Aku yang ingin berjalan dan dia berlari
Agar kami menjadi sejajar tak lagi berbeda
Hanya karena kumpulan kata
Yang terkadang menjadi duri
Aku yang ingin memuda dan diamenua
Agar kami berada pada masa yang sama
Tanpa ada yang mempermasalahkan waktu
Yang telah terjalani sebelum bertemu
Sejatinya usia hanyalah sebuah angka yang berjejer
Rapi, Manis dan akan tetap sama
Hingga tahun mengubahnya
Dan kitapun ikut bergeser
Maka tak patut rasanya ingin bergulir
Biarlah kami menikmati rentan waktu ini
Yang akan mendewasakan kami
Tanpa kami harus menoleh ke lampau
Hanya untuk menyamakan usia
Kurasa itu sia sia
RUMAH POHON
30 JULI 2010
17.00 WIB
Belajar Menguntai Kata Bersama Desah Alam Yang Selalu Bergutasi dibawah rindanganya Akasia.
Jumat, 30 Juli 2010
Kamis, 29 Juli 2010
Masih (Akasia Randu Jati)
Masih saja ....
Cerita lalu tak kunjung berlalu
Masih saja bercerita tentang kau
Yang sudah menjadi abu
Di rumah duka terakhirmu
Tak seperti biasanya kau datang membawa sebuah kotak
Merupakan ikatan yang tak berjarak
Yang mampu menghentikan detik
Ketika waktu akan berdetak
Aku masih menginggatmu samar
Dalam ingatan yang terbujur
Antara sebuah ilusi dengan sadar
Dan membuatku nampak gusar
Akhirnya aku mengerti makna kembalimu
Kau hanya ingin mengantarkan restu
Untukku yang kembali mengecap manis madu
Agar terlepas dari bayang lalu
Kau datang dengan bait senyum
Dalam mimpi semalam kau sempat mencium
Mengucapkan sebuah salam
"akhirnya lembayungku tak melambai sendiri
dalam senja yang bertemaram"
Terima kasih untukmu akasia
Yang setia memberiku asa
Ditengah sebuah rasa putus asa
Aku menyayangimu akasia
Rumah Pohon
29 JULI 2010
17.00 WIB
** Dan kan mewangi sepajang masa
sebuah kasih yang tulus
layaknya sebuah sungai yang setia mengaliri pinggirnya
meskipun titik airnya tak pernah mencapai dasar pohon yang ia maksud
Rabu, 28 Juli 2010
Warna Yang Hilang Dalam Pelangi
Membentang luas sebuah hamparan keceriaan akan sebuah senyum
Yang tak hentinya ditawarkan laksana permadani langit
Yang tak pernah habis membagi cerita indahnya bumi
: BIRU
Teruntai turun tirai malam mengayomi sebuah mimpi
Tetap bersinar walau kejora bersembunyi
Dan merupakan simbol malam menghiasi redupnya gulita
: HITAM
Menyala sebuah semangat yang tak pernah pupus
Diterjang ombak keputusasaan, ibarat sebuah fajar pagi
Yang tak pernah lelah membagi kehagatannya
: MERAH
Gulana yang terpancar menjelang senja hadir karena perpisahan
Adalah sejatinya sebuah proses pendewasaan diri melawan kerasnya hati
Maka biarkan saja senja membelajarinya
: KUNING
Kau yang membiru bersama waktu
Dia yang menghitam tanpa legam
Dia yang memerah karena darah
Dan aku yang menguning menjadi kemuning
adalah satu kesatuan
Dan kami dipersatukan dalam cawan pelangi
Ah bukankah pelangi tak ada warna hitam???
Kemana hilangnya si hitam itu ??
Ah dia tidak hilang
dia masih disini dekat sekali dengan jantungku
Ia menaungi birunya langit ketika malam menjamahnya
Ia mengantarkan merahnya fajar untuk menyisingkan sinarnya
dan segera setelahnya dia menjembut senja untuk mengajaknya bercinta
maka haruskah dipertanyakan lagi kemana dia ???
Jika ia sudah memberikan arti dalam hidupku .....
Pelangi itu sudah cukup indah, meski tanpa ada warna hitam
karena hitam itu telah melengkapi hidupku yang terlalu putih
Rumah Pohon
29 JULI 2010
10.30 WIB
** Untuk hitam yang selalu kupertanyaankan keberadannya
aku baru menyadarinya sekarang
dia ada dihatiku, tak pernah beranjak sedikitpun
maaf .....
Sabtu, 24 Juli 2010
GULANA
Gulana yang tak tersampaikan oleh kelunya kecap pada bentangan malam menjadikanku seperti hilang arah hari ini.
Tak nampak pijar kejora yang seringkali menuntunku dalam gelap, tak kurasakan sepoi yang mampu membuatku damai ketika asap sesak menyumbat dadaku.
Gulana masih pekat menggantung didasar pagi,mengayuh hari bersama mentari, berkelana mencari ekspresi melepaskan diri agar tak menyekat malamku
Aku yang masih berserakan gulana, mencoba mengumpulkan serakanya agar tak mengotori siapapun tak jua kau, walau ak tak mampu membersihkanya sendiri namun percayalah bukan niatku mengotorinya.
Dalam kelemahan gulana aku berkata aku sedang merintih ... tolong
Rumah pohon
25 Juli 2010
12.00 wib
*Ditengah kacaunya pikiranku
Kamis, 01 Juli 2010
Demi
Demi sebuah kenangan
Yang mengkabut dalam ingatan akan sebuah masa, dan mulai mengembun bersama cerah hari ini.
Demi sebuah rasa yang pernah terapung, terhempas dan tersesat dalam pusarannya maka akan kutenggelamkan semua bara yang masih menyala agar aku bisa kembali mencium uarmu
Demi sebuah janggal yang menindih hidup manakala sepi menyergap
Dan demi segala bentuk abnormal yang terangkai membentuk pribadi yang berbeda , maka ijinkan ak meneguk manisnya sebuah garam,asinya sebuah gula kemudian tatkala semuanya menjadi jelas aku akan kembali lagi seperti semula.
Rumah pohon
2 JULI 2010
08.00 wib
Langganan:
Postingan (Atom)