Belajar Menguntai Kata Bersama Desah Alam Yang Selalu Bergutasi dibawah rindanganya Akasia.
Minggu, 21 Oktober 2012
Gerimis Manis
Gerimis datang lagi
Namun tak lagi mengiris hati
Ia datang hanya berbekal sejuk
Tak ada bau menusuk
Dari tanah yang terbasahi
Ia datang dengan damai kali ini
Aku melihat dari balik jendela
Ingin bergabung dan menyapanya
namun selalu urung kulakukan
Terpaku pada ringkihnya badan
Gerimis yang manis
hadir disaat merasa pesimis
Hampir membuatku sesegukan menangis
Meski ternyata terasa "geulis"
Kali ini aku ingin menikamti gerimisku ...
RUMAH POHON
21 OKTOBER 2012
18.00 WIB
Sabtu, 20 Oktober 2012
Layangan
Layangan ...
tarik ulur gulung ...
cari angin biar terbang ...
Tinggi tinggi bawa angan ...
Jangan putus oleh tali lain
Jangan kalah lantaran lilitan
Terus mengangkasa diudara
Kibarkan cita-cita membara
Layang Layang ...
Kemasi semua duka berganti senang
Ajak semua sedih dan terbangkan dia
Sampai ia tak mampu kembali lagi
hingga tertinggal lega
dan senyum menghias pipi
semoga takkan lagi ada cerita sama
Rumah Pohon
21 Oktober 2012
13.30wib
*saatnya kembali berkreasi
Sang Mantan
Kita pernah sedekat sepatu ini
Melangkah bersama, mengayun seirama
menjejak pelan sekali seakan berusaha
tak merusakan jejak yang ditinggal
Agar alam mampu memotretnya
Dan mematri dalam satu cahaya bintang
Dimalam dihiasi temaram buram
Namun semua tinggal ilusi
Jejak itupun tlah terhapus hari
Hilang ... tak berbekas
Rumah Pohon
20 Oktober 2012
21.00 wib
*mencoba kembali merangkai kata
Kamis, 12 April 2012
Jelang 10 Hari
Jelang 10 Hari ...
Aku belum menyiapkan sesuatu dalam bentuk apapun yang kiranya akan kuberi nanti
Pikirku dulu aku akan memberi sebuah kejutan dalam bentuk absensi
Toh selama ini rutin mengisi jadwalnya namun wujudnya tak pasti
Makin liat malam makin aku tak mampu berfikir melainkan terus mengeliat
Menekan tuts abjad kemudian menghapusnya ketika mereka hampir terikat
Ada jengah ketika mereka hendak terpaut hingga urung tuk kujadikan kalimat
Saat itu kau pasti sedang berbahagia meneguk gelas kebahagiaan bersama handai taulan
Aku hanyalah perdu yang ikut bergoyang tatkala kau mainkan musik ria dipadang bulan
Menjijitkan langkah tuk sekedar menatapun tak mampu dilakukan meski nafsu menekan
10 Hari menjelang hari perayaan sebuah pergantian usia yang baru
Hanya lilin-lilin yang mampu aku nyalakan tanda aku perduli akan metaforamu
Tak lupa doa-doa suci kupanjatkan dalam gutasi
Iringi jejakmu yang makin lama makin tipis tersapu waktu
Semoga sang lalu tak menghapusmu seutuhnya dari usia
Karena memori itu sungguh tak ingin terlupakan sama sekali
Meski sakitnya tak terperi
Kau satu dari kenangan
Mengisi kotak ingatan
Bersamanya aku melangkah
Denganya aku takkan lemah
Selamat Menginjak Usia Baru Sayang !
Rumah Pohon,
13 April 2012
00.00 wib
*kupersembahkan sebuah lagu dari dee "selamat ulang tahun"
Rabu, 11 April 2012
Perihal Kedatangan setelah Kepergian
Datang dan pergi...
tanpa jejak apapun yang bisa di kenali sebagai barang bukti bahwa yang silih berganti itu pernah menetap sekejap di hati.
boleh ku pinjam jari-jari itu
mungkin bisa ku pakai penambah jika hitungan ku tak cukup merangkum semua memori yang samar-samar itu.
semua tak nyata bagiku,
namun telah sedemikian rilis menjejakkan sidik jari di semua penjuru rumahku..
