bahwa hujan indah
Karena aku ingin kau tak larut dalam sedih
Aku tak rela jika kau harus menitikkan butir yang aku benci

Ingatkah itu semua
Maka akan hilang gundahmu
Biarkan waktu yang menentukan pertemuan untuk kita
Detik yang menjalin ke menit dan menit yang memintal menjadi jam kemudian jam berubah hari
Nikmati perjalanan waktu itu
Dan kau akan tersenyum


Elang dimataku tetap elang yang akan selalu menetap meski kepak sayapnya menjauh..
elang yang tak kan pernah bisa ku lenyapkan meskipun terkadang aku ingin melepasnya pergi
melihat ia bebas dalam petualangan nya telah cukup bagiku meski untuk itu aku harus sekarat menekan rindu..

ah, aku tak kan lgi menyoal elang jika kau tak ijinkan.....
dan aku tau pasti, meskipun aku diam.. hatiku tetap akan bernyanyi tentangnya

menyebalkan ya?

aku mengerti, kau lebih peduli meski kadang dalam bisumu mengkhawatirkan aku

maaf, membuatmu sedih melihat bening air yang tak sempat ku susutkan dgn sapu tangan biru yang kau berikan



Kau memiliki elang dengan biru matanya
Sedang aku justru meridukan sorot mata elangku yang terbang entah kemana
Yang pasti hanya dia dan kepakan sayapnya yang sanggup meredam desakan emosi rindu

Aku diam bukan berati tak pduli...
Aku diam lebih karena aku tak ingin menjadikan bimbang bagimu
Kau sudah terlampau resah olehnya

Aku yang luka
Kau yang cantik
Dia yang Nyata
: satu cinta

Aku menerima
Kau yang diterima
Dia yang menjauh
: beda

Satu cinta dengan hati yang berbeda


Ah, ternyata cinta..

cinta aku
cinta kamu
cinta dia...
:cuma cinta cuma2

benarkah dia cinta?
benarkah aku diterima?
:tak harus ku tau jawabnya

cukuplah dia tau
cukuplah kau mengerti
cukuplah ku pahami



Kau bersama angin
Menjelajahi bumi
Bertebaran tak hingga
Mendewasanku
... See More
Jangan sudahi kisah ini
Jangan berakhir sekarang
Aku masih ingin mendengar ceritamu

Maka jangan pernah berfikir kau sendiri karena aku selalu rindu akan kicaumu dihari rabu pagi


Belum berakhir sayang..
belum mampu keselesaikan catatanku tentang elang,
belum ku selesaikan dongeng yang kemarin ku tulis di lembaran kertas dgn tinta berwarna hijau

bisa kau bantu aku menyelesaikan nya??...

tiba2 aku merasa benci.. kenapa setiap hal tentang dia menjadi begitu penting???

harus menjadi sempurna tanpa cela..
meskipun aku tau, dia tak butuh semua pujianku

sebab dibalik semua kehebatannya.. dia tetap dia yang apa adanya




Dan kita semakin tetap disini
Menanti elang itu datang
Aku akan membantumu menuntasakan satu episode
Hanya untukmu bukan dia ......

Tak ada yang sempurna tanpa didahului cela
maka jadikan luka itu sebuah cela dahulu
Untukmu menjadi sempurna

Sahabatku, Kutilangku, Adikku
Kisah ini takkan pernah berakhir sejatinya
Karena selama kaki kita mampu melangkah
Mulut kita mampu berkata
Maka takkan habis untuk dibagi sebuah cerita
Suka dan duka apapun itu akan terasa indah

Dan aku tetap disini meski kita tak berjabat tangan
Kusudahi perbincangan ini kawan
Bersua kembali dalam lain cerita
Kuharap kau takpernah berlalu bersama kala



Rumah Pohon
27 Mei 2010
12.00 wib
SeBUAH puisi yang spontan terjadi antara aku dan sahabat kecilku
sahabat yang sejatinya tak pernah kusentuh
Tak pernah bertatap muka ataupun berjabat tangan
Tapi sesungguhnya hati kita saling terpaut.
Untuk segenap rindu yang tertumpah pada cawan hati.

