Kepada Pemilik Teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-MU
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Cahya-MU panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pitu-MU aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
: Chairil Anwar
Chairil anwar dilahirkan di Medan 22 Juli 1922. Sekolahnya hanya sampai MULO (SMP) dan itupun tidak tamat. Kemudian ia pindah ke Jakarta, Tetapi ia merupakan seorang yang banyak sekali membaca dan belajar sendiri sehingga tulisan tulisannya matang dan padat berisi.
Sajaknya merupakan gambaran semangat hidupnya yang membara, tidak pantang menyerah, dan sajaknya juga tak melulu tentang sikap sinis mengejek nilai moral seperti dalam sajak DOA ini yang begitu indah mengalun.
Mari Lestarikan Sajak Indonesia
Belajar Menguntai Kata Bersama Desah Alam Yang Selalu Bergutasi dibawah rindanganya Akasia.
Senin, 20 September 2010
Minggu, 19 September 2010
ASA
Kukemasi rinduku dalam sebuah koper pagi
Kulempar ke sungai dengan arus kesibukan
Kubiarkan ia berkelana tergulung oleh hari
Sampai aku tak lagi menemukanya kecuali menjelang bermimpi
Saat itu tiba akupun takkan pernah membuka kopernya karena aku telah memendam kuncinya dalam lumpur tangis.
Ah enggan rasanya harus mengorek lapisannya hanya untuk menemukan sebuah kunci,
biar hilang
Mengendap
Membeku
Membatu
Terkikis waktu
Mengelupas
Hilang
Dan aku kembali dengan koper baru diujung pagi, kembali memungguti rontoknya hati, menanamnya dan menunggu ia bersemi sembari melawati hari yang tak terbatas kini.
koper baru kesekian yang berisi asa
kali ini pastinya berisi ribuan mimpi dan jutaan tawa jika kau buka
tak kan terasa berat lagi menyeretnya turut dalam langkah perjalanan yg hendak kau kayuh
suatu saat nanti, dirumah yang tak hanya untk kau ...singgahi ada bahagia yg menanti
Yang kutau koper itu tak membuatku merasa ketakutan untuk membukanya hanya karena buah rindu yang menyiksa
Masih dgn koper sama, namun berbeda isi dan ingin kubagi sebagian untukmu kawan.
Sebab kita adalah senyawa
maka biar lebur bersama membunuh semua khawatir kita, hari ini, esok atau lusa
berbagi manis dan getir dalam sekotak kue pasta di ujung makan malam kita
Bersimbiosis bersama bermutualisme bersama, tak berkarat karena airmata, tak menguap karena panas emosi, tak mencair karena kurangnya perhatian namun makin kukuh karena senyawa ketulusan telah mengikat ion kita
Lebih baik ak mengendapkan rindu dlm pekatnya lumpur dan membiarkan ia mengelepar kehabisan nafas darhpada hrs menengelamkan tiap lembar buku yang kuyakini adalah hasratku tuk hidup
Seperti katamu...
luka itu cantik!
secantik ayu mu yang berpendar di tiap pagiku bersama lantun tawa mu
bahkan nyaris tanpa kata
mereka [luka, dan penorehnya]
bahkan rela menanggung dosa hanya untk menguatkan kita
lalu haruskah kita tunduk pada mendung yg menggelayut lama?
tidak ada satu hal pun alasan untk membuat langkah kita berhenti mengorbit
seperti cassiopeia yg bersinar di belahan langit bumi utara
kita menggangakan tawa dan mengangkangi sedih, enyahkan luka
mengandeng bahagia
Entah kapan hadirnya tak peduli, selama kita bersama apapun isi koper kita takkan pernah mampu memberatkan langkah kita bukan
Ak terlalu rapuh berjalan sendiri kawan
dan kita tak kan pernah benar-benar sendirian
selalu ada tangan2 yang bersedia merangkul hening mu
selalu ada wajah kawan yg riang dan sedih bersamamu
menemanimu bertumbuh dewasa dan semakin matang
“itu gunanya teman”
...dulu kau bilang begitu...
hanya sekebis khawatir, dan akan berakhir...
merapal doa sebagai mantra penyelamat dalam jajaran hari yg mustahil
hayuk melangkah bersama, bekpekeran melanglang buana...
an aku hendak memantrai waktu
Agar meneruskan gulungannya yang kini tengah bersetubuh dengan persahabatan kita
Maka jangan pernah pergi dariku
Jangan ......
