Kukemasi rinduku dalam sebuah koper pagi
Kulempar ke sungai dengan arus kesibukan
Kubiarkan ia berkelana tergulung oleh hari
Sampai aku tak lagi menemukanya kecuali menjelang bermimpi
Saat itu tiba akupun takkan pernah membuka kopernya karena aku telah memendam kuncinya dalam lumpur tangis.
Ah enggan rasanya harus mengorek lapisannya hanya untuk menemukan sebuah kunci,
biar hilang
Mengendap
Membeku
Membatu
Terkikis waktu
Mengelupas
Hilang
Dan aku kembali dengan koper baru diujung pagi, kembali memungguti rontoknya hati, menanamnya dan menunggu ia bersemi sembari melawati hari yang tak terbatas kini.
koper baru kesekian yang berisi asa
kali ini pastinya berisi ribuan mimpi dan jutaan tawa jika kau buka
tak kan terasa berat lagi menyeretnya turut dalam langkah perjalanan yg hendak kau kayuh
suatu saat nanti, dirumah yang tak hanya untk kau ...singgahi ada bahagia yg menanti
Yang kutau koper itu tak membuatku merasa ketakutan untuk membukanya hanya karena buah rindu yang menyiksa
Masih dgn koper sama, namun berbeda isi dan ingin kubagi sebagian untukmu kawan.
Sebab kita adalah senyawa
maka biar lebur bersama membunuh semua khawatir kita, hari ini, esok atau lusa
berbagi manis dan getir dalam sekotak kue pasta di ujung makan malam kita
Bersimbiosis bersama bermutualisme bersama, tak berkarat karena airmata, tak menguap karena panas emosi, tak mencair karena kurangnya perhatian namun makin kukuh karena senyawa ketulusan telah mengikat ion kita
Lebih baik ak mengendapkan rindu dlm pekatnya lumpur dan membiarkan ia mengelepar kehabisan nafas darhpada hrs menengelamkan tiap lembar buku yang kuyakini adalah hasratku tuk hidup
Seperti katamu...
luka itu cantik!
secantik ayu mu yang berpendar di tiap pagiku bersama lantun tawa mu
bahkan nyaris tanpa kata
mereka [luka, dan penorehnya]
bahkan rela menanggung dosa hanya untk menguatkan kita
lalu haruskah kita tunduk pada mendung yg menggelayut lama?
tidak ada satu hal pun alasan untk membuat langkah kita berhenti mengorbit
seperti cassiopeia yg bersinar di belahan langit bumi utara
kita menggangakan tawa dan mengangkangi sedih, enyahkan luka
mengandeng bahagia
Entah kapan hadirnya tak peduli, selama kita bersama apapun isi koper kita takkan pernah mampu memberatkan langkah kita bukan
Ak terlalu rapuh berjalan sendiri kawan
dan kita tak kan pernah benar-benar sendirian
selalu ada tangan2 yang bersedia merangkul hening mu
selalu ada wajah kawan yg riang dan sedih bersamamu
menemanimu bertumbuh dewasa dan semakin matang
“itu gunanya teman”
...dulu kau bilang begitu...
hanya sekebis khawatir, dan akan berakhir...
merapal doa sebagai mantra penyelamat dalam jajaran hari yg mustahil
hayuk melangkah bersama, bekpekeran melanglang buana...
an aku hendak memantrai waktu
Agar meneruskan gulungannya yang kini tengah bersetubuh dengan persahabatan kita
Maka jangan pernah pergi dariku
Jangan ......
RUMAH POHON
20 September 2010
08.15 Wib
syair yang apik banget mba
BalasHapusserasa terbawa dalam metamorfosa nya^^
terimakasih chika :)
BalasHapusitu lanjutan ma temenku koq wakakka
eh html-nya ditaruh mana ya
maaf aku gak tahu wakakakak