Memory

Memory
Last Season

Jejakku

Minggu, 21 Oktober 2012

Gerimis Manis


Gerimis datang lagi
Namun tak lagi mengiris hati
Ia datang hanya berbekal sejuk
Tak ada bau menusuk
Dari tanah yang terbasahi
Ia datang dengan damai kali ini

Aku melihat dari balik jendela
Ingin bergabung dan menyapanya
namun selalu urung kulakukan
Terpaku pada ringkihnya badan

Gerimis yang manis
hadir disaat merasa pesimis
Hampir membuatku sesegukan menangis
Meski ternyata terasa "geulis"

Kali ini aku ingin menikamti gerimisku ...


RUMAH POHON
21 OKTOBER 2012
18.00 WIB



Sabtu, 20 Oktober 2012

Layangan



Layangan ...
tarik ulur gulung ...
cari angin biar terbang ...
Tinggi tinggi bawa angan ...
Jangan putus oleh tali lain
Jangan kalah lantaran lilitan
Terus mengangkasa diudara
Kibarkan cita-cita membara

Layang Layang ...
Kemasi semua duka berganti senang
Ajak semua sedih dan terbangkan dia
Sampai ia tak mampu kembali lagi
hingga tertinggal lega
dan senyum menghias pipi

semoga takkan lagi ada cerita sama


Rumah Pohon
21 Oktober 2012
13.30wib
*saatnya kembali berkreasi

Sang Mantan


Kita pernah sedekat sepatu ini

Melangkah bersama, mengayun seirama

menjejak pelan sekali seakan berusaha

tak merusakan jejak yang ditinggal

Agar alam mampu memotretnya

Dan mematri dalam satu cahaya bintang

Dimalam dihiasi temaram buram

Namun semua tinggal ilusi

Jejak itupun tlah terhapus hari

Hilang ... tak berbekas



Rumah Pohon
20 Oktober 2012
21.00 wib
*mencoba kembali merangkai kata

Kamis, 12 April 2012

Jelang 10 Hari




Jelang 10 Hari ...
Aku belum menyiapkan sesuatu dalam bentuk apapun yang kiranya akan kuberi nanti
Pikirku dulu aku akan memberi sebuah kejutan dalam bentuk absensi
Toh selama ini rutin mengisi jadwalnya namun wujudnya tak pasti

Makin liat malam makin aku tak mampu berfikir melainkan terus mengeliat
Menekan tuts abjad kemudian menghapusnya ketika mereka hampir terikat
Ada jengah ketika mereka hendak terpaut hingga urung tuk kujadikan kalimat

Saat itu kau pasti sedang berbahagia meneguk gelas kebahagiaan bersama handai taulan
Aku hanyalah perdu yang ikut bergoyang tatkala kau mainkan musik ria dipadang bulan
Menjijitkan langkah tuk sekedar menatapun tak mampu dilakukan meski nafsu menekan

10 Hari menjelang hari perayaan sebuah pergantian usia yang baru
Hanya lilin-lilin yang mampu aku nyalakan tanda aku perduli akan metaforamu

Tak lupa doa-doa suci kupanjatkan dalam gutasi
Iringi jejakmu yang makin lama makin tipis tersapu waktu
Semoga sang lalu tak menghapusmu seutuhnya dari usia
Karena memori itu sungguh tak ingin terlupakan sama sekali
Meski sakitnya tak terperi

Kau satu dari kenangan
Mengisi kotak ingatan
Bersamanya aku melangkah
Denganya aku takkan lemah

Selamat Menginjak Usia Baru Sayang !

Rumah Pohon,
13 April 2012
00.00 wib
*kupersembahkan sebuah lagu dari dee "selamat ulang tahun"

Rabu, 11 April 2012

Perihal Kedatangan setelah Kepergian




Datang dan pergi...
tanpa jejak apapun yang bisa di kenali sebagai barang bukti bahwa yang silih berganti itu pernah menetap sekejap di hati.

boleh ku pinjam jari-jari itu
mungkin bisa ku pakai penambah jika hitungan ku tak cukup merangkum semua memori yang samar-samar itu.

semua tak nyata bagiku,
namun telah sedemikian rilis menjejakkan sidik jari di semua penjuru rumahku..