RUMAH POHON
20 September 2010
08.15 Wib
Kulempar ke sungai dengan arus kesibukan
Kubiarkan ia berkelana tergulung oleh hari
Sampai aku tak lagi menemukanya kecuali menjelang bermimpi
Saat itu tiba akupun takkan pernah membuka kopernya karena aku telah memendam kuncinya dalam lumpur tangis.
Ah enggan rasanya harus mengorek lapisannya hanya untuk menemukan sebuah kunci,
biar hilang
Mengendap
Membeku
Membatu
Terkikis waktu
Mengelupas
Hilang
Dan aku kembali dengan koper baru diujung pagi, kembali memungguti rontoknya hati, menanamnya dan menunggu ia bersemi sembari melawati hari yang tak terbatas kini.
koper baru kesekian yang berisi asa
kali ini pastinya berisi ribuan mimpi dan jutaan tawa jika kau buka
tak kan terasa berat lagi menyeretnya turut dalam langkah perjalanan yg hendak kau kayuh
suatu saat nanti, dirumah yang tak hanya untk kau ...singgahi ada bahagia yg menanti
Yang kutau koper itu tak membuatku merasa ketakutan untuk membukanya hanya karena buah rindu yang menyiksa
Masih dgn koper sama, namun berbeda isi dan ingin kubagi sebagian untukmu kawan.
Sebab kita adalah senyawa
maka biar lebur bersama membunuh semua khawatir kita, hari ini, esok atau lusa
berbagi manis dan getir dalam sekotak kue pasta di ujung makan malam kita
Bersimbiosis bersama bermutualisme bersama, tak berkarat karena airmata, tak menguap karena panas emosi, tak mencair karena kurangnya perhatian namun makin kukuh karena senyawa ketulusan telah mengikat ion kita
Lebih baik ak mengendapkan rindu dlm pekatnya lumpur dan membiarkan ia mengelepar kehabisan nafas darhpada hrs menengelamkan tiap lembar buku yang kuyakini adalah hasratku tuk hidup
Seperti katamu...
luka itu cantik!
secantik ayu mu yang berpendar di tiap pagiku bersama lantun tawa mu
bahkan nyaris tanpa kata
mereka [luka, dan penorehnya]
bahkan rela menanggung dosa hanya untk menguatkan kita
lalu haruskah kita tunduk pada mendung yg menggelayut lama?
tidak ada satu hal pun alasan untk membuat langkah kita berhenti mengorbit
seperti cassiopeia yg bersinar di belahan langit bumi utara
kita menggangakan tawa dan mengangkangi sedih, enyahkan luka
mengandeng bahagia
Entah kapan hadirnya tak peduli, selama kita bersama apapun isi koper kita takkan pernah mampu memberatkan langkah kita bukan
Ak terlalu rapuh berjalan sendiri kawan
dan kita tak kan pernah benar-benar sendirian
selalu ada tangan2 yang bersedia merangkul hening mu
selalu ada wajah kawan yg riang dan sedih bersamamu
menemanimu bertumbuh dewasa dan semakin matang
“itu gunanya teman”
...dulu kau bilang begitu...
hanya sekebis khawatir, dan akan berakhir...
merapal doa sebagai mantra penyelamat dalam jajaran hari yg mustahil
hayuk melangkah bersama, bekpekeran melanglang buana...
an aku hendak memantrai waktu
Agar meneruskan gulungannya yang kini tengah bersetubuh dengan persahabatan kita
Maka jangan pernah pergi dariku
Jangan ......
RUMAH POHON
20 September 2010
08.15 Wib
AKU - Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
Ku tak mau seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan yang terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa ku bawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli'Aku mau hidupseribu tahun lagi
: Chairil Anwar
Chairil anwar dilahirkan di Medan 22 Juli 1922. Sekolahnya hanya sampai MULO (SMP) dan itupun tidak tamat. Kemudian ia pindah ke Jakarta, Tetapi ia merupakan seorang yang banyak sekali membaca dan belajar sendiri sehingga tulisan tulisannya matang dan padat berisi.
