Malam adalah rentang panjang mengucap bait perpisahan
Karena siang terlalu sibuk memuai bulir keringat
Dentang jampun terasa ponggah memoles waktu
Sesaat ingin rasanya tak beranjak namun tak kuasa memaku
Manakala mendekati sebuah uzur
Dimana ia akan makin lamur
Saat itu cerita masa lalu perlahan mengelupas
Tak ada lagi nostalgia abadi
Pun begitu denganku, kamu dan kalian
Saat usia usia itu semakin beranjak jauh
Maka semakin jauh pula kita dari rumah
Namun semakin dekat dengan kematian
Usia usia itu boleh meranjak
Dia boleh memakan sisa kenangan yang lapuk
Bahkan ia boleh memakan semua semangat
Namun tidak untuk sebuah arti sahabat
Sebelum usia itu beranjak jauh
Maka ingin kusampaikan kepada sahabatku
Inilah saat bahagiaku terjadi
Rumah Pohon
29 Mei 2011
11.00 WIB
Belajar Menguntai Kata Bersama Desah Alam Yang Selalu Bergutasi dibawah rindanganya Akasia.
Sabtu, 28 Mei 2011
Menengok Pelangi
Tak sengaja menginjakkan kaki
Didepan berandamu yang bersemai warna
Masih hangat tak meyengat
tak silau dilihat
Pudar rasaku dalam pendar warnamu
Melunturkan dendam
Jengah lakuku kala memasuki rimbamu
Mengelupaskan angkuh
Dan kusadari tak ada lagi dendam dan angkuh
Karena warnamu tak lagi mengikatku
Lengkungmu tak lagi kusandari
Garismu tak membias tepian hatiku
Maka kuringankan langkah
tanpa berniat membuatmu resah
Kuucapkan selamat sore
Segera temukan lengkung untuk bersandar
Terimakasih untuk jingga masa lalu
Rumah Pohon
22 Mei 2011
12.00 WIB
*aku hanya menawarkan persahabatan kembali ...
Didepan berandamu yang bersemai warna
Masih hangat tak meyengat
tak silau dilihat
Pudar rasaku dalam pendar warnamu
Melunturkan dendam
Jengah lakuku kala memasuki rimbamu
Mengelupaskan angkuh
Dan kusadari tak ada lagi dendam dan angkuh
Karena warnamu tak lagi mengikatku
Lengkungmu tak lagi kusandari
Garismu tak membias tepian hatiku
Maka kuringankan langkah
tanpa berniat membuatmu resah
Kuucapkan selamat sore
Segera temukan lengkung untuk bersandar
Terimakasih untuk jingga masa lalu
Rumah Pohon
22 Mei 2011
12.00 WIB
*aku hanya menawarkan persahabatan kembali ...
Tentang Kutilangku
Sejenak berhentilah melagu
Tak apa jika kau sedikit meragu pada pijakanmu
Karena yang kau butuhkan lebih dari itu
Sayapmu lelah mengudara
Paruhmu letih menggumbar cerita
dan oesophagusmu penuh mengerat bebanmu
Hai kutilangku ...
Apa kabarmu hari ini ???
Masihkah sakit menemanimu ???
Aku hanya mampu menyapamu melalui senja
Temaramnya tentu membuatmu berhenti mencicit cuit
Lembayungnya mampu mengatupkan luka
garis cakrawalanya mampu melebarkan matamu
Setelah seharian kau memicingkannya dari surya
Hai kutilangku ...
Adakah cerita yang ingin kau bagi untukku
Rindu sekali akan celotehmu
Yang mampu menghangatkan malam
Bahkan sebait tulisan ini takkan mampu rasanya
untuk membuatmu tertawa lebih baik
Entahlah ...
Semoga kau baik baik saja hari ini :)
Rumah Pohon
21 Mei 2011
15.45 wib
*Coretan iseng iseng untuk kutilangku
Tak apa jika kau sedikit meragu pada pijakanmu
Karena yang kau butuhkan lebih dari itu
Sayapmu lelah mengudara
Paruhmu letih menggumbar cerita
dan oesophagusmu penuh mengerat bebanmu
Hai kutilangku ...
Apa kabarmu hari ini ???
Masihkah sakit menemanimu ???
Aku hanya mampu menyapamu melalui senja
Temaramnya tentu membuatmu berhenti mencicit cuit
Lembayungnya mampu mengatupkan luka
garis cakrawalanya mampu melebarkan matamu
Setelah seharian kau memicingkannya dari surya
Hai kutilangku ...
Adakah cerita yang ingin kau bagi untukku
Rindu sekali akan celotehmu
Yang mampu menghangatkan malam
Bahkan sebait tulisan ini takkan mampu rasanya
untuk membuatmu tertawa lebih baik
Entahlah ...
Semoga kau baik baik saja hari ini :)
Rumah Pohon
21 Mei 2011
15.45 wib
*Coretan iseng iseng untuk kutilangku
Senin, 23 Mei 2011
Pulanglah dalam punggungmu
Ia nampak tegar meski bergetar
Tak nampak kecewa akan luka getir
Tetapmembidang lentur
Serupabarisan pasir dipesisir
Yang tak goyah oleh air
Ia memberikan hangat
Menyusupkan dekap
Membagikan semangat
Ia tak pernah pernah melenguh keluh
Meski tertindih tubuh
Sulit tersentuh tak menyentuh
Ia adalah punggung
Terbiasa terluka tanpa luka
Setia menemani kerap terlupa
Menua bersama masa
Menuai bulir cerita
Membungkuk tertindih usia
Namun tanpa kesah berasa
Maka yang bisa kukata hanya :
Tegarlah setegar punggungmu
Rumah Pohon
23 Mei 2011
15.00 Wib
*Ngantuk sekali hari ini
Tak nampak kecewa akan luka getir
Tetapmembidang lentur
Serupabarisan pasir dipesisir
Yang tak goyah oleh air
Ia memberikan hangat
Menyusupkan dekap
Membagikan semangat
Ia tak pernah pernah melenguh keluh
Meski tertindih tubuh
Sulit tersentuh tak menyentuh
Ia adalah punggung
Terbiasa terluka tanpa luka
Setia menemani kerap terlupa
Menua bersama masa
Menuai bulir cerita
Membungkuk tertindih usia
Namun tanpa kesah berasa
Maka yang bisa kukata hanya :
Tegarlah setegar punggungmu
Rumah Pohon
23 Mei 2011
15.00 Wib
*Ngantuk sekali hari ini
Langganan:
Postingan (Atom)