Rabu, 26 Mei 2010

Surat Cinta Yang Tlah Usang




Kepada :
Yang Terlembut diantara lembutnya angin yang bertiup


Menjelang sore yang indah, ketika guyur hujan mulai reda dan bau tanah basah tercium dari halaman
Tiba tiba kurindukan dirimu, sosok wajah manis penuh kelembutan yang beberapa hari ini selalu menghiasi langit semestaku. Mewarnai setiap mimpi yang terbangun di setiap ujung malam.
Ku takkan menyalahkan diri, jika pada saat yang tidak sempurna ini kunaifkan diri hanya sekedar untuk menyebut namamu, mengenang setiap sikap manismu, untuk mengulang seribu nayangmu yang takkan pernah henti hadir disini. Aku katakan ... Aku jatuh hati.
Sebagaimana riak sungai yang rajin menyapa bebatuan di sepanjang lembah
Sebagaimana riuhnya nyanyian sekumpulan angsa hutan yang tengah memenuhi telaga karena datangnya musim semi.
Dengan sekedarnya juga ... Ku tuliskan ini untukmu :

CINTA, NAMPAKLAH LEMBUT SAYAP KUPU KUPU ...
SKETSA INDAH, DENGAN RAGAM WARNA
SATU HAL YANG TAK PERNAH TERINGKARI, DALAMNYA SEBUAH KASIH BESARNYA SEBUAH RINDU
CINTA, SEKALIPUN ITU TERENDAM OLEH LUAPAN WAKTU DAN HANYUT DALAM ARUSNYA SEIKHLASNYA KUPATUHI KUHADAPI KUSAYANGI DIRIMU


dari :
Sang bayu yang takkan pernah lelah membelai indahmu


Lantas apa yang harus aku arungkan terhadap kini
Apa lacur jodoh tak berpihak pada kita
Memaksapun takkan mendapati kata damai
Maka sebaiknya pergilah bersama sebait doa

Dan semua memang Usang
Cerita kita
Surat ini
Antara kau dan aku sudah menjadi lalu

Terimakasih atas sketsa indah
Kan kubingkai semuanya dalam hati.


Rumah Pohon
27 mei 2010
06.00 wib
** sebuah surat dari seseorang yang kini tlah mengabur dari hatiku

Untaian Kata




Seseorang Berkata Padaku :
Saat kau dilahirkan kau akan menangis
dan semua disekelilingmu tertawa bahagia
Jalani hidup sedemikian rupa
Sejatinya hidup bukan dihitung dari berapa banyak kita tertawa
Tapi pada apa yang telah kita perbuat sehingga kita menjadi bahagia
Maka pada saatnya ketika disekelilingmu menangis
Hanya kau yang tersenyum bahagia

Ini adalah sebuah siklus
Mulai dari kelahiran, kehidupan dan kematian
Saat kau dilahirkan kau menangis
Karena kau begitu damai berada dalam perut ibu
Indah sekali begitu tenang
Tapi sesudahnya justru kau menangis ketakutan
Terang yang tak kau jumpai selama kau 9 bulan didalam membuatmu takut

Hidup ini adalah sebuah petualangan
Pengembaraan tiada batas
Mencari dan terus mencari
Apa yang dicari terkadang kita sendiri tidak tahu
Yang terasa hanyalah rasa puas ketika sudah menemukannya

Bahagia adalah ungkapan jiwa
Tak bisa dicari tapi gunakan hatimu
dan ia akan menuntunmu menemukan bahagia itu apa
Bahagia ketika kau melihat orang lain bahagia
Bahagia ketika kau mengulurkan tangan pada sesama
dan bahagia ketika alampun kau ajak bergurau

Mati adalah sesuatu yang pasti
Dan membuat kita ketakutan
Yang jelas ketika kita bahagia
Mkaa takkan ada lagi ketakutan akan mati
Dan saat itu ketika orang lain menangisi kematianmu
Maka kau tersenyum bahagia karena kau akan damai disana