Kemanakah para penghuni
Tak ada satu pun yang berbicara
Dan hati pun semakin membeku
Tembok pun menjadi saksi bisu
Waktu melaju dengan konstan
Ingatan sibuk memajang semua kejadian
Yang buruk akan segera dikemasi
Yang indah jadikan bekal nanti
Dinding-dinding terisi cerita hampa
Tak ada tanya tanpa harus bicara
Terdiam membisu dan lolongan pun berlalu
Namun cerita itu tak bisa ikut pergi
Kehilangan adalah sebuah kepastian
Pun kedatangan yang baru segera hadir
Dinding lalu hanya mampu sajikan getir
Namun lorong esok semua berganti yakin
Datang dan pergi merangkai semua mimpi
Ia hadir tanpa diduga, pun pergi tanpa kata
Namun ia meninggalkan lilitan cerita
Menghantarkan kita pada puncak fantasi
Aku selalu ingin datang ke tempat itu...
tempat berpintu seribu satu
di pintu mana tersimpan seribu peluk mu?
aku masih mencari-cari sampai keringat berbulir di dahi
Aku akan disini menanti datang mengisi pergi
Karena yang pergi takkan mungkin untuk kembali
Dan membuka kotak ingatan yang tercipta
Yang akan kusebarkan diujung senja
Senja hilang berganti malam
Malam Bercengkarama ingatan
Bulan bintang jadi penghibur
Warnai keindahan langit kelam
Yang hitam tak selamanya hitam
Yang putih belum tentu putih
Malam gelap berganti
Dan pagi menyambut mentari
Langkahku takkan terhenti disini
Meski mimpi itu datang dan pergi
Karena mentari tlah raih jemari
Tuk tetap susuri hari bersama pelangi
Yang datang akan mengisi yang pergi
Yang pergi mungkin takkan kembali lagi
Hitung saja memori yang tercipta
Sebarkan serbuknya dipenghujung senja
Senja hilang berganti malam
Malam Bercengkarama ingatan
Bulan bintang jadi penghibur
Warnai keindahan langit kelam
Yang hitam tak selamanya hitam
Yang putih belum tentu putih
Malam gelap berganti
Dan pagi menyambut mentari
Dan langkahku takkan terhenti disini
Meski mimpi itu datang dan pergi
Karena mentari tlah raih jemari
Tuk tetap susuri hari bersama pelangi
Rumah Pohon
12 april 2012
10.00 wib
*bait terangkai bersama kedua sahabatku yang tercinta yaitu dewieq dan nuri
gambar diambil dari : http://semestarenjana.blogspot.com/2011/02/galau-pergi.html
Menuju Esok
Endapkan lirih hati
KuasaMu ya Robbi
Ingkari semua tanya “mengapa”
Lengkapi segala derita “kenapa”
Tapi ah…
Aku hanya mahkluk ber-hippotalamus
Kuasaku tak sempurna
Jelajah ragaku tak lengkap
Tetap kucari anganku
Dekap kamu dengan siap,
Saat kau tiba
Kapan dan dimana….
Takkan mengapa, sayang
Takdirku pasti telah tertata
Jalani saja semua rintang
Hadapi segala halang
Bersama-NYA akan ringan
Tapak ini jejaki jalan
Jangan tanya mengapa
Ia hanya jawab karena
Tapi ikhlaskan semua
Dan damai akan bersama
Pastikan arah mencapai tujuan
Satukan hati memanah haluan
Jangan tergoda persimpangan
Ia hanya membuat sesat pikiran
Tersenyumlah
Bebaskanlah
Liarkanlah
Segala resah, kesah dan gundah
Karena masih ada esok
Menanti dengan gembira
Ayo kesana !