Kemanakah para penghuni
Tak ada satu pun yang berbicara
Dan hati pun semakin membeku
Tembok pun menjadi saksi bisu

Waktu melaju dengan konstan
Ingatan sibuk memajang semua kejadian
Yang buruk akan segera dikemasi
Yang indah jadikan bekal nanti

Dinding-dinding terisi cerita hampa
Tak ada tanya tanpa harus bicara
Terdiam membisu dan lolongan pun berlalu
Namun cerita itu tak bisa ikut pergi

Kehilangan adalah sebuah kepastian
Pun kedatangan yang baru segera hadir
Dinding lalu hanya mampu sajikan getir
Namun lorong esok semua berganti yakin

Datang dan pergi merangkai semua mimpi
Ia hadir tanpa diduga, pun pergi tanpa kata
Namun ia meninggalkan lilitan cerita
Menghantarkan kita pada puncak fantasi

Aku selalu ingin datang ke tempat itu...
tempat berpintu seribu satu
di pintu mana tersimpan seribu peluk mu?
aku masih mencari-cari sampai keringat berbulir di dahi

Aku akan disini menanti datang mengisi pergi
Karena yang pergi takkan mungkin untuk kembali
Dan membuka kotak ingatan yang tercipta
Yang akan kusebarkan diujung senja

Senja hilang berganti malam
Malam Bercengkarama ingatan
Bulan bintang jadi penghibur
Warnai keindahan langit kelam

Yang hitam tak selamanya hitam
Yang putih belum tentu putih
Malam gelap berganti
Dan pagi menyambut mentari

Langkahku takkan terhenti disini
Meski mimpi itu datang dan pergi
Karena mentari tlah raih jemari
Tuk tetap susuri hari bersama pelangi

Yang datang akan mengisi yang pergi
Yang pergi mungkin takkan kembali lagi
Hitung saja memori yang tercipta
Sebarkan serbuknya dipenghujung senja

Senja hilang berganti malam
Malam Bercengkarama ingatan
Bulan bintang jadi penghibur
Warnai keindahan langit kelam

Yang hitam tak selamanya hitam
Yang putih belum tentu putih
Malam gelap berganti
Dan pagi menyambut mentari

Dan langkahku takkan terhenti disini
Meski mimpi itu datang dan pergi
Karena mentari tlah raih jemari
Tuk tetap susuri hari bersama pelangi

Rumah Pohon
12 april 2012
10.00 wib
*bait terangkai bersama kedua sahabatku yang tercinta yaitu dewieq dan nuri
gambar diambil dari : http://semestarenjana.blogspot.com/2011/02/galau-pergi.html

Menuju Esok




Endapkan lirih hati
KuasaMu ya Robbi

Ingkari semua tanya “mengapa”
Lengkapi segala derita “kenapa”
Tapi ah…
Aku hanya mahkluk ber-hippotalamus
Kuasaku tak sempurna
Jelajah ragaku tak lengkap

Tetap kucari anganku
Dekap kamu dengan siap,
Saat kau tiba

Kapan dan dimana….
Takkan mengapa, sayang
Takdirku pasti telah tertata

Jalani saja semua rintang
Hadapi segala halang
Bersama-NYA akan ringan
Tapak ini jejaki jalan

Jangan tanya mengapa
Ia hanya jawab karena
Tapi ikhlaskan semua
Dan damai akan bersama

Pastikan arah mencapai tujuan
Satukan hati memanah haluan
Jangan tergoda persimpangan
Ia hanya membuat sesat pikiran

Tersenyumlah
Bebaskanlah
Liarkanlah
Segala resah, kesah dan gundah
Karena masih ada esok
Menanti dengan gembira

Ayo kesana !

Rumah Pohon
5 April 2012
19.00 – 22.00 wib
*terima kasih untuk yakub (lagi)
sumber gambar : http://nirwana-game.blogspot.com/2012/03/membuat-foto-levitasi-tanpa-editing.html

Pak Pos Tolong Antar Kartupos-ku




Pagi datang dengan gejolak
Sementara kakiku tak henti menghentak
Seakan tak sabar beranjak
Menuju tempatmu tergeletak

Dengan segera kukayuh sipedal
Meski dengan nafas tersenggal
Tapi semangat takkan pernah penggal
Aku harus mengantarmu sebelum mentari tanggal