Hidup selamanya



Rumah Pohon
26 Mei 2010
15.00 Wib

Cerita Yang Tak Tuntas




Entah ...
Bagaimana akhir daripada tulisan ini
Aku tak tahu
Karena saat ini aku sedang dilanda kebimbangan
Menentukan tema yang akan kujalani
Memilih prolog yang akan kulalui
Semua membuatku diam
Meringsut dalam kesendirian

Entah ...
Susahnya melukiskan keadaan saat ini
Yang ada hanya sisa semangat untuk tetap menulis
Mempersembahkan sedikit yang tertetes dari yang telah menguap
Bersama sinar matahari yang panas menyengat semangat

Entah ...
Rasanya aku ingin tetap diam saja
Tapi ah malu dengan alam jika aku menyerah
Sementara pelangi, senja dan fajar masih setia menemaniku
Malu

Jidat ini mau ditaruh mana
Jika hanya cobaan seperti saja aku menyerah
Tak pantas aku mengeluh layaknya anak kecil
Sementara anak kecil belum tentu mengeluh akan hidupnya
Pengecut !

Eh Bangkit
Bodohnya jika kau kalah sekarang
Karena kemarin kau berteriak kuat
Lawan dia
Lawan penyakitmu
sampai kau benar benar mati
Sampai tanganmu tak bisa menulis
Hingga otakmu menjadi tumpul karena kram
Lawan semua ... Penyakit takkan pernah menang oleh semangat .



Rumah Pohon
26 Mei 2010
12.00 Wib
** Penyakit ?? Kalian tau apa itu penyakit
Jika tahu mungkin ada yang ingin melengkapi kata kataku




Gambar diambil dari ;
http://www.vavai.com/blog/uploads/senjakala.jpeg

Senin, 24 Mei 2010

Cangkir Hati




Hmmm
Cangkir hatiku kembali retak
Setelah sebelumnya kurekat dengan lem kerinduan
Apa makna dari semua ini

Sebelumnya
Cangkir ini selalu hangat
Oleh kopi kepercayaan
ataupun teh ketulusan
oh atau susu cinta
Aku tahu pasti
Karena cangkir ini telah banyak dipenuhi aneka jenis minuman hati

Baru beberapa minggu lalu
Kurasa cangkir itu patah
Iya patah menjadi dua
Setelah kopi kepercayaan yang ada didalamnya dirusak oleh sebuah gula dusta
Manis tapi menimbulkan luka

Aku mencoba mengais ngais retakannya
Kususun lagi dengan lembut
Kurekatkan kembali
Tapi kurasa kali ini takkan berhasil
Karena kau memang tak berniat ntuk memberiku lem rindumu
Dan kini cangkir itu kemabali patah

Biar !


Rumah Pohon
25 mei 2010
06.00 wib

Minggu, 23 Mei 2010

Sebuah Tanya




Aku berdiri diantara koma dan titik yang akhirnya menimbulkan sebuah tanda tanya, haruskah aku berhenti sekarang.



Rumah Pohon
24 Mei 2010
08.45 wib



Ikutan Kontes Fikmi Mini yang diadakan oleh :
http://akubunda.wordpress.com/2010/05/16/wi3nda/

Jumat, 21 Mei 2010

Makna Dari Sebuah Petualangan




Kadang kita merasa hilang, namun tetap ada dalam sepi
Kita tidak pernah merngerti makna dari sebuah petualangan namun tetap dijalani.
Rasa yang selalu ada dalam perjalanan adalah kekhawatiran tetapi ada juga rasa nyaman.
Lantas apa yang harus kita arungkan dalam nestapa jalan setapak ?

Kita berbagi dalam penderitaan, tetapi juga dari kegemberiaan kita mengenal rasa kasih sayang.
Lintasan haruskah selalu lurus untuk mencari kesempatan dari sebuah rencana ?


A.A sebuah inisial
7 desember 2009
06.00 wib

** puisi ini dikirim oleh seorang sahabat maya saya yang belum pernah saya temui bahkan mendengar suaranya saja saya juga tak sempat, tetapi perhatian yang dia berikan mampu menepis itu semua seolah ingin berkata "aku ada disampingmu jika kau membutuhkanku".
Terimakasih untuk anyaman persahabatan indah ini, terimakasih mau menjadi bagian dari hidupku.

