Memory

Memory
Last Season

Jejakku

Kamis, 12 April 2012

Jelang 10 Hari




Jelang 10 Hari ...
Aku belum menyiapkan sesuatu dalam bentuk apapun yang kiranya akan kuberi nanti
Pikirku dulu aku akan memberi sebuah kejutan dalam bentuk absensi
Toh selama ini rutin mengisi jadwalnya namun wujudnya tak pasti

Makin liat malam makin aku tak mampu berfikir melainkan terus mengeliat
Menekan tuts abjad kemudian menghapusnya ketika mereka hampir terikat
Ada jengah ketika mereka hendak terpaut hingga urung tuk kujadikan kalimat

Saat itu kau pasti sedang berbahagia meneguk gelas kebahagiaan bersama handai taulan
Aku hanyalah perdu yang ikut bergoyang tatkala kau mainkan musik ria dipadang bulan
Menjijitkan langkah tuk sekedar menatapun tak mampu dilakukan meski nafsu menekan

10 Hari menjelang hari perayaan sebuah pergantian usia yang baru
Hanya lilin-lilin yang mampu aku nyalakan tanda aku perduli akan metaforamu

Tak lupa doa-doa suci kupanjatkan dalam gutasi
Iringi jejakmu yang makin lama makin tipis tersapu waktu
Semoga sang lalu tak menghapusmu seutuhnya dari usia
Karena memori itu sungguh tak ingin terlupakan sama sekali
Meski sakitnya tak terperi

Kau satu dari kenangan
Mengisi kotak ingatan
Bersamanya aku melangkah
Denganya aku takkan lemah

Selamat Menginjak Usia Baru Sayang !

Rumah Pohon,
13 April 2012
00.00 wib
*kupersembahkan sebuah lagu dari dee "selamat ulang tahun"

Rabu, 11 April 2012

Perihal Kedatangan setelah Kepergian




Datang dan pergi...
tanpa jejak apapun yang bisa di kenali sebagai barang bukti bahwa yang silih berganti itu pernah menetap sekejap di hati.

boleh ku pinjam jari-jari itu
mungkin bisa ku pakai penambah jika hitungan ku tak cukup merangkum semua memori yang samar-samar itu.

semua tak nyata bagiku,
namun telah sedemikian rilis menjejakkan sidik jari di semua penjuru rumahku..

Kemanakah para penghuni
Tak ada satu pun yang berbicara
Dan hati pun semakin membeku
Tembok pun menjadi saksi bisu

Waktu melaju dengan konstan
Ingatan sibuk memajang semua kejadian
Yang buruk akan segera dikemasi
Yang indah jadikan bekal nanti

Dinding-dinding terisi cerita hampa
Tak ada tanya tanpa harus bicara
Terdiam membisu dan lolongan pun berlalu
Namun cerita itu tak bisa ikut pergi

Kehilangan adalah sebuah kepastian
Pun kedatangan yang baru segera hadir
Dinding lalu hanya mampu sajikan getir
Namun lorong esok semua berganti yakin

Datang dan pergi merangkai semua mimpi
Ia hadir tanpa diduga, pun pergi tanpa kata
Namun ia meninggalkan lilitan cerita
Menghantarkan kita pada puncak fantasi

Aku selalu ingin datang ke tempat itu...
tempat berpintu seribu satu
di pintu mana tersimpan seribu peluk mu?
aku masih mencari-cari sampai keringat berbulir di dahi

Aku akan disini menanti datang mengisi pergi
Karena yang pergi takkan mungkin untuk kembali
Dan membuka kotak ingatan yang tercipta
Yang akan kusebarkan diujung senja

Senja hilang berganti malam
Malam Bercengkarama ingatan
Bulan bintang jadi penghibur
Warnai keindahan langit kelam

Yang hitam tak selamanya hitam
Yang putih belum tentu putih
Malam gelap berganti
Dan pagi menyambut mentari

Langkahku takkan terhenti disini
Meski mimpi itu datang dan pergi
Karena mentari tlah raih jemari
Tuk tetap susuri hari bersama pelangi