Rumah Pohon
5 April 2012
19.00 – 22.00 wib
*terima kasih untuk yakub (lagi)
sumber gambar : http://nirwana-game.blogspot.com/2012/03/membuat-foto-levitasi-tanpa-editing.html
Pak Pos Tolong Antar Kartupos-ku
Pagi datang dengan gejolak
Sementara kakiku tak henti menghentak
Seakan tak sabar beranjak
Menuju tempatmu tergeletak
Dengan segera kukayuh sipedal
Meski dengan nafas tersenggal
Tapi semangat takkan pernah penggal
Aku harus mengantarmu sebelum mentari tanggal
Aiiiish ramai sekali tempat ini, tempat dimana kau hendak kuantar
Oranye pekat melengkapi seluruh dinding yang lamur
Diluar banyak sekali berjejal penjual mencoba mengais rejeki
Sementara didalam berdempet pengunjung hendak bertransaksi
Akhirnya giliranku tiba untuk ucap kata berpisah
Semoga kau tiba ditanganya dengan selamat
Dan sampaikan apa yang menjadi segala kesah
Hingga hapus semua ragu yang tlah tersemat
Pak pos tolong antar kartupos ku ya
kami berada pada tempat yang begitu jarak
Dan kami mampu membangun tembok
Yang makin menguatkan rasa
Pak pos terima kasih
Pak pos jangan terlambat
Pak pos jangan lelah
Kamipun tak letih
Meski dihantam ribuan kilo
Kami percaya pada tugasmu
Kami akan selalu menunggumu
Mengantar kartupos balasan
RUmah Pohon
6 April 2012
08.00 wib
Sumber Gambar : http://inet.blogdetik.com/sahabat-pak-pos/
Hilang Kata
Ucap hati bagai baris puisi
Bungkam tanpa suara
Diam tak bicara
Bagai derai tak percaya
Sempat tanya apa sebabnya
Ingin pula mengerti kenapa
Tapi hati tak ijinkan bertanya
Tetap bungkam sepi suara
Aku nanar pada angin malam
Ku mendesah pada kelopak siang
Ku mencibir iri pada helai fajar
Ku coba mengukir indah
Meski resah tak tertawar
Ku bingkai awan
Lalu jadikan ia tawanan
Diam hanya membuat bimbang
Didalamnya ada gundah tak bergeming
Resah membuat garang
Penat berkenala tak tentu arang
Pecahkan saja si hening
lemparkan ia dengan nyalang
Agar kau mampu melangkah
Tanpa kau merasa bersalah
Belajarlah pada pagii krn ia datang dengan tenang
bercerminlah pada senja krn ia tak kenal pantang
Dan berdamailah pada malam krn ia mampu membawamu terbang
Menuju mimpi yang sering kau tilang
Bertemulah bintang dan ia akan memberimu satu cerita tentang hilang
“Bicaralah jika tak ingin kehilangan”
Rumah Pohon
4 April 2012
11.00 – 16.00 wib
*rangkaian bait bersama yakub
Makasih udah mau bantu aku
Sumber Gambar : http://x-puisiku.blogspot.com/2012/02/balasan-diam-diam-untuk-prilaku-diam.html
Ketika Manyar itu Sekarat
Kemarin kita jumpa ketika senja rebah
Dan kita berada dibawah naungan akasia
Kau datang dengan setumpuk kesah
Yang kau temui kala kau berkelana
Aku hanya mampu mendengarkan
Tiap kicau meluncur dari paruhmu
Sembari mencari sisa hangat kepakan
Yang dulu sering mendekapku
Ah kau memang berbeda
Sayapmu tak sekepak dulu
Paruhmu tak sebeo dulu
Kau telah bermetafora
Kau kehilangan indra kecapmu
Tuk mengecap kata yang keluar
Kau biarkan saja semua itu hancur
Bahkan kau ikut lacur
Aku terhenyak.