On My West





Rie
Engkau adalah pantaiku
Dengan deburan ombak yang menghantam karang hatiku
Dengan gulungan airmu yang terus mengenangi tepianku
Dan tentu saja dengan birumu engkau menyentuh rasaku

Rie ...
Engkau tetap lautku
Melabuhkan kapal kegundahan
Demarga untuk kesunyian
Merupakan tujuan akhir dari sebuah aliran sungai

Tapi aku hanya buih bagimu
Terombang ambing oleh keganasan ombakmu
Tergulung oleh amuk aliranmu
kau bahkan tak mengerti akan kehadiranku

Bibir pantaimu selalu ingin kucumbu
Tetapi kau selalu menyeretku ketika aku hendak sampai
Tak pernah aku bisa menyentuhmu apalagi menyetubuhimu

Dan walaupun aku menjadi pantainya
Kau takkan pernah mau menjejakkan kakimu dibibirku
Takkan
Takkan pernah
Karena sesungguhnya tak pernah ada buih yang bersatu padu dengan laut kecuali menghilangkan buih itu dan memunculkan buih baru

Mungkin itu artiku bagimu
Rie sosok yang indah
Seindah Pantai yang kupuja
Saat senja menjelang
Kau memang Indah
Sayang bukan untukku


Rumah Pohon
21 mei 2010
19.00 wib

Ketika Hujan Datang





Bau tanah menyeruak diujung hari yang tersiram oleh butir butir kesegaran langit yang mencurahkan peluhnya

Tak terasa mengingatkanku pada peristiwa lalu ketika kita bertemu di Surabaya dan nampak berlari kecil menghindari tetesannya

Kuyub badan kita diantara rinai hujan dan memaksa kita berteduh disatu sudut pertokoaan bungai rampai kana

Mataku mengeryit menatap tulisan tersebut, dan aku bertanya padamu apa maksud bunga rampai kana yang terampang didalam etalase kaca

Tanpa kuduga kau berlari menerbos rintiknya hujak dan memasuki etalse tersebut dan aku hanya bisa berkata kau gila

Semenit berlalu, lima menit terbuang oh aku gelisah menantikanmu, apa yang kau lakukan didalam sana

Lantas kau keluar sambil tersenyum dengan membawa sebuah rangkaian bunga cantik berlabelkan "kana"

Kau berkata "ini untukmu". Serampai bunga cantik untuk wanita yang sedang kasmaran oleh darah asmara

Kau mengulurka tangan mengajakku untuk menikmati guyuran langit, dan aku tentu saja aku akan menyambut uluran tanganmu, kita menari dan tertawa

Ah rasanya baru kemarin aku mengalaminya, tapi aku salah peristiwa itu sudah hampir satu windu dan itu bukan waktu yang singkat untuk sebuah peristiwa

Kini mataku nanar menatap rintikannya, hidungku sombong untuk mengakui aroma harum tanah yang membangkitkan sejuta kenangan akan sebuah rasa

Yang ingin kulakukan kini hanyalah mandi dibawah guyuranya, berharap membasuh dahaga sekaligus meluruhkan segala galau yang mendera

Mungkin dengan tak bersikap munafik aku justru mampu menikmati indahnya air air ini tanpa ada lagi rasa kecewa

Kurasa itu cukup adil, biarlah kau tetap disana aku yakin andai hari ini kau disini kaupun akan mengajaku melantai berdansa

Tidurlah sayang, lelapkan mimpimu dalam barzah ijinkan aku menikmatimu dalam senja dan hujan yang sering membuatmu tertawa bangga

aku hari ini hanya ingin bermain hujan sayang.....


