Belajar Menguntai Kata Bersama Desah Alam Yang Selalu Bergutasi dibawah rindanganya Akasia.
Selasa, 30 Maret 2010
Pada Yang Tak Tersentuh
Pagiku terbangun dengan nanar
Menyambut matahari dengan wajah gusar
Senyuman pun terasa sangat kasar
Siangku berada disatu titik nadir
Mengajakku berfatamorgana liar
Mengkabut membentuk lintasan yang siap berhalilintar
Menumpahkan kesah layaknya gerimis menangis didahului petir
Maka malamku akan menjadi samar samar
Tak terlihat satu bintang pun bersinar
Bahkan sinar bulan enggan tuk hadir
Kubiarkan saja seperti ini aku gusar
Biar
Biar
Biar
Yang kuingin saat ini hanyalah sore yang tawar
Setawar roti kering tersedia di meja bundar
Yang belum kusentuh dengan jari jari kasarku
Enggan kumasukan dalam perut yang berasa lapar
Karena aku hanya ingin tenang dalam senja yang bergulir
Pelan membawa noktah merah tanda luka yang membilur
Tanpa ada obatnya kecuali hatimu yang tersadar
Bersabar dalam dekap malam bersama hampa pijar
Mengajarimu tersenyum dalam luka yang tak berdasar
Menbuatmu seperti karang yang tak pernah lelah untuk tegar
Jangan menyerah pun jika kau tersingkir !!!
Rumah Pohon
30 maret 2010
14.00 wib
Jumat, 26 Maret 2010
Mawar Untuk Mena
Mewangi menaungi hari yang selalu tak pernah stagnan dalam perjalanannya
Entah kapan kau bisa merasakan lepas dari semua penat yang melekat pada tiap sendimu dan membuatmu nyeri pada ruas ruasnya.
Namun satu yang pasti kau mampu melewati semua ini karena kau adalah nyata yang takkan tersobek mimpi. Kau bukan ilusi dimana hanya bisa datang ketika malam dan menghilang ketika pagi
Aku hanya seorang penonton dari balik terali mata dan hanya bisa memberimu gutasi ketika terasa daun hatimu tandus, kemudian tinggal kau melanjutkan hiupmu seperti apa yang kau inginkan.
Mena sebuah nama dalam satu ingatan
Tak terhapus waktu tak mampu dimakan usia
Tak pudar oleh hapus jaman kecuali pikun
Kuharap pikun-pun menjahui kami
Mena nama indah untuk sebuah kenangan
Sebuah janji untuk jalinan pohon persahabatan
yang berusahan menebus cadas perbedaan
dan berklorofil bagi yang membutuhkan
Mena tetaplah menjadi mena sebuah mawar cantik meskipun terpagar oleh duri tajam.
Rumah Pohon
27 maret 2010
08.00 wib
Entah kapan kau bisa merasakan lepas dari semua penat yang melekat pada tiap sendimu dan membuatmu nyeri pada ruas ruasnya.
Namun satu yang pasti kau mampu melewati semua ini karena kau adalah nyata yang takkan tersobek mimpi. Kau bukan ilusi dimana hanya bisa datang ketika malam dan menghilang ketika pagi
Aku hanya seorang penonton dari balik terali mata dan hanya bisa memberimu gutasi ketika terasa daun hatimu tandus, kemudian tinggal kau melanjutkan hiupmu seperti apa yang kau inginkan.
Mena sebuah nama dalam satu ingatan
Tak terhapus waktu tak mampu dimakan usia
Tak pudar oleh hapus jaman kecuali pikun
Kuharap pikun-pun menjahui kami
Mena nama indah untuk sebuah kenangan
Sebuah janji untuk jalinan pohon persahabatan
yang berusahan menebus cadas perbedaan
dan berklorofil bagi yang membutuhkan
Mena tetaplah menjadi mena sebuah mawar cantik meskipun terpagar oleh duri tajam.
Rumah Pohon
27 maret 2010
08.00 wib
Rabu, 24 Maret 2010
Akasia
Aroma akasia kembali menyeruak dalam kisi kisi kamarku yang sejak 8 tahun lalu tak pernah lagi kau singgahi meski sekedar dalam alam mimpi.
Asmara yang sempat terpetak antara ruang hatimu dan kita kini membulat dengan garis yang tak lagi utuh karena dihapus oleh kala
Tapi kali ini kurasakan gelombang rindu yang dalam seperti deja vu yang menggiring dirimu hadir dalam wujud wewangian seakan ingin membelaiku yang sedang kalut dalam badai kehidupan
Yang kucium adalah wangimu dan yang kutahu itu kau akasia, sosok yang tak pernah meninggalkan aku sendiri bahkan ketika bumi sudah menyetubuhimu.