Aiiiish ramai sekali tempat ini, tempat dimana kau hendak kuantar
Oranye pekat melengkapi seluruh dinding yang lamur
Diluar banyak sekali berjejal penjual mencoba mengais rejeki
Sementara didalam berdempet pengunjung hendak bertransaksi

Akhirnya giliranku tiba untuk ucap kata berpisah
Semoga kau tiba ditanganya dengan selamat
Dan sampaikan apa yang menjadi segala kesah
Hingga hapus semua ragu yang tlah tersemat

Pak pos tolong antar kartupos ku ya
kami berada pada tempat yang begitu jarak
Dan kami mampu membangun tembok
Yang makin menguatkan rasa

Pak pos terima kasih
Pak pos jangan terlambat
Pak pos jangan lelah
Kamipun tak letih
Meski dihantam ribuan kilo
Kami percaya pada tugasmu
Kami akan selalu menunggumu
Mengantar kartupos balasan

RUmah Pohon
6 April 2012
08.00 wib
Sumber Gambar : http://inet.blogdetik.com/sahabat-pak-pos/

Hilang Kata




Ucap hati bagai baris puisi
Bungkam tanpa suara
Diam tak bicara
Bagai derai tak percaya

Sempat tanya apa sebabnya
Ingin pula mengerti kenapa
Tapi hati tak ijinkan bertanya
Tetap bungkam sepi suara

Aku nanar pada angin malam
Ku mendesah pada kelopak siang
Ku mencibir iri pada helai fajar
Ku coba mengukir indah
Meski resah tak tertawar
Ku bingkai awan
Lalu jadikan ia tawanan

Diam hanya membuat bimbang
Didalamnya ada gundah tak bergeming
Resah membuat garang
Penat berkenala tak tentu arang

Pecahkan saja si hening
lemparkan ia dengan nyalang
Agar kau mampu melangkah
Tanpa kau merasa bersalah

Belajarlah pada pagii krn ia datang dengan tenang
bercerminlah pada senja krn ia tak kenal pantang
Dan berdamailah pada malam krn ia mampu membawamu terbang
Menuju mimpi yang sering kau tilang
Bertemulah bintang dan ia akan memberimu satu cerita tentang hilang
“Bicaralah jika tak ingin kehilangan”

Rumah Pohon
4 April 2012
11.00 – 16.00 wib
*rangkaian bait bersama yakub
Makasih udah mau bantu aku
Sumber Gambar : http://x-puisiku.blogspot.com/2012/02/balasan-diam-diam-untuk-prilaku-diam.html

Ketika Manyar itu Sekarat




Kemarin kita jumpa ketika senja rebah
Dan kita berada dibawah naungan akasia
Kau datang dengan setumpuk kesah
Yang kau temui kala kau berkelana

Aku hanya mampu mendengarkan
Tiap kicau meluncur dari paruhmu
Sembari mencari sisa hangat kepakan
Yang dulu sering mendekapku

Ah kau memang berbeda
Sayapmu tak sekepak dulu
Paruhmu tak sebeo dulu
Kau telah bermetafora

Kau kehilangan indra kecapmu
Tuk mengecap kata yang keluar
Kau biarkan saja semua itu hancur
Bahkan kau ikut lacur

Aku terhenyak.
Separah itukah luka mengoyak
Hingga kau tak mampu mengelak

Yang aku tau
Sayapmu memang patah meski tak kau ucap
Menepilah
Sembuhkanlah
Dan terbanglah kembali
Karena kau manyar
Manyar yang pernah mendekapku
Sehangat senja dipelupuk sore
Segera temukan pipitmu
Yang ingin kau cumbui
Tiap malam menjelang

Segeralah !

Rumah Pohon
04 April 2012
15.00 wib
*kau pernah begitu bahagia ketika kepakmu mengembang kunanti masa itu tiba kembali
Sumber Gambar : http://pratapapa81.wordpress.com/2008/03/

Senyumlah Dini




Dia bukan gadis bodoh
Dia hanya kesulitan untuk menterjemah
Tiap kata yang hendak keluar tergopoh
Dari kerongkongan dia rogoh

Dia dengan kepang dua dikepala
Selalu nampak lebih sederhana
Tenang bagai air ditelaga warna
Gemulai ditengah riak bala

Dini seorang pengembara
Lalu lalang ditengah rimba
Mencari sesosok pria
Yang mampu mengeja namanya

Sajak hidup yang kelam
Lagu tidur selalu tenggelam
Pagi hadir dengan geram
Dan malam tertutup oleh ruam

Dini hanya mencari bahagia
Menyandarkan kepala dipundak lain
Menikmati senja nan jingga
Berjalan iringi waktu bergelatin

Dini ingin mampu tersenyum
Tak terbatas oleh malam
Tak tersekat kata
Yang tak mampu dia eja

Dan ia sedang menjalaninya
Senyum itu akan jadi miliknya

Rumah pohon
4 April 2012
07.00 wib

Hey Kamu !