Rumah Pohon
21 mei 2010
13.00 wib

Rabu, 19 Mei 2010

Sepengal Kisah Dalam Secangkir Kopi Cinta




Aku menemukanmu disudut sebuah kedai kopi
Tempat dimana aku menghabiskan sisa soreku bersama kepakan merpati
Seperti biasa cangkirku selalu diisi dengan kopi pekat tak berasa manis
Karena manis selalu membuat gigiku gemeletak menahan ringgis

Aku hanya mampu mengintipmu dibalik novel yang kubaca
Selebihnya kubiarkan waktu bergulir menurunkan senja
Dan kau, kau tak henti menatap cangkir kopiku seakan ngeri melihat hitamnya
Mungkin kau belum pernah menikmati kopi pekat ini sehingga menimbulkan tanya

Sampai satu hari kau duduk dihadapanku dengan membawa mochaccino-mu yang lembut
Aroma moccanya mampu membuat mataku mengalihkan arahnya dari novel faforit
Kau hanya tersenyum melihatku memperlihatkan gigi putihmu yang rapi terawat
Seakan gemas melihat kecuekkanku padahal dalam hati aku menikmati perkenalan yang sangat memikat

Kau yang parlente dengan jas hitam, baju warna pastel dan sepatu ala big boss merupakan sebuah daya tarik
Tapi bukan itu yang kulihat melainkan kau dengan kopimu yang memaksaku mencoba barang setitik
Dan aku dengan mata melotot berpura pura marah tetap saja berusaha menolak
Walau aromanya sudah mencuri indra penciumanya untuk segera menegak

Kau makin mempesonaku manakala kau memperkenalkan nama kopi itu adalah kopi cinta
Kau menjelaskan seksama komposisinya sehingga tercipta rasa cinta
Yaitu senyum tulus, rasa ikhlas dan kepercayaan untuk memulainya
Tanpa sadar akupun meraih cangkir itu dari jemarimu dan menegaknya kemudian menunggu reaksinya

Manis tapi tak membuatku meringgis
Manis dengan racikan pas
Manis dengan aroma berlapis
Dan tentu saja ini fantastis

Ah rupanya aku terlalu terpaku pada kopi pahitku
Sepahit kisah cintaku dimasa lalu
Yang seolah enggan berlalu
Erat mengikatku dalam belenggu

Kau yang membuatku merasakan rasa berbeda
Kau yang merangsangku menumbuhkan cinta
Dan itu bukan fatamorgana

Sebuah cinta yang telah bersemi dari secangkir kopi cinta telah menyatukan dua hati
Dan kini aku bisa berkata bahwa manis itu adalah cinta dan cinta itu kamu dan kamu seperti kopi ini.


Rumah Pohon
20 Mei 2010
12.00 wib
Gambar diambil disni :http://www.google.co.id/images?um=1&hl=en&tbs=isch:1&ei=fuf0S5WeH9S4rAf2tvyvCg&sa=X&oi=spell&resnum=0&ct=result&cd=1&q=GAMBAR+KOPI+MOCHACCINO&spell=1

Cerita Kami Anak Jalanan




Bapak,
kapan saya bisa sekolah lagi
Bertemu teman disekolah tiap pagi
Bercanda sambil meliuk menari
Tak lupa mencari ilmu pasti

Ibu,
Saya ingin menjadi pandai
Sehingga bisa membuatmu lebih santai
Tak perlu berpeluh dalam mencari sesuap nasi
Tak perlu bersusah payah mengais rejeki

Kawan,
Adakah dari kalian yang bernasib sama
Andai tidak masih bolehkah engkau membagi ilmu
Agar saya sedikit menjadi tahu
Siapa tahu kelak saya mendapat kesempatan untuk beda

Ah mengapa saya selalu bermimpi
Sedangkan untuk suap yang dimakan saja kami tak pernah pasti
Bekerja tak kenal waktupun belum mampu menopang hidup secara layak
Apalagi jika saya harus mengenyam sebuah pendidikan bisa morat marit seperti diayak

Belom lagi kami harus siap siaga
Berjibaku dengan kantib kantib kelas satu
Berlomba menghindari dengan lari secepatnya
Agar tak dibawa kedalam jerusi besi yang bau

Sial !!!