Separah itukah luka mengoyak
Hingga kau tak mampu mengelak
Yang aku tau
Sayapmu memang patah meski tak kau ucap
Menepilah
Sembuhkanlah
Dan terbanglah kembali
Karena kau manyar
Manyar yang pernah mendekapku
Sehangat senja dipelupuk sore
Segera temukan pipitmu
Yang ingin kau cumbui
Tiap malam menjelang
Segeralah !
Rumah Pohon
04 April 2012
15.00 wib
*kau pernah begitu bahagia ketika kepakmu mengembang kunanti masa itu tiba kembali
Sumber Gambar : http://pratapapa81.wordpress.com/2008/03/
Senyumlah Dini
Dia bukan gadis bodoh
Dia hanya kesulitan untuk menterjemah
Tiap kata yang hendak keluar tergopoh
Dari kerongkongan dia rogoh
Dia dengan kepang dua dikepala
Selalu nampak lebih sederhana
Tenang bagai air ditelaga warna
Gemulai ditengah riak bala
Dini seorang pengembara
Lalu lalang ditengah rimba
Mencari sesosok pria
Yang mampu mengeja namanya
Sajak hidup yang kelam
Lagu tidur selalu tenggelam
Pagi hadir dengan geram
Dan malam tertutup oleh ruam
Dini hanya mencari bahagia
Menyandarkan kepala dipundak lain
Menikmati senja nan jingga
Berjalan iringi waktu bergelatin
Dini ingin mampu tersenyum
Tak terbatas oleh malam
Tak tersekat kata
Yang tak mampu dia eja
Dan ia sedang menjalaninya
Senyum itu akan jadi miliknya
Rumah pohon
4 April 2012
07.00 wib
Hey Kamu !
Hei kamu !
Pria dengan uar manis
Dan senyum terkulum
Yang mengenggam sebagian rasa
Juga sebagian asap asap asa
Masihkah kau beraroma coklat brownis ?
Dilapisi selai-selai romantis
Dihiasi stroberry merah marum
Sebagai tanda sensulitas
Aku yang menggila rasamu
Kembali lidahku tersengat oleh rindu
Saat aku menerima sebungkus hadiah
Yang pernah kau tawarkan dulu
Aku ingin menjilati ceritamu
Yang sering mampir kala mentari tegak
Berakhir saat ia condong ke barat
Cukup untuk membasahi dahaga
Tapi sajian lezat itu tak lagi terhidang
Bukan untukku lagi setidaknya
Yang ada kini tinggal ampas terbuang
Tak tau harus kuapakan denganya
Hei kamu !
Pria selezat coklat kukus
Aku sungguh mengagumimu
Layaknya senja dengan ungu
Yang mengemasi hari dengan tulus
Dan akan selalu begitu
Sampai aku mampu menelanmu tanpa haus
Hei kamu !
Sadarkah kau tentang itu ?
Rumah Pohon
4 April 2012
08.00 wib
Sumber Gambar : http://jeffersonleaningleft.blogspot.com/2012/02/hey-you-gotta-minute.html
Kita yang Tak Lagi Lengkung
Hai …
Lihatlah jarak kita sekarang
Tak lagi lengkung mengelung
Tak ada lagi cerita panjang
Selain buah bimbang
Hai …
Tak sadarkah bahwa ini akan luka
Lebih merah daripada darah duka
menyisakan buih kecewa
Hingga menyedot semua rasa jiwa
Hai …
Sekedar berkaca pada gelas kaca
Lengkung kita dulu tak terasa jarak
Karena kita tak terlalu hiraukan perca
Meski lambat laun ia akan menegak tegak
Sekarang toh tanpa melihat cermin
Aku sudah tau bahwa rindu itu pendar
Tak lagi berbenih didalam pikiran
Setidaknya kau tunjukan itu benar
Kita yang tak lagi lengkung
Tak usah mencoba menjadi pelangi
Hanya akan meyakiti pungung
Katamu “akhiri saja besok pagi”
Ah andai kau tau