Sajaknya merupakan gambaran semangat hidupnya yang membara, tidak pantang menyerah.
Mari Lestarikan Sajak Indonesia
Ku tak mau seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan yang terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa ku bawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli'Aku mau hidupseribu tahun lagi
: Chairil Anwar
Chairil anwar dilahirkan di Medan 22 Juli 1922. Sekolahnya hanya sampai MULO (SMP) dan itupun tidak tamat. Kemudian ia pindah ke Jakarta, Tetapi ia merupakan seorang yang banyak sekali membaca dan belajar sendiri sehingga tulisan tulisannya matang dan padat berisi.
Sajaknya merupakan gambaran semangat hidupnya yang membara, tidak pantang menyerah.
Mari Lestarikan Sajak Indonesia
Jumat, 17 September 2010
Nasehat Kecil Orangtua Pada Anaknya Berangkat Dewasa
Jika adalah yang harus kau lakukan
Ialah menyampaikan Kebenaran
Jika adalah yang tak bisa dijual-belikan
Ialah yang bernama Keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon Kezaliman
Jika adalah orang yang harus kau agungkan
Ialah hanya Rosul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah Syahid di jalan Illahi
: Taufiq Ismail
Beliau lahir tahun 1937 di Bukittinggi, tetapi dibesarkan di Pekalongan.
Beliau telah mulai mengumumkan sajak-sajak, cerpen, dan esainya sejak tahun 1954, Tetapi baru awal 1966 ia muncul ke muka. Ketika sajak yang ditulisnya dengan nama samaran Nur Fadjar diumumkan dengan judul TIRANI ditengah demonstrasi para mahasiswa menyampaikan Tritura.
Belakangan beliau, kecuali duduk sebagai anggota dewan Kesenian Jakarta dan Anggota redaksi majalah Horison, bnayak menulis kolom (sebagai kolumnis) dalam berbagai harian di Jakarta.
Mari Lestarikan Sastra indonesia
Ialah menyampaikan Kebenaran
Jika adalah yang tak bisa dijual-belikan
Ialah yang bernama Keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon Kezaliman
Jika adalah orang yang harus kau agungkan
Ialah hanya Rosul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah Syahid di jalan Illahi
: Taufiq Ismail
Beliau lahir tahun 1937 di Bukittinggi, tetapi dibesarkan di Pekalongan.
Beliau telah mulai mengumumkan sajak-sajak, cerpen, dan esainya sejak tahun 1954, Tetapi baru awal 1966 ia muncul ke muka. Ketika sajak yang ditulisnya dengan nama samaran Nur Fadjar diumumkan dengan judul TIRANI ditengah demonstrasi para mahasiswa menyampaikan Tritura.
Belakangan beliau, kecuali duduk sebagai anggota dewan Kesenian Jakarta dan Anggota redaksi majalah Horison, bnayak menulis kolom (sebagai kolumnis) dalam berbagai harian di Jakarta.
Mari Lestarikan Sastra indonesia
HIDUP - (SAMADI)
Ketika lahir disambut ebang
Ketika mati dilepas salat
Antara azan dengan sembahyang,
Wahai hidup alangkah singkat
Datang ke dunia telanjang bulat
Pulang hanya berkain kafan
Jangan ke alam hati tertambat
Alam tak dapat menolong badan !
Samadi merupakan salah satu penyair terpenting yang menerbitkan kumpulan sajaknya di Medan sebelum perang.
Nama samaran Anwar Rasjid, lahir di Maninjau, 18 November 1918.
Penyair ini pernah menjadi kepala sekolah H.I.S di Kuala Simpang, kemudian sejak tahun 1939 ia menjadi redaktur majalah Pedoman Masyarakat dan Pedoman Islam di Medan.
Sajak yang dihimpunya dalam Senandung Hidup ditulisnya antara tahun 1935-1941.
Mari Lestarikan Sajak Indonesia ...
Ketika mati dilepas salat
Antara azan dengan sembahyang,
Wahai hidup alangkah singkat
Datang ke dunia telanjang bulat
Pulang hanya berkain kafan
Jangan ke alam hati tertambat
Alam tak dapat menolong badan !
Samadi merupakan salah satu penyair terpenting yang menerbitkan kumpulan sajaknya di Medan sebelum perang.