Ya saya hanya anak seorang melarat
Yang terjerat sebuah benang kemiskinan
Membuat kami tak henti hentinya untuk mengerat
Asalkan esok kami masih sanggup bertahan

Impian hanya sekedar impian
Akan terkubur bersama waktu
Saatnya kembali ke kenyataan
Dimana waktu takkan pernah tahu, Kami selalu dicerca layaknya benalu.

Dari jalanan kembali ke-jalanan.


Rumah Pohon
20 MEI 2010
09.30 WIB

Minggu, 16 Mei 2010

Memori Sebuah Luka






Terima kasih
Tlah kau torehkan secuil lika
Yang membuatku mengerti apa arti mencintai

Terima kasih
Atas penghianatan yang indah
Sehingga aku menghargai sebuah kesetiaan

Terima kasih
Karena telah menghancurkan semua mimpi mimpi
Membuatku harus bangun dan kembali pada kenyataan

Terima kasih untuk semua
Walau tak indah lagi bagiku
Dimana dahulu senantiasa menyilaukanku
Namun aku takkan pernah menyesalinya
Bukankah hidup seharusnya berjalan takkan pernah sempurna
Sehingga dari situ kau akan menjadi lebih dewasa

Terima kasih
Luka itu cantik
Luka itu anggun
Luka itu elok
dan Luka itu adalah aku


Rumah Pohon
16 Mei 2010
21.00 wib

** haruskah luka membuat airmata kita mengering ???
sudah saatnya luka membuat kita tegar .

Jumat, 14 Mei 2010

Biru






Seluas mega membentang mengelilingi jagat raya
Selembut bayu yang sepoi mengalur dihamparan savana
Sedamai hati yang tertidur dalam pelukan sang bunda
Berseri menceriakan guliran hari tanpa ada jeda

Itulah Biru
Biru dilangit, biru dihatimu, birunya laut, atau bahkan biru yang sengaja tebarkan dalam tapak hidupku

Tenang menghanyutkan
Menggulung kesedihan
Menyurutkan kemarahan
Mengajarkan keindahan

Tak mampu kusandingkan dengan biru apapun
Tidak dengan birunya awan yang mengantung dilangit
Tidak pula dengan indahnya deburan pantai
Atau bahkan dengan birunya hatimu

Ini adalah biruku
Biru yang tak lagi murni biru
Biru yang bercambur bilur luka
Biru yang menganga oleh merahnya sebuah noktah
Biru penuh emosi pertanda sebuah ketakutan
Bahkan sebuah kesedihan
Ya itulah biruku
Takkan pernah sama dngan apapun
Maka biarkan aku menikmati biru ini sendiri
Dalam senja yang selalu setia menemani dalam kesendirian.
Cukup aku dan senja dalam balutan Biru.


Rumah Pohon
15 mei 2010
06.00 wib

Kamis, 13 Mei 2010

Akasia Randu Jati







Dear Akasia Randu Jati

Apa kabar
Lama tak menyapamu dalam buana
Karena tentu saja kau tak bisa kutemui kecuali dalam mimpi
Pun wana dan hima yang kau cinta tak menampakkan bayanganmu

Akasia aku ingin bercerita,
Kau masih ingat tentang Seloka yang kau titipkan dalam buku harianmu
Ah masih tersimpan rapi dalam lemari pandoraku
Tak pernah kubuka kecuali saat aku merindumu
Seperti saat kemarin dimana aku merasa sangat sendirian

Aku mencoba mencarimu
Dalam hembusan bayu
Di kedalaman tirta
Pada cerahnya mega mega
atau jenggala yang gersang
Tapi kau tak ada

Apa aku benar benar kehilanganmu
Aroma akasiamu pun tak lagi menyeruak dalam kisi kamarku
Apa gerangan terjadi ?
Apa kau marah padaku
Karena ak melupakanmu untuk beberapa saat dalam buaian cinta
Akasia ....
Saat ini hanya kau yang mampu mendekapku meski hanya dalam semu
Meski aku hanya dapat menemuimu dalam kamus kamus usang nan lusuh
Meski mungkin kaupun tak dapat menyetubuhiku lagi