Lengkung itulah awalan
Aku mengenal sosokmu
Meski kau tak pernah tau cara menelan
Dan ceita ini takkan pernah melengkung sempurna
Karena tepat ditengahnya ada sebuah luka
Yang kan membuatnya merasa tak nyaman
Jika ia tak berdiri tegak dipelukan
Rumah Pohon
3 April 2012
10.00wib
Lihatlah jarak kita sekarang
Tak lagi lengkung mengelung
Tak ada lagi cerita panjang
Selain buah bimbang
Hai …
Tak sadarkah bahwa ini akan luka
Lebih merah daripada darah duka
menyisakan buih kecewa
Hingga menyedot semua rasa jiwa
Hai …
Sekedar berkaca pada gelas kaca
Lengkung kita dulu tak terasa jarak
Karena kita tak terlalu hiraukan perca
Meski lambat laun ia akan menegak tegak
Sekarang toh tanpa melihat cermin
Aku sudah tau bahwa rindu itu pendar
Tak lagi berbenih didalam pikiran
Setidaknya kau tunjukan itu benar
Kita yang tak lagi lengkung
Tak usah mencoba menjadi pelangi
Hanya akan meyakiti pungung
Katamu “akhiri saja besok pagi”
Ah andai kau tau
Lengkung itulah awalan
Aku mengenal sosokmu
Meski kau tak pernah tau cara menelan
Dan ceita ini takkan pernah melengkung sempurna
Karena tepat ditengahnya ada sebuah luka
Yang kan membuatnya merasa tak nyaman
Jika ia tak berdiri tegak dipelukan
Rumah Pohon
3 April 2012
10.00wib
Cari Tau Isi Hati(mu)
Cari tau isi hati
Lepas kisah coba dekati
Apa mungkin bisa terbagi
Rasakan dan pahami
Andai saja kau mengerti
Tentang Hati, pada apa hendak kau ketahui
Tak susah tuk menelusuri
Andai kau mampu mengaitkan hati
Dalam genggam jemari
Aku cuma bisa berharap
Meski hanya tuk menatap
Tlah kucoba mencari jawab
Namun suara tiada terucap
Tatapan apa yang kau harap
Mampu meredam gulana
Dalam larik mata
Sungguh anugrah apa yang mendekat padaku
Begitu berharga untuk kujaga
Akan kuhabiskan malamku bersamanya
Dia …
Siapa gerangan yang membuatmu kepayang
Serasa kau ingin memeluk palung
Buang resah dan siaplah kembali berenang
Menelusuri pantai bersama ombak bergulung
Dalam lelap yang tak kunjung sirna
Hanya diam yang kubisa
Seucap suara yang mampu terucap
Lantaran hati dan bibirku tlah ia curi
Dalam diam hanya akan karam
Sebuah kata yang hendak lahir akan tenggelam
Maka bicaralah jangan terpekat malam
Ingin kuungkap semua yang tersirat
Ingin kuucap rasa yang memikat
Namun aku tak bisa
Hatiku takkan kuasa
Sampaikan pada senja
Ia cukup setia untuk menelan derita
Berlaku sabar menanti temu yang tersita
tapi ia akan indah untuk sebuah cinta
Tak mampu kutatap senja yang kau tawarkan
Sebab ia terlalu indah tuk kupegang
Aku ini seperti malam
Terselubung kelam temaram
Malam dengan temaramnya menjadi puitis
Senja dengan jingganya membalut manis
Siang dengan hangatnya tak menjadi picis
Dan pagi dengan embunya tak lelah meretas
Syukurilah itu !
Ingin aku syukuri tiap jengkal rasaku padanya
Ingin kumiliki bias tatap matanya
Maka katakan padanya !
Rumah Pohon
Renovasi dilakukan 1 April 2012
16.00 wib
Puisi lama dengan seseorang bernama yakub
Semoga berkenan untuk berkaitan kata lagi
Tabik!