Aku gelisah
Aku Gundah
Aku marah
Aku kalah
dan kau seolah tiba lewat hembusan bayu
hanya ingin berkata "aku tak pernah sendiri"
Kuberanikan diri membuka jendela kamarku dan kutemui tebaran daun akasia yang melayang layang seakan memberi salam pada malam yang temaram dan tiba tiba aku sadar akan satu hal "aku sejatinya tak sendiri"
Ah terimakasih Tuhan kau beri aku sebuah pilinan kasih yang tak terendap oleh waktu
terimakasih telah memberiku sosok akasia yang sangat indah meski dia kembali ke pelukan-MU terimakasih ....
Akasia
kupastikan esokku kan lebih baik dari ini
RUMAH POHON
25 MARET 2010
12.10 WIB
Asmara yang sempat terpetak antara ruang hatimu dan kita kini membulat dengan garis yang tak lagi utuh karena dihapus oleh kala
Tapi kali ini kurasakan gelombang rindu yang dalam seperti deja vu yang menggiring dirimu hadir dalam wujud wewangian seakan ingin membelaiku yang sedang kalut dalam badai kehidupan
Yang kucium adalah wangimu dan yang kutahu itu kau akasia, sosok yang tak pernah meninggalkan aku sendiri bahkan ketika bumi sudah menyetubuhimu.
Aku gelisah
Aku Gundah
Aku marah
Aku kalah
dan kau seolah tiba lewat hembusan bayu
hanya ingin berkata "aku tak pernah sendiri"
Kuberanikan diri membuka jendela kamarku dan kutemui tebaran daun akasia yang melayang layang seakan memberi salam pada malam yang temaram dan tiba tiba aku sadar akan satu hal "aku sejatinya tak sendiri"
Ah terimakasih Tuhan kau beri aku sebuah pilinan kasih yang tak terendap oleh waktu
terimakasih telah memberiku sosok akasia yang sangat indah meski dia kembali ke pelukan-MU terimakasih ....
Akasia
kupastikan esokku kan lebih baik dari ini
RUMAH POHON
25 MARET 2010
12.10 WIB
Teratai
Aku bukanlah kenari
Yang bersenandung di tiap pagi
Guna menyambut sang matahari
Aku juga bukanlah melati
Yang senantiasa mewangi
Manakala pagi menandai hari
Aku tak lebih dari sebuah teratai
Tenang didalam air melambai
Damai menjadi pelidung katak katak yang masih bernama bayi
Berusaha menjadi dewasa dalam lindungan daunya yang landai
Tapi takkan pernah kusesali
Karena aku masih bisa menatapmu wahai matahari
Pun jauh terasa dari tempatku tumbuh dan mandiri
Dan aku adalah tetap teratai
Yang akan selalu bahagia bersama lusinan katak yang kelak akan mempersembahkan sonar berharmoni
Menjelma menjadi alunan nada nada yang berirama merdu kala hujan selesai menguyur bumi
Hanya ditujukan untukmu wahai matahari
Meskipun kau takkan pernah mendegarnya karena kau sudah berada dalam peraduan bumi
Akulah sang teratai
Teratai yang melambai lambai
Diam dalam damai
Ngilu dalam hati
Berdoa dalam sunyi
..............
Sendiri
Rumah Pohon
25 MARET 2010
09.30 WIB
** Teratai ini akan terus mekar untuk merasakan sengatan matahari yang membakar tubuhnya.
Yang bersenandung di tiap pagi
Guna menyambut sang matahari
Aku juga bukanlah melati
Yang senantiasa mewangi
Manakala pagi menandai hari
Aku tak lebih dari sebuah teratai
Tenang didalam air melambai
Damai menjadi pelidung katak katak yang masih bernama bayi
Berusaha menjadi dewasa dalam lindungan daunya yang landai
Tapi takkan pernah kusesali
Karena aku masih bisa menatapmu wahai matahari
Pun jauh terasa dari tempatku tumbuh dan mandiri
Dan aku adalah tetap teratai
Yang akan selalu bahagia bersama lusinan katak yang kelak akan mempersembahkan sonar berharmoni
Menjelma menjadi alunan nada nada yang berirama merdu kala hujan selesai menguyur bumi
Hanya ditujukan untukmu wahai matahari
Meskipun kau takkan pernah mendegarnya karena kau sudah berada dalam peraduan bumi
Akulah sang teratai
Teratai yang melambai lambai
Diam dalam damai
Ngilu dalam hati
Berdoa dalam sunyi
..............