Nama samaran Anwar Rasjid, lahir di Maninjau, 18 November 1918.
Penyair ini pernah menjadi kepala sekolah H.I.S di Kuala Simpang, kemudian sejak tahun 1939 ia menjadi redaktur majalah Pedoman Masyarakat dan Pedoman Islam di Medan.
Sajak yang dihimpunya dalam Senandung Hidup ditulisnya antara tahun 1935-1941.
Mari Lestarikan Sajak Indonesia ...
Kamis, 16 September 2010
Cerita Hari Ini
Apa yang ingin kutulis ???
Tak ada yang ingin kucurahkan hari ini selain buramnya mata
Mengantuk tanda semalam kurang bersahabat dengan sang kasur
Entah apakah karena antara mataku dan si kasur tak bisa bersimbiosis
Sehingga enggan untuk berkawin bersama seperti sebelumnya
Aku tak tahu.
Sajak yang kutulis ini pun tak jelas mengarah kemana
Bukan sebuah sajak yang bagus tapi aku ingin berarti
Padahal ini juga tak mengandung arti yang spesifik
Entahlah yang jelas hanya ingin menumpahkan sesak dikepala
Sebelum mataku benar benar tak bisa diajak berkompromi
Dengan siang yang makin menerikkan panasnya
Namun satu yang bisa kubagi bahagia
Adlah seulas senyum simpul pertanda baik
Napak tilas kemarin yang masih tersisa dibibir pagi
Ahhhhhhay iya kemarin ada setitik bahagia
Yang terangkum dalam kesedihanku
Namun ingin kubagi bersama
Semoga senyum itu masih mengangakan lubangnya
Untukku dimalam hari agar aku kembali mendapati senyum simpulku
Dan semoga simpulnya terlalu rapat untuk dapat kubuka kembali
Sehingga aku akan selalu merasa bahagia
Bahagia dan bahagia
Teruntuk dia yang disana
Semoga bahagia juga menyampulimu
---amien----
Rumah Pohon
17 September 2010
09.00 Wib
Tak ada yang ingin kucurahkan hari ini selain buramnya mata
Mengantuk tanda semalam kurang bersahabat dengan sang kasur
Entah apakah karena antara mataku dan si kasur tak bisa bersimbiosis
Sehingga enggan untuk berkawin bersama seperti sebelumnya
Aku tak tahu.
Sajak yang kutulis ini pun tak jelas mengarah kemana
Bukan sebuah sajak yang bagus tapi aku ingin berarti
Padahal ini juga tak mengandung arti yang spesifik
Entahlah yang jelas hanya ingin menumpahkan sesak dikepala
Sebelum mataku benar benar tak bisa diajak berkompromi
Dengan siang yang makin menerikkan panasnya
Namun satu yang bisa kubagi bahagia
Adlah seulas senyum simpul pertanda baik
Napak tilas kemarin yang masih tersisa dibibir pagi
Ahhhhhhay iya kemarin ada setitik bahagia
Yang terangkum dalam kesedihanku
Namun ingin kubagi bersama
Semoga senyum itu masih mengangakan lubangnya
Untukku dimalam hari agar aku kembali mendapati senyum simpulku
Dan semoga simpulnya terlalu rapat untuk dapat kubuka kembali
Sehingga aku akan selalu merasa bahagia
Bahagia dan bahagia
Teruntuk dia yang disana
Semoga bahagia juga menyampulimu
---amien----
Rumah Pohon
17 September 2010
09.00 Wib
KUINGAT PADAMU - Abdul Hadi
Kuingat padamu bila fajar
Merahkan langit sebelah timur
Kuingat padamu bila senja
Mencium bunga yang kan tidur
Kuingat padamu bila malam
Sepi berbunga bintang bercahaya
Kuingat padamu bila bulan
Teduh benderang purnama raya
Kuingat padamu, ah selalu
Sampaikan aku turut kau pula
Baringkan badan dipangkuan bumi
Tempat segala menjadi lupa
(poedjangga Baroe, 1937)
Sajak Asmara Hadi/Abdul Hadi
Abdul hadi lahir di Bengkulu 1914, sajaknya penuh Romantik dan kesedihan karena ditinggal mati oleh kekasihnya yang pertama. Luka jiwa yang disebabkan oleh kematian cintanya oleh Asmara Hadi malah dijadikan sumber semangat berjuang yang tak kunjung padam.