Hei kamu !
Pria dengan uar manis
Dan senyum terkulum
Yang mengenggam sebagian rasa
Juga sebagian asap asap asa

Masihkah kau beraroma coklat brownis ?
Dilapisi selai-selai romantis
Dihiasi stroberry merah marum
Sebagai tanda sensulitas

Aku yang menggila rasamu
Kembali lidahku tersengat oleh rindu
Saat aku menerima sebungkus hadiah
Yang pernah kau tawarkan dulu

Aku ingin menjilati ceritamu
Yang sering mampir kala mentari tegak
Berakhir saat ia condong ke barat
Cukup untuk membasahi dahaga

Tapi sajian lezat itu tak lagi terhidang
Bukan untukku lagi setidaknya
Yang ada kini tinggal ampas terbuang
Tak tau harus kuapakan denganya

Hei kamu !
Pria selezat coklat kukus
Aku sungguh mengagumimu
Layaknya senja dengan ungu
Yang mengemasi hari dengan tulus
Dan akan selalu begitu
Sampai aku mampu menelanmu tanpa haus

Hei kamu !
Sadarkah kau tentang itu ?

Rumah Pohon
4 April 2012
08.00 wib
Sumber Gambar : http://jeffersonleaningleft.blogspot.com/2012/02/hey-you-gotta-minute.html

Kita yang Tak Lagi Lengkung

Hai …
Lihatlah jarak kita sekarang
Tak lagi lengkung mengelung
Tak ada lagi cerita panjang
Selain buah bimbang

Hai …
Tak sadarkah bahwa ini akan luka
Lebih merah daripada darah duka
menyisakan buih kecewa
Hingga menyedot semua rasa jiwa

Hai …
Sekedar berkaca pada gelas kaca
Lengkung kita dulu tak terasa jarak
Karena kita tak terlalu hiraukan perca
Meski lambat laun ia akan menegak tegak

Sekarang toh tanpa melihat cermin
Aku sudah tau bahwa rindu itu pendar
Tak lagi berbenih didalam pikiran
Setidaknya kau tunjukan itu benar

Kita yang tak lagi lengkung
Tak usah mencoba menjadi pelangi
Hanya akan meyakiti pungung
Katamu “akhiri saja besok pagi”

Ah andai kau tau
Lengkung itulah awalan
Aku mengenal sosokmu
Meski kau tak pernah tau cara menelan

Dan ceita ini takkan pernah melengkung sempurna
Karena tepat ditengahnya ada sebuah luka
Yang kan membuatnya merasa tak nyaman
Jika ia tak berdiri tegak dipelukan

Rumah Pohon
3 April 2012
10.00wib

Cari Tau Isi Hati(mu)

Cari tau isi hati
Lepas kisah coba dekati
Apa mungkin bisa terbagi
Rasakan dan pahami
Andai saja kau mengerti

Tentang Hati, pada apa hendak kau ketahui
Tak susah tuk menelusuri
Andai kau mampu mengaitkan hati
Dalam genggam jemari

Aku cuma bisa berharap
Meski hanya tuk menatap
Tlah kucoba mencari jawab
Namun suara tiada terucap

Tatapan apa yang kau harap
Mampu meredam gulana
Dalam larik mata

Sungguh anugrah apa yang mendekat padaku
Begitu berharga untuk kujaga
Akan kuhabiskan malamku bersamanya

Dia …
Siapa gerangan yang membuatmu kepayang
Serasa kau ingin memeluk palung
Buang resah dan siaplah kembali berenang
Menelusuri pantai bersama ombak bergulung

Dalam lelap yang tak kunjung sirna
Hanya diam yang kubisa
Seucap suara yang mampu terucap
Lantaran hati dan bibirku tlah ia curi