Lepas kisah coba dekati
Apa mungkin bisa terbagi
Rasakan dan pahami
Andai saja kau mengerti
Tentang Hati, pada apa hendak kau ketahui
Tak susah tuk menelusuri
Andai kau mampu mengaitkan hati
Dalam genggam jemari
Aku cuma bisa berharap
Meski hanya tuk menatap
Tlah kucoba mencari jawab
Namun suara tiada terucap
Tatapan apa yang kau harap
Mampu meredam gulana
Dalam larik mata
Sungguh anugrah apa yang mendekat padaku
Begitu berharga untuk kujaga
Akan kuhabiskan malamku bersamanya
Dia …
Siapa gerangan yang membuatmu kepayang
Serasa kau ingin memeluk palung
Buang resah dan siaplah kembali berenang
Menelusuri pantai bersama ombak bergulung
Dalam lelap yang tak kunjung sirna
Hanya diam yang kubisa
Seucap suara yang mampu terucap
Lantaran hati dan bibirku tlah ia curi
Dalam diam hanya akan karam
Sebuah kata yang hendak lahir akan tenggelam
Maka bicaralah jangan terpekat malam
Ingin kuungkap semua yang tersirat
Ingin kuucap rasa yang memikat
Namun aku tak bisa
Hatiku takkan kuasa
Sampaikan pada senja
Ia cukup setia untuk menelan derita
Berlaku sabar menanti temu yang tersita
tapi ia akan indah untuk sebuah cinta
Tak mampu kutatap senja yang kau tawarkan
Sebab ia terlalu indah tuk kupegang
Aku ini seperti malam
Terselubung kelam temaram
Malam dengan temaramnya menjadi puitis
Senja dengan jingganya membalut manis
Siang dengan hangatnya tak menjadi picis
Dan pagi dengan embunya tak lelah meretas
Syukurilah itu !
Ingin aku syukuri tiap jengkal rasaku padanya
Ingin kumiliki bias tatap matanya
Maka katakan padanya !
Rumah Pohon
Renovasi dilakukan 1 April 2012
16.00 wib
Puisi lama dengan seseorang bernama yakub
Semoga berkenan untuk berkaitan kata lagi
Tabik!
Sabtu, 31 Maret 2012
Masih (Ketika Persahabatan itu Mengeratkan Kita)
Mimpi yang basah oleh pagii mengembun
Menangkap mentari yang berkilau didaun
Mentari tersembul dari balik awan
Tersipu malu hendak beri senyum menawan
Langit biru diselimuti awan putih indah
Selalu terasa lebih luas dari ruang sempit harapan
Hingga langkah lebih ringan dari helai awan
Pertanda hati hati tak lagi gundah
Rekah indah berkelopak mawar merimbunkan harum
Menuai jinjit semangat
Meniupkan sepoi asa
Yang sempat bersarang dijaring malam
Mimpi selalu saja pagii
Meskipun hati merangkak gelap
Malam yang beranjak pergi disambut pagii
Dan kita takkan pernah senja
Untuk sekedar mengapai mimpi
Bersama sahabat usia kita takkan beranjak
Tetap hangat meski berembun
Tetap kuat meski harus meranggas
Dan tetap bertahan walau rapuh dimakan rayap
Dan sejatinya rayap itu mengajarkan arti tersayat
namun akan tetap erat dalam kassa persahabatan terbalut
Sesaat terdiam terbayang oleh mimpi
Dan terbangun
Dan kita masih tetap berjabat
Rumah Pohon
1 April 2012
10.00 wib
Bait ini terangkai bersama 2 sahabat saya yaitu dewieq oktalupik dan Nurina utami
Terima kasih untuk pelukan jauh selama ini
Menangkap mentari yang berkilau didaun
Mentari tersembul dari balik awan
Tersipu malu hendak beri senyum menawan
Langit biru diselimuti awan putih indah
Selalu terasa lebih luas dari ruang sempit harapan
Hingga langkah lebih ringan dari helai awan
Pertanda hati hati tak lagi gundah
Rekah indah berkelopak mawar merimbunkan harum
Menuai jinjit semangat
Meniupkan sepoi asa
Yang sempat bersarang dijaring malam
Mimpi selalu saja pagii
Meskipun hati merangkak gelap
Malam yang beranjak pergi disambut pagii
Dan kita takkan pernah senja
