Memory

Memory
Last Season

Jejakku

Minggu, 17 April 2011

TENTANG DEBU

Derap kaki kuda menerbangkan debu kemana-mana
Ada yang menempel didinding dinding
Ada pula yang lekat didaunan
Bahkan ada juga yang jatuh diselokan
Lengkap sekali begitu rendah hati tanpa memilih milih tempat
Pada akhirnya debu itu ada dimana-mana,ada disetiap ruang
Ia tak terlihat namun bisa dirasakan
Sangat menguasai tak bisa ditolak hadirnya
Ah debu itu menempel juga diruanganku....



Debu itu tak pernah bisa memilih ditempat mana ia harus meletakkan debunya yang berdebu
Karena jatuh begitu saja terbawa oleh bayu
Melekat hampir diseluruh ruangan yang nyaris tak tersentuh terjamah tangan manusia
Seakan ia ingin memberi tanda bahwa ia ada
Sekalipun terlupakan atau sengaja dilupakan yang pasti ia ada
Seringnya ia datang seperti mengingatkan kita akan lalu yang berdebu usang namun takkan pernah hilang hanya ia selalu berdebu bersama laju waktu



puisi ini karya elok feat manyar ...
makasih ya idenya
Manyar di rumah pohon
17 april 2011
06.00 WIB

Rendezvous

10 Tahun lalu dijalankan itu
Aku sempat mengirikan warna pucatmu yang segera memekik merah
Ketika matahari menyengatmu meski dengat sengat terlemahpun
Lantas sekarang ketika sinar mentari telah menyemir warna pucatmu
aku masih saja mendulang sebuah ingin
Entah nanti ... Entah

10 Tahun lalu ketika wajahku tersapu lembut hembus bayu
Yang berkeliaran malam hari aku berdebar debar
Mencoba mengkaitkan jari manisku melingkari badanmu
Bahkan sepuluh tahun dimuka ketika kau dihadapanku
Masih saja kutemui bahu bidang itu seakan mengoyak dahan hatiku
Dengan sebegitu lembutnya
Dan entahlah nanti ...

10 tahun lalu aku mencoba mengubur raung mesin bermotormu
Yang kerap mengantarku melalui jamaknya bintang
Tergelar dilaut hati mendebur debur oleh dorongan gelombangmu
Hingga mengenai tepi jantungku
Ah kinipun aku hampir tergulung ombakmu yang masih sibuk bergelombang

Sayang itu hanya sebuah harap
Ku tak ingin lebih mengharap


Rumah Pohon
16 April 2011
22.00 Wib
*Bukan waktu singkat untuk dapat menghapusmu

Rabu, 13 April 2011

Tentangnya Yang Hampir Tergerus Waktu

Akasia ...
Sebuah nama dalam satu masa
Mengenang rasa dalam satu dasawarsa
Tak terasa lama sudah sua itu tak hampiri kita
Dan kini saat bosan perlahan merambat kedada memenuhi udara dikepala
Ingin rasanya kembali kejalan setapak tiga yang pernah kita jejaki bersama
Karena bersamamu langit terasa biru membara
Pagi membuang luka senja mendulang mesra dan malam bertasbih asa
Waktu terasa membisu kita tertawa, kau meraja aku bahagia
Masa akan mencatatnya dalam buku kenangan lama sedang aku mengukirnya dalam kikisan waktu
bersama doa

Randu ...
Merindu dalam kecup kelu
Menjilat waktu yang tergulung malu
Menyamarkan rona noda meroda lugu
Laksana senja menyipit karena terik cakra dibatas hulu
Aku yang tengah meragu Bak terigu tertumpahi susu
Hanya bisa mengasah suap suap rindu diatas tempayan bergelugu
Berharap mampu mengantarkan kidung indah untukmu yang tengah pulas bersama usap bayu

Jati ...
Mengkakikan langkah hati dalam nada gitar berdawai
membuatku mampu berdiri setelah luka mengoyak sanubari
memasung rusuk rusuk duri yang coba menerobos angkuhnya dinding ilusi
Pekat terpikat oleh pita mimpi diantara nyata yang memburai
Namun tetap saja tak mampu menepi masih terus berjejal otakku dengan dia dia dia tanpa tapi
dan berkuali didasar hati

Akasia Randu Jati ...
Tiga kata satu nama satu pribadi namun mencipta poligami cerita
Bermonolog menuju sebuah dialog namun tak pernah nyata
Mungkin satu waktu nanti monologku mampu membangunkanmu dari diam
Dan mengajakku berdialog kembali
Harapku ...

Rumah Pohon
13 April 2011
21.00 Wib
*mAy i borrow your heart, please ???