Yang datang akan mengisi yang pergi
Yang pergi mungkin takkan kembali lagi
Hitung saja memori yang tercipta
Sebarkan serbuknya dipenghujung senja

Senja hilang berganti malam
Malam Bercengkarama ingatan
Bulan bintang jadi penghibur
Warnai keindahan langit kelam

Yang hitam tak selamanya hitam
Yang putih belum tentu putih
Malam gelap berganti
Dan pagi menyambut mentari

Dan langkahku takkan terhenti disini
Meski mimpi itu datang dan pergi
Karena mentari tlah raih jemari
Tuk tetap susuri hari bersama pelangi

Rumah Pohon
12 april 2012
10.00 wib
*bait terangkai bersama kedua sahabatku yang tercinta yaitu dewieq dan nuri
gambar diambil dari : http://semestarenjana.blogspot.com/2011/02/galau-pergi.html

Menuju Esok




Endapkan lirih hati
KuasaMu ya Robbi

Ingkari semua tanya “mengapa”
Lengkapi segala derita “kenapa”
Tapi ah…
Aku hanya mahkluk ber-hippotalamus
Kuasaku tak sempurna
Jelajah ragaku tak lengkap

Tetap kucari anganku
Dekap kamu dengan siap,
Saat kau tiba

Kapan dan dimana….
Takkan mengapa, sayang
Takdirku pasti telah tertata

Jalani saja semua rintang
Hadapi segala halang
Bersama-NYA akan ringan
Tapak ini jejaki jalan

Jangan tanya mengapa
Ia hanya jawab karena
Tapi ikhlaskan semua
Dan damai akan bersama

Pastikan arah mencapai tujuan
Satukan hati memanah haluan
Jangan tergoda persimpangan
Ia hanya membuat sesat pikiran

Tersenyumlah
Bebaskanlah
Liarkanlah
Segala resah, kesah dan gundah
Karena masih ada esok
Menanti dengan gembira

Ayo kesana !

Rumah Pohon
5 April 2012
19.00 – 22.00 wib
*terima kasih untuk yakub (lagi)
sumber gambar : http://nirwana-game.blogspot.com/2012/03/membuat-foto-levitasi-tanpa-editing.html

Pak Pos Tolong Antar Kartupos-ku




Pagi datang dengan gejolak
Sementara kakiku tak henti menghentak
Seakan tak sabar beranjak
Menuju tempatmu tergeletak

Dengan segera kukayuh sipedal
Meski dengan nafas tersenggal
Tapi semangat takkan pernah penggal
Aku harus mengantarmu sebelum mentari tanggal

Aiiiish ramai sekali tempat ini, tempat dimana kau hendak kuantar
Oranye pekat melengkapi seluruh dinding yang lamur
Diluar banyak sekali berjejal penjual mencoba mengais rejeki
Sementara didalam berdempet pengunjung hendak bertransaksi

Akhirnya giliranku tiba untuk ucap kata berpisah
Semoga kau tiba ditanganya dengan selamat
Dan sampaikan apa yang menjadi segala kesah
Hingga hapus semua ragu yang tlah tersemat

Pak pos tolong antar kartupos ku ya
kami berada pada tempat yang begitu jarak
Dan kami mampu membangun tembok
Yang makin menguatkan rasa

Pak pos terima kasih
Pak pos jangan terlambat
Pak pos jangan lelah
Kamipun tak letih
Meski dihantam ribuan kilo
Kami percaya pada tugasmu
Kami akan selalu menunggumu
Mengantar kartupos balasan

RUmah Pohon
6 April 2012
08.00 wib
Sumber Gambar : http://inet.blogdetik.com/sahabat-pak-pos/

Hilang Kata




Ucap hati bagai baris puisi
Bungkam tanpa suara
Diam tak bicara
Bagai derai tak percaya

Sempat tanya apa sebabnya
Ingin pula mengerti kenapa
Tapi hati tak ijinkan bertanya
Tetap bungkam sepi suara

Aku nanar pada angin malam
Ku mendesah pada kelopak siang
Ku mencibir iri pada helai fajar
Ku coba mengukir indah
Meski resah tak tertawar
Ku bingkai awan
Lalu jadikan ia tawanan