Merahkan langit sebelah timur
Kuingat padamu bila senja
Mencium bunga yang kan tidur
Kuingat padamu bila malam
Sepi berbunga bintang bercahaya
Kuingat padamu bila bulan
Teduh benderang purnama raya
Kuingat padamu, ah selalu
Sampaikan aku turut kau pula
Baringkan badan dipangkuan bumi
Tempat segala menjadi lupa
(poedjangga Baroe, 1937)
Sajak Asmara Hadi/Abdul Hadi
Abdul hadi lahir di Bengkulu 1914, sajaknya penuh Romantik dan kesedihan karena ditinggal mati oleh kekasihnya yang pertama. Luka jiwa yang disebabkan oleh kematian cintanya oleh Asmara Hadi malah dijadikan sumber semangat berjuang yang tak kunjung padam.
Untuk Pelangi-ku
Pelangi ...
Pernahkah pelangi berada pada satu titik tempat ?
Pernahkan pelangi hadir sebelum hujan tiba ?
Pernahkah pelangi menampakkan warna lain selain itu ?
Jawabnya ternyata Tidak
Yang kutahu pelangi memang indah untuk dilihat
Yang kusadar adalah pelangi memang hadir setelah meredanya langit
Dan yang kurasa pelangi tidak memiliki warna gelap
Itulah Pelangi yang bergelanyut diangkasa
Bukan pelangi yang memelukku kala 2bulan lalu
Pelangi yang hadir ketika aku tersedu dalam duka
Pelangi yang menyuguhkan warna indah dalam gelap
Pelangi yang mencerahkan hariku meski hanya beberapa minggu
Makin kusadari bahwa pelangi itu bukan untukku
Dia jenggah untuk menetap disatu tempat
Dia berpendar bukan hanya untukku
Dia sudah tak mampu untuk kulihat apalagi kurasa sinarnya
Lantas haruskah aku tetap menunggunya ?
Tidak !!!
Maaf aku tak bisa menunggu perlangi itu
Meski indah sekali dalam bayangan
Tapi terlalu indah untuk menjadi kenyataan
Ternyata aku bermimpi lagi
Lagi lagi aku bermimpi
Jangan datang lagi
Kumohon .
Rumah Pohon
16 September 2010
15.00 Wib
**Untuk Pelangi yang bergelanyut dilain taman kuharap bahagiamu disana
Doaku untukmu tak pernah lepas
Jadilah Pelangi terindah untuknya seorang .
Pernahkah pelangi berada pada satu titik tempat ?
Pernahkan pelangi hadir sebelum hujan tiba ?
Pernahkah pelangi menampakkan warna lain selain itu ?
Jawabnya ternyata Tidak
Yang kutahu pelangi memang indah untuk dilihat
Yang kusadar adalah pelangi memang hadir setelah meredanya langit
Dan yang kurasa pelangi tidak memiliki warna gelap
Itulah Pelangi yang bergelanyut diangkasa
Bukan pelangi yang memelukku kala 2bulan lalu
Pelangi yang hadir ketika aku tersedu dalam duka
Pelangi yang menyuguhkan warna indah dalam gelap
Pelangi yang mencerahkan hariku meski hanya beberapa minggu
Makin kusadari bahwa pelangi itu bukan untukku
Dia jenggah untuk menetap disatu tempat
Dia berpendar bukan hanya untukku
Dia sudah tak mampu untuk kulihat apalagi kurasa sinarnya
Lantas haruskah aku tetap menunggunya ?
Tidak !!!
Maaf aku tak bisa menunggu perlangi itu
Meski indah sekali dalam bayangan
Tapi terlalu indah untuk menjadi kenyataan
Ternyata aku bermimpi lagi
Lagi lagi aku bermimpi
Jangan datang lagi
Kumohon .
Rumah Pohon
16 September 2010
15.00 Wib
**Untuk Pelangi yang bergelanyut dilain taman kuharap bahagiamu disana
Doaku untukmu tak pernah lepas
Jadilah Pelangi terindah untuknya seorang .
Langganan:
Postingan (Atom)