Untuk sekedar mengapai mimpi
Bersama sahabat usia kita takkan beranjak
Tetap hangat meski berembun
Tetap kuat meski harus meranggas
Dan tetap bertahan walau rapuh dimakan rayap
Dan sejatinya rayap itu mengajarkan arti tersayat
namun akan tetap erat dalam kassa persahabatan terbalut
Sesaat terdiam terbayang oleh mimpi
Dan terbangun
Dan kita masih tetap berjabat
Rumah Pohon
1 April 2012
10.00 wib
Bait ini terangkai bersama 2 sahabat saya yaitu dewieq oktalupik dan Nurina utami
Terima kasih untuk pelukan jauh selama ini
Rabu, 28 Maret 2012
Arum Manis
Rasanya sudah lama sekali tidak mengulum arum manis
Meski yang aku tau ia sangat tidak bersahabat dengan badanku
Ketahanan tubuhku tak mampu untuk menerimanya masuk
Bahkan ketika memasuki tengorokanku sudah terasa erik
Namun aku selalu menyukainya
Warnanya yang merah muda pucat saat ini sepucat hatiku
Manisnya yang keterlaluan mungkin dapat mengobati pahit dihati
Bahkan mulutku pun sekarang berasa pahit
Aku ingin makan arum manis
Dan tak tau harus melangkah kemana ????
Bapak penjual arum manis jarang sekali berjualan diterik hari
Sementara aku sepertinya tak bisa berkompromi
Aku sangat ingin makan arum manis
Agar mataku tak lagi berembun
Agar mulutku mampu untuk mengurai senyum
Agar hatiku tak lagi menghitam
meski setelahnya akan tersakiti jua
Lembut mengapas
Pucat memias
Mengais manis
Diatas tangis
Ah sungguh aku ingin makan arum manis
Adakah yang mau memberiku sebuah ???
Rumah Pohon,
29 Maret 2012
11.31 Wib
Kepada Dia Yang Tak Bernama
Kepada : Dia yang Tak Bernama
Tabik,
Sengaja kutulis sebuah surat untukmu
Karena berbicarapun tak mungkin dilakukan
Maka biarkan saja kata-kata ini keluar dengan sendirinya
Mungkin akan lebih baik daripada ia menjadi batu
bulan ketiga yang singkat
bulan kedua yang padat
bulan pertama yang giat
Januari yang Istimewa
Februari yang Mempesona
Maret yang menghilang
Jinjit langkahku menghitung hari
Detik yang berlalu seakan gemulai
Ia terlalu lembut untuk dipercepat
Hingga penantian tak terasa menyekat
Masih tersisa disini sebuah lara
Untuk semua ucap yang berseru
Masih tersisa sebuah duka
Untuk semua janji yang meyakiti
Dan biarkan saja luka itu mengangga kembali
Sudah kuselesaikan dengan baik kalimatku
Yang berantakan diantara tetesan hujan
Salam,
Rumah Pohon,
29 Maret 2012
11.00 Wib
PELATARANKU KINI
Kembali menyusuri pelataran kosong
Tanpa siapapun hanya aku sendiri
Pekat gelap tersekat oleh lekatmu
Cekat-mencekat dalam ketakutan
Aku benar-benar tersadar dari mimpi
Mimpi yang membuatku tertidur hampir 3 bulan lamanya
Menanami pelataran dengan asoka
Menyiraminya dengan air sungai
Hingga membentuk taman indah
Kanal ditepiannya pun menjadi penuh dengan cerita indah
Seakan tak pernah terkuras habis
Tapi tak pernah sampai meluap-luap ke tepian
Seperti itulah mungkin cerita ini bermula
Tapi hari ini yang kulihat ternyata pelataranku masih kosong
Ia gersang, tandus, kering dan berserakan daun kering
Ah aku terlalu lama bermimpi
Aku terlalu lama melihat fatamorgana
Setelah laut menenggah dengan meninggalkan buihnya
Manyar mengepakkan sayap dengan meninggalkan sarangnya
Pangeran mengerakan kaki kudanya dengan meninggalkan buku dongeng
Pelangi tak lagi lengkung dengan meninggalkan warna hitam
sekarang Tamanku benar-benar rusak
Aku bahkan tak punya sebutan untuknya
Dia yang datang bahkan tak bernama karena aku tak ingin ia pergi
Tapi aku salah ....