Akasia aku rindu
Aku rindu hangat gengaman tanganmu kala kita menyebrangi jalan yang ramai oleh lalu lalang kendaraan
Aku rindu bahumu yang bidang menampung sanggahan kepalaku ketika aku tak sanggup menahannya
Aku masih ingin sentuhan rambutmu beradu dengan anak rambutku membentuk selarik acak acak kadut di kepala
Aku bahkan tak bisa melupakan lambaian mesra jarimu kala aku kepayahan mengejarmu berlari
Atau tatapan dari pekatnya hitam pupilmu yang selalu memadang hatiku dengan kasih

Dengan apa aku melupakannya
Bahkan namamu sengaja kusandingkan dengan namaku
Belum cukup untuk menghilangkanmu dari otakku bahkan hatiku
Lusinan lelaki tak mampu mengantikanmu memberikan oksigen untuk paru paruku
Mereka justru mengotorinya
Akasia aku kangen
Teramat kangen
Tidakkah kau dengan nelasangku
Tidakkah kau lihat sembiluku

Akasia sekian surat ini kubuat
Rasanya aku sudah tak sanggup melanjutkan
Akan membanjiri kamus kita
Baik-baik kau disana
Tak lupa kukirim sebait doa untukmu ditanah merahmu

Rhyme in Peace



Rumah Pohon
14 mei 2010
09.00 wib

Daksina




Aku tersesat
Tak menemui mata angin yang kutuju
Berputar putar disatu titik
Hanya bertumpu di pusat daksina

Kenapa harus daksina ???
Jika kau tanyakan itu padaku
Maka aku akan menjawab " aku tak tahu"
Karena aku juga tidak mengerti mengapa hatiku memilih daksina
Sedang logiku sudah memutuskan agar aku meneruskan perjalanan

Daksina
Bisa ku artika Daksina galau lalu
Atau ingin kau artikan selatan ?
Terserah karena sejatinya akupun tidak mengerti

Dawai Kasih tak Nyata
Ya kala yang membekukan laluku dalam pendingin hati
Menutupnya rapat rapat dari panasbumi
Yang bisa melelehkannya
Sementara yang kuingin adalah bukan sekedar melelehkan
tapi mencairkan kemudian membuangnya

Daksina yang kau sebut selatan
Adalah aku pula yang tersesat disebuah arah mata angin
Tak bisa kutemukan Timur yang menerbitkan matahari
Tak kutemui Utara dimana angin berlabuh
Dan tak kulihat Barat dengan smaradhananya

Aku terpaku di sudut daksina
Menunggu yang tak pasti
Mengais sisa harapan
Tapi tetap tak kutemui jawaban
Karena sejatinya aku sudah menemukannya
Hanya aku mengingkarinya
Aku yang menginginkan itu
Aku yang mengharapkan kakiku tak melangkah
Munafik !!!

Maka harus kulantangkan sekarang
Daksinaku akan berubah
Biarlah dia tetap bersama sang lalu
Biarlah dia indah bersama kala yang membekukannya
Dan ijinkan aku melangkah lagi
Agar aku bisa merasakan indahnya kini dan nanti di mata angin yang berbeda

Daksina
Kututup cerita ini
Tak ingin lagi aku mendekapmu
Pergilah jauh sejauh Selatan membentang luas
Seindah ukiran namamu DAKSINA


Rumah Pohon
14 mei 2010
07.00 wib

Pelangi di Sudut Hatiku





Aku memanggilmu pelangi
Hadir mencerahkan hariku
Mengoreskan selarik bahagia
Dan menengelamkan aku dalam tawa

Kuning saat fajar meyingsing
warna itu yang kau tawarkan
Untuk menghangatkanku yang masih meringkuk dalam dinginnya embun embun

Biru cerah menyibak pagiku
Kau sajikan kala aku memulai hariku dengan kesibukan
Menemaniku dalam payung kedamaian seakan tak rela aku berada dalam kesulitan

Putih bersih mengelayut manja
Melindungiku dari sengatan surya
Yang sedang gencar gencarnya menyegat badan bumi
Membuatku mampu tersenyum meski dalam panas