Sendiri
Rumah Pohon
25 MARET 2010
09.30 WIB
** Teratai ini akan terus mekar untuk merasakan sengatan matahari yang membakar tubuhnya.
Dandelion
Dandelion
Terbang berputar putar dalam sebuah pusaran angin yang akan terus menerbangkanmu kemana ia suka tanpa bisa kau tolak
Dandelion
Putih berseri merekah mewangi menghiasi bumi dengan senyum terkulum bagai gadis kecil yang sedang mengulum bulatan permen dalam mulutnya yang mungil
Adakah aku akan menemukan dandelionku ???
Aku bahkan tak tahu kapan kau berpijak lagi kebumi
Aku juga tak yakin kau akan dapat kembali kedaratan karena angin tentu dengan mudahnya mengoyak seluruh permadani yang membungkusmu
Lantas untuk apa aku menunggumu ???
Dandelion
Bumi ini hanyalah sebuah perputaran samara
Maka tak perlu lagi aku bertanya karena aku yakin ketika kau terbang aku takkan pernah bisa meraih ujungmu untuk tinggal sejenak menemani keringnya lukaku
Dan ketik lukaku yang masih basah mengangga aku ijinkan kau terbang melintasi sebagian dunia yang tak kau ketahui
Aku akan mencoba mereproduksi lukaku dengan sebuah epidermis baru untuk menutupnya dan nelangkah pasti menyusulmu
Pastikan bahwa aku takkan menyesali sebuah kepergianmu
Alam telah berbisik disela sepoi angin bahwa akan ada dandelion lain siap untuk menjamahku dihari lain
Dandelionku
Aku akan merindukanmu ....
Rumah Pohon
25 maret 2010
09.00 wib
Kamu
Kamu ....
Semanis sikapmu yang terjaga
menebarkan wangi kelembutan meskipun terselip sebuah kegarangan yang sengaja kau kubur pendam sejenak
Kamu ...
Dengan bingkai kacamata yang berwarna jingga, serasa memerah laksana jingganya senja yang menahan hentakan jiwa buah kerinduan akan hadirnya sebuah pertemuan
Dan Kamu ....
Tetap seindah dan semarak smaradhana yang memayungi sebuah keindahan lembayung kala surya merangkak keperaduannya dan digantikan Luna dengan taburan bintang setia dengan kerlip kecilnya akan selalu menemaniku, menemaniku yang sendiri tanpa kamu, tanpa adanya tangan yang selalu mengenggam tanganku layaknya langit yang mendekap alam dalam buai tidur panjang dimalam hari memberinya selimut nyaman ketika bumi sedang terlelap.
Semoga kamu tau ...
Rumah Pohon
25 MARET 2010
09.00 WIB
Semanis sikapmu yang terjaga
menebarkan wangi kelembutan meskipun terselip sebuah kegarangan yang sengaja kau kubur pendam sejenak
Kamu ...
Dengan bingkai kacamata yang berwarna jingga, serasa memerah laksana jingganya senja yang menahan hentakan jiwa buah kerinduan akan hadirnya sebuah pertemuan
Dan Kamu ....
Tetap seindah dan semarak smaradhana yang memayungi sebuah keindahan lembayung kala surya merangkak keperaduannya dan digantikan Luna dengan taburan bintang setia dengan kerlip kecilnya akan selalu menemaniku, menemaniku yang sendiri tanpa kamu, tanpa adanya tangan yang selalu mengenggam tanganku layaknya langit yang mendekap alam dalam buai tidur panjang dimalam hari memberinya selimut nyaman ketika bumi sedang terlelap.
Semoga kamu tau ...
Rumah Pohon
25 MARET 2010
09.00 WIB
Selamat Pagi
Perisai malam terkoyak oleh surya dengan hangatnya sinar yang melapisi tiap lapisan epidermis bumi membuat nyaman setelah dingin meresap dalam ari ari.
Awan kelam terbuka berganti warna menjadi biru menutup tirai bintang dengan hamparan putihnya langit yang menelusupkan sebuah perasaan damai ketika memadangnya.
Gutasi pada hijau daun sisa semalampun beranjak mndekati ujung ujung daun dan akan jatuh ketanah kemudian musnah bersama merekahnya putik bunga
Indahnya kehidupan yang dimulai pagi ini menerbitkan semangat yang sempat mengendap karena buai dekapan malam, dan sekarang semangat itu menjadikan aku tersenyum siap menyambut hari ini.
Rumah Pohon
25 MARET 2010
07.00 wib
** selamat pagi Dunia
Langganan:
Postingan (Atom)