Dalam diam hanya akan karam
Sebuah kata yang hendak lahir akan tenggelam
Maka bicaralah jangan terpekat malam

Ingin kuungkap semua yang tersirat
Ingin kuucap rasa yang memikat
Namun aku tak bisa
Hatiku takkan kuasa

Sampaikan pada senja
Ia cukup setia untuk menelan derita
Berlaku sabar menanti temu yang tersita
tapi ia akan indah untuk sebuah cinta

Tak mampu kutatap senja yang kau tawarkan
Sebab ia terlalu indah tuk kupegang
Aku ini seperti malam
Terselubung kelam temaram

Malam dengan temaramnya menjadi puitis
Senja dengan jingganya membalut manis
Siang dengan hangatnya tak menjadi picis
Dan pagi dengan embunya tak lelah meretas
Syukurilah itu !

Ingin aku syukuri tiap jengkal rasaku padanya
Ingin kumiliki bias tatap matanya

Maka katakan padanya !

Rumah Pohon
Renovasi dilakukan 1 April 2012
16.00 wib
Puisi lama dengan seseorang bernama yakub
Semoga berkenan untuk berkaitan kata lagi
Tabik!

Sabtu, 31 Maret 2012

Masih (Ketika Persahabatan itu Mengeratkan Kita)

Mimpi yang basah oleh pagii mengembun
Menangkap mentari yang berkilau didaun
Mentari tersembul dari balik awan
Tersipu malu hendak beri senyum menawan

Langit biru diselimuti awan putih indah
Selalu terasa lebih luas dari ruang sempit harapan
Hingga langkah lebih ringan dari helai awan
Pertanda hati hati tak lagi gundah

Rekah indah berkelopak mawar merimbunkan harum
Menuai jinjit semangat
Meniupkan sepoi asa
Yang sempat bersarang dijaring malam

Mimpi selalu saja pagii
Meskipun hati merangkak gelap
Malam yang beranjak pergi disambut pagii

Dan kita takkan pernah senja
Untuk sekedar mengapai mimpi
Bersama sahabat usia kita takkan beranjak
Tetap hangat meski berembun
Tetap kuat meski harus meranggas
Dan tetap bertahan walau rapuh dimakan rayap

Dan sejatinya rayap itu mengajarkan arti tersayat
namun akan tetap erat dalam kassa persahabatan terbalut
Sesaat terdiam terbayang oleh mimpi
Dan terbangun

Dan kita masih tetap berjabat


Rumah Pohon
1 April 2012
10.00 wib
Bait ini terangkai bersama 2 sahabat saya yaitu dewieq oktalupik dan Nurina utami
Terima kasih untuk pelukan jauh selama ini

Rabu, 28 Maret 2012

Arum Manis



Rasanya sudah lama sekali tidak mengulum arum manis
Meski yang aku tau ia sangat tidak bersahabat dengan badanku
Ketahanan tubuhku tak mampu untuk menerimanya masuk
Bahkan ketika memasuki tengorokanku sudah terasa erik
Namun aku selalu menyukainya
Warnanya yang merah muda pucat saat ini sepucat hatiku
Manisnya yang keterlaluan mungkin dapat mengobati pahit dihati
Bahkan mulutku pun sekarang berasa pahit

Aku ingin makan arum manis
Dan tak tau harus melangkah kemana ????
Bapak penjual arum manis jarang sekali berjualan diterik hari
Sementara aku sepertinya tak bisa berkompromi
Aku sangat ingin makan arum manis

Agar mataku tak lagi berembun
Agar mulutku mampu untuk mengurai senyum
Agar hatiku tak lagi menghitam
meski setelahnya akan tersakiti jua

Lembut mengapas
Pucat memias
Mengais manis
Diatas tangis

Ah sungguh aku ingin makan arum manis
Adakah yang mau memberiku sebuah ???