Jingga bernada romantis
Kautawarkan kala senja hadir dengan rona kerinduan
Serasa rindu itu tak pernah habis kau bagi untukku yang tak pernah bosan menikmatinya

Terakhir adalah Hitam pekatnya malam
Yang kau sandingkan dengan kilau bintang untuk memperindah barisan gugusnya
Dan aku sangat mengaguminya dengan tawa yang tak pernah lupa kusunggingkan

Itulah pelangi yang kumaksud
Pelangi yang merekah dalam hari demi hariku
Pelangi yang menebarkan aroma bunga kehidupan
Dan entah sampai kapan pelangi itu hadir dihidupku
Aku tak tahu

Sekalipun tak mungkin kumiliki
Pelangi itu tetap indah
Kemarin sekarang besok atau 8 hari kedepan
8 tahun kemudianpun pelangi itu akan tetap pada tempatnya
Pada sepertiga sudut hatiku
Yang tak mungkin ditempati oleh apapun juga
Tidak dia, atau mereka karena pelangi itu KAMU

semoga kamu tahu
meski kau tak tahu
bahwa kau adalah my RAINbow after RAIN .


Rumah Pohon
13 mei 2010
19.44 wib

Hari Ini

Biarkan hari ini aku tertawa
Meski esok harus berduka
Tertimbun dalam luka
Yang kembali mengangga

Biarkan hari aku mengenangmu
Meski esok aku harus melupakanmu
Mengubur kenangan yang dahulu
Sempat mengisi hari yang tak pernah jemu

Biarkan setidaknya aku mengenggam tanganmu
Melantunkan tembang dream theater bersama sendu
Kemudian tak lagi kupinta kau bernyanyi
Meski aku menginginkanya bahkan dalam mimpi

Biarkan aku melihat kembali bening matamu
Coklat mudanya mampu mengiringku dalam ilusi
Meskipun takkan pernah kutemui warna coklat lainnya
Dan aku selalu mencarinya kedalam lusinan manusia

Biarkan saja
sekali saja
beri aku waktu
sebelum semua berlalu
sebelum kelu

Yang kutahu
Besok semua hanya semu
Besok aku hanya seorang diri
Teronggok dalam sepi
Menangis dalam sendu
Berharap kau kembali
Namun takkan terjadi
Karena kita tlah berbeda

Maka aku akan mengijinkan kepak sayapmu terbang
Mengapai impianmu
mencari sosok merpati mungil lainya penganti diriku

Salam perpisahan
Kuucapkan sekarang.

Senin, 10 Mei 2010

Senandung Persahabatan





Kau tau dew ....
Kadang aku merasakan apa yang tak kau katakan
Tak bisa dengan logika kujelaskan
Yang jelas rasa itu seperti ombak yang menghantam karang
Terasa sekali deburannya ketika menghujam tebing

Kau juga tau dew ....
Kita adalah sepasang manusia dengan nasib yang serupa
Terhempas
Melayang
Terbang
Menukik
Lalu terkapar .....
dan itu yang menyatukan kita

Mungkin kau juga merasa dew...
Terkadang aku merasakan kebencian yang membara
Tatkala kau muntahkan semua logikaku
Ingin rasanya mengerusmu dalam pusaran jariku
Melumatnya dalam mulutku dan menelanmu
Tapi dapatkah setelahnya aku menemukanmu lagi ???

Kau tau dew ....
Kadang kita menjadi bijaksana untuk orang lain
Tapi tidak untuk diri kita sendiri
Setidaknya itu yang aku pelajari dalam hari perbahabatan kita
Dan mungkin itu yang mendewasakan kita

Yang jelas dew ....
Tak pernah ada dendam
Tak akan ada dengki
Karena sejatinya kita sama
Hijaumu Hijauku juga
Warna hijaumu terangkum dalam hiasan akasiaku
Dan selamanya akan seperti itu

Dan hanya beberapa bait puisi
yang dapat kuberikan
Sebagai senandung persahabatan
Kala persahabatan mulai mengepakan sayap sayap kedewasaanya
Semoga kelak akan menjadi sebuah kupu kupu persahabatan yang Indah


rumah pohon
11 mei 2010
11.00 wib