Bernama atau tidak bernama jika masanya tiba untuk lalu maka ia akan lalu
Lalu seperti angin , pergi begitu saja
Dan aku masih saja tertegun duduk dipelataranku
Pelataran yang kusayangi
Pelataran yang ingin kubentuk taman kecil
Sungguh saat ini aku sedang ingin duduk dipelataran ini
Diam saja
Menanti senja yang tak pernah mengecewakanku
Tidak sekalipun laut menjauh, manyar beranjak, pangeran mengilang dan pelangi
menjadi tegak
Aku masih ingin diam dipelataranku ini
Aku masih ingin memandangi yang datang dan pergi
Dimana masih meninggalkan aromanya disini
Masih sangat tercium aromanya
Masih sangat menusuk kepalaku
Masih ... Masih dan masih
Rumah Pohon
29 Maret 2012
10.00 WIB
Selasa, 10 Januari 2012
Pagi yang Sembab
Pagi ini tak seberapa gigil dibanding kemarin
Namun cukup sembab untuk membuatku berkerut
Kuningku pun meluntur sayu membentuk kelabu
mengantung dilangit hati yang masih luka
Aku masih ingin kembali mendekap selimut
Merebahkan tubuhku dalam hangatnya
meneteskan bulir luka dalam sepinya
dan kemudian diam tanpa melakukan apapun
Lukaku masih cukup basah untuk kumandikan
Masih nanar untuk dibalut lilitan kassa
Biarkan saja ia terinfeksi kemudian mengering
Dan sembuh seiring berlalunya waktu
Begitu mungkin lebih baik
Aku tak begitu pandai memilih pengobatan luka
Yang ku tahu hanya sistem kekebalanku cukup tangguh
Untuk sekedar mengobati luka terutama dipagi yang sembab
Besok,lusa dan kemarin pagiku akan sembab
Aku yakin sekali hal yang satu ini
Entah mengapa ....
Tinggal seberapa sembab hingga mampu membuatku jatuh
Itu saja bukan perbedaanya
Sejauh ini tak ada yang mampu membuatku jatuh
Jika sekedar tertidur mungkin iya
Ah entahlah ...
Setidaknya aku harus lalui hari ini
Dengan senyuman meski pagiku terasa sembab
Rumah Pohon
11 Januari 2012
09.00 wib
Namun cukup sembab untuk membuatku berkerut
Kuningku pun meluntur sayu membentuk kelabu
mengantung dilangit hati yang masih luka
Aku masih ingin kembali mendekap selimut
Merebahkan tubuhku dalam hangatnya
meneteskan bulir luka dalam sepinya
dan kemudian diam tanpa melakukan apapun
Lukaku masih cukup basah untuk kumandikan
Masih nanar untuk dibalut lilitan kassa
Biarkan saja ia terinfeksi kemudian mengering
Dan sembuh seiring berlalunya waktu
Begitu mungkin lebih baik
Aku tak begitu pandai memilih pengobatan luka
Yang ku tahu hanya sistem kekebalanku cukup tangguh
Untuk sekedar mengobati luka terutama dipagi yang sembab
Besok,lusa dan kemarin pagiku akan sembab
Aku yakin sekali hal yang satu ini
Entah mengapa ....
Tinggal seberapa sembab hingga mampu membuatku jatuh
Itu saja bukan perbedaanya
Sejauh ini tak ada yang mampu membuatku jatuh
Jika sekedar tertidur mungkin iya
Ah entahlah ...
Setidaknya aku harus lalui hari ini
Dengan senyuman meski pagiku terasa sembab
Rumah Pohon
11 Januari 2012
09.00 wib
Langganan:
Postingan (Atom)