Rumah Pohon,
29 Maret 2012
11.31 Wib

Kepada Dia Yang Tak Bernama


Kepada : Dia yang Tak Bernama


Tabik,
Sengaja kutulis sebuah surat untukmu
Karena berbicarapun tak mungkin dilakukan
Maka biarkan saja kata-kata ini keluar dengan sendirinya
Mungkin akan lebih baik daripada ia menjadi batu

bulan ketiga yang singkat
bulan kedua yang padat
bulan pertama yang giat

Januari yang Istimewa
Februari yang Mempesona
Maret yang menghilang

Jinjit langkahku menghitung hari
Detik yang berlalu seakan gemulai
Ia terlalu lembut untuk dipercepat
Hingga penantian tak terasa menyekat

Masih tersisa disini sebuah lara
Untuk semua ucap yang berseru
Masih tersisa sebuah duka
Untuk semua janji yang meyakiti

Dan biarkan saja luka itu mengangga kembali

Sudah kuselesaikan dengan baik kalimatku
Yang berantakan diantara tetesan hujan
Salam,


Rumah Pohon,
29 Maret 2012
11.00 Wib

PELATARANKU KINI




Kembali menyusuri pelataran kosong
Tanpa siapapun hanya aku sendiri
Pekat gelap tersekat oleh lekatmu
Cekat-mencekat dalam ketakutan

Aku benar-benar tersadar dari mimpi
Mimpi yang membuatku tertidur hampir 3 bulan lamanya
Menanami pelataran dengan asoka
Menyiraminya dengan air sungai
Hingga membentuk taman indah

Kanal ditepiannya pun menjadi penuh dengan cerita indah
Seakan tak pernah terkuras habis
Tapi tak pernah sampai meluap-luap ke tepian
Seperti itulah mungkin cerita ini bermula

Tapi hari ini yang kulihat ternyata pelataranku masih kosong
Ia gersang, tandus, kering dan berserakan daun kering
Ah aku terlalu lama bermimpi
Aku terlalu lama melihat fatamorgana
Setelah laut menenggah dengan meninggalkan buihnya
Manyar mengepakkan sayap dengan meninggalkan sarangnya
Pangeran mengerakan kaki kudanya dengan meninggalkan buku dongeng
Pelangi tak lagi lengkung dengan meninggalkan warna hitam
sekarang Tamanku benar-benar rusak
Aku bahkan tak punya sebutan untuknya

Dia yang datang bahkan tak bernama karena aku tak ingin ia pergi
Tapi aku salah ....
Bernama atau tidak bernama jika masanya tiba untuk lalu maka ia akan lalu
Lalu seperti angin , pergi begitu saja
Dan aku masih saja tertegun duduk dipelataranku
Pelataran yang kusayangi
Pelataran yang ingin kubentuk taman kecil

Sungguh saat ini aku sedang ingin duduk dipelataran ini
Diam saja
Menanti senja yang tak pernah mengecewakanku
Tidak sekalipun laut menjauh, manyar beranjak, pangeran mengilang dan pelangi
menjadi tegak
Aku masih ingin diam dipelataranku ini
Aku masih ingin memandangi yang datang dan pergi
Dimana masih meninggalkan aromanya disini

Masih sangat tercium aromanya
Masih sangat menusuk kepalaku
Masih ... Masih dan masih


Rumah Pohon
29 Maret 2012
10.00 WIB

Selasa, 10 Januari 2012

Pagi yang Sembab

Pagi ini tak seberapa gigil dibanding kemarin
Namun cukup sembab untuk membuatku berkerut
Kuningku pun meluntur sayu membentuk kelabu
mengantung dilangit hati yang masih luka

Aku masih ingin kembali mendekap selimut
Merebahkan tubuhku dalam hangatnya
meneteskan bulir luka dalam sepinya
dan kemudian diam tanpa melakukan apapun

Lukaku masih cukup basah untuk kumandikan
Masih nanar untuk dibalut lilitan kassa
Biarkan saja ia terinfeksi kemudian mengering
Dan sembuh seiring berlalunya waktu

Begitu mungkin lebih baik
Aku tak begitu pandai memilih pengobatan luka
Yang ku tahu hanya sistem kekebalanku cukup tangguh
Untuk sekedar mengobati luka terutama dipagi yang sembab

Besok,lusa dan kemarin pagiku akan sembab
Aku yakin sekali hal yang satu ini
Entah mengapa ....
Tinggal seberapa sembab hingga mampu membuatku jatuh
Itu saja bukan perbedaanya
Sejauh ini tak ada yang mampu membuatku jatuh
Jika sekedar tertidur mungkin iya

Ah entahlah ...
Setidaknya aku harus lalui hari ini
Dengan senyuman meski pagiku terasa sembab


Rumah Pohon
11 Januari 2012
09.00 wib