Diam hanya membuat bimbang
Didalamnya ada gundah tak bergeming
Resah membuat garang
Penat berkenala tak tentu arang

Pecahkan saja si hening
lemparkan ia dengan nyalang
Agar kau mampu melangkah
Tanpa kau merasa bersalah

Belajarlah pada pagii krn ia datang dengan tenang
bercerminlah pada senja krn ia tak kenal pantang
Dan berdamailah pada malam krn ia mampu membawamu terbang
Menuju mimpi yang sering kau tilang
Bertemulah bintang dan ia akan memberimu satu cerita tentang hilang
“Bicaralah jika tak ingin kehilangan”

Rumah Pohon
4 April 2012
11.00 – 16.00 wib
*rangkaian bait bersama yakub
Makasih udah mau bantu aku
Sumber Gambar : http://x-puisiku.blogspot.com/2012/02/balasan-diam-diam-untuk-prilaku-diam.html

Ketika Manyar itu Sekarat




Kemarin kita jumpa ketika senja rebah
Dan kita berada dibawah naungan akasia
Kau datang dengan setumpuk kesah
Yang kau temui kala kau berkelana

Aku hanya mampu mendengarkan
Tiap kicau meluncur dari paruhmu
Sembari mencari sisa hangat kepakan
Yang dulu sering mendekapku

Ah kau memang berbeda
Sayapmu tak sekepak dulu
Paruhmu tak sebeo dulu
Kau telah bermetafora

Kau kehilangan indra kecapmu
Tuk mengecap kata yang keluar
Kau biarkan saja semua itu hancur
Bahkan kau ikut lacur

Aku terhenyak.
Separah itukah luka mengoyak
Hingga kau tak mampu mengelak

Yang aku tau
Sayapmu memang patah meski tak kau ucap
Menepilah
Sembuhkanlah
Dan terbanglah kembali
Karena kau manyar
Manyar yang pernah mendekapku
Sehangat senja dipelupuk sore
Segera temukan pipitmu
Yang ingin kau cumbui
Tiap malam menjelang

Segeralah !

Rumah Pohon
04 April 2012
15.00 wib
*kau pernah begitu bahagia ketika kepakmu mengembang kunanti masa itu tiba kembali
Sumber Gambar : http://pratapapa81.wordpress.com/2008/03/

Senyumlah Dini




Dia bukan gadis bodoh
Dia hanya kesulitan untuk menterjemah
Tiap kata yang hendak keluar tergopoh
Dari kerongkongan dia rogoh

Dia dengan kepang dua dikepala
Selalu nampak lebih sederhana
Tenang bagai air ditelaga warna
Gemulai ditengah riak bala

Dini seorang pengembara
Lalu lalang ditengah rimba
Mencari sesosok pria
Yang mampu mengeja namanya

Sajak hidup yang kelam
Lagu tidur selalu tenggelam
Pagi hadir dengan geram
Dan malam tertutup oleh ruam

Dini hanya mencari bahagia
Menyandarkan kepala dipundak lain
Menikmati senja nan jingga
Berjalan iringi waktu bergelatin

Dini ingin mampu tersenyum
Tak terbatas oleh malam
Tak tersekat kata
Yang tak mampu dia eja

Dan ia sedang menjalaninya
Senyum itu akan jadi miliknya

Rumah pohon
4 April 2012
07.00 wib

Hey Kamu !




Hei kamu !
Pria dengan uar manis
Dan senyum terkulum
Yang mengenggam sebagian rasa
Juga sebagian asap asap asa

Masihkah kau beraroma coklat brownis ?
Dilapisi selai-selai romantis
Dihiasi stroberry merah marum
Sebagai tanda sensulitas

Aku yang menggila rasamu
Kembali lidahku tersengat oleh rindu
Saat aku menerima sebungkus hadiah
Yang pernah kau tawarkan dulu

Aku ingin menjilati ceritamu
Yang sering mampir kala mentari tegak
Berakhir saat ia condong ke barat
Cukup untuk membasahi dahaga

Tapi sajian lezat itu tak lagi terhidang
Bukan untukku lagi setidaknya
Yang ada kini tinggal ampas terbuang
Tak tau harus kuapakan denganya

Hei kamu !
Pria selezat coklat kukus
Aku sungguh mengagumimu
Layaknya senja dengan ungu
Yang mengemasi hari dengan tulus
Dan akan selalu begitu
Sampai aku mampu menelanmu tanpa haus

Hei kamu !
Sadarkah kau tentang itu ?

Rumah Pohon
4 April 2012
08.00 wib
Sumber Gambar : http://jeffersonleaningleft.blogspot.com/2012/02/hey-you-gotta-minute.html

Kita yang Tak Lagi Lengkung

Hai …
Lihatlah jarak kita sekarang
Tak lagi lengkung mengelung
Tak ada lagi cerita panjang
Selain buah bimbang

Hai …
Tak sadarkah bahwa ini akan luka
Lebih merah daripada darah duka
menyisakan buih kecewa
Hingga menyedot semua rasa jiwa

Hai …
Sekedar berkaca pada gelas kaca
Lengkung kita dulu tak terasa jarak
Karena kita tak terlalu hiraukan perca
Meski lambat laun ia akan menegak tegak

Sekarang toh tanpa melihat cermin
Aku sudah tau bahwa rindu itu pendar
Tak lagi berbenih didalam pikiran
Setidaknya kau tunjukan itu benar

Kita yang tak lagi lengkung
Tak usah mencoba menjadi pelangi
Hanya akan meyakiti pungung
Katamu “akhiri saja besok pagi”

Ah andai kau tau
Lengkung itulah awalan
Aku mengenal sosokmu
Meski kau tak pernah tau cara menelan

Dan ceita ini takkan pernah melengkung sempurna
Karena tepat ditengahnya ada sebuah luka
Yang kan membuatnya merasa tak nyaman
Jika ia tak berdiri tegak dipelukan

Rumah Pohon
3 April 2012
10.00wib

Cari Tau Isi Hati(mu)

Cari tau isi hati
Lepas kisah coba dekati
Apa mungkin bisa terbagi
Rasakan dan pahami
Andai saja kau mengerti

Tentang Hati, pada apa hendak kau ketahui
Tak susah tuk menelusuri
Andai kau mampu mengaitkan hati
Dalam genggam jemari

Aku cuma bisa berharap
Meski hanya tuk menatap
Tlah kucoba mencari jawab
Namun suara tiada terucap

Tatapan apa yang kau harap
Mampu meredam gulana
Dalam larik mata

Sungguh anugrah apa yang mendekat padaku
Begitu berharga untuk kujaga
Akan kuhabiskan malamku bersamanya

Dia …
Siapa gerangan yang membuatmu kepayang
Serasa kau ingin memeluk palung
Buang resah dan siaplah kembali berenang
Menelusuri pantai bersama ombak bergulung

Dalam lelap yang tak kunjung sirna
Hanya diam yang kubisa
Seucap suara yang mampu terucap
Lantaran hati dan bibirku tlah ia curi

Dalam diam hanya akan karam
Sebuah kata yang hendak lahir akan tenggelam
Maka bicaralah jangan terpekat malam

Ingin kuungkap semua yang tersirat
Ingin kuucap rasa yang memikat
Namun aku tak bisa
Hatiku takkan kuasa

Sampaikan pada senja
Ia cukup setia untuk menelan derita
Berlaku sabar menanti temu yang tersita
tapi ia akan indah untuk sebuah cinta

Tak mampu kutatap senja yang kau tawarkan
Sebab ia terlalu indah tuk kupegang
Aku ini seperti malam
Terselubung kelam temaram

Malam dengan temaramnya menjadi puitis
Senja dengan jingganya membalut manis
Siang dengan hangatnya tak menjadi picis
Dan pagi dengan embunya tak lelah meretas
Syukurilah itu !

Ingin aku syukuri tiap jengkal rasaku padanya
Ingin kumiliki bias tatap matanya

Maka katakan padanya !

Rumah Pohon
Renovasi dilakukan 1 April 2012
16.00 wib
Puisi lama dengan seseorang bernama yakub
Semoga berkenan untuk berkaitan kata lagi
Tabik!