Belajar Menguntai Kata Bersama Desah Alam Yang Selalu Bergutasi dibawah rindanganya Akasia.
Minggu, 04 Desember 2011
Hujan Bulan Juni (Sapardi Djoko Damono)
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
Dirahasiakanya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak jejak kakinya yang ragu-ragu dijalan itu
Tak ada yang lebih dari hujan bulan juni
Dibiarkanya yang tak terucap diserap akar pohon bunga itu
(HBJ, Sapardi Djoko Damono 1994;90)
Puisi ini begitu indahnya membuatku sangat mengaguminya
Ijinkan aku membuat kalimat yang terinspirasi dari tulisan diatas
Tak ada yang lebih arif daripada hujan bulan juni
Dan aku akan terus berharap dibulan juni agar menjadi lebih arif
Meskipun tak mampu mengenggam kearifan itu
Namun aku akan tetap menikmati hujan dibulan juni dengan arif
Rumah Pohon
14 Juni 2011
22.13 wib
*Repost setelah mengendap dalam diary hp
sumber gambar :
Lantas Apa Yang Akan Terjadi Selanjutnya ?
Tak ada yang tahu tentang esok
Tak ada yang paham akan itu
Tak jua aku, kau dan mereka
Yang kita bisa hanya meraba selain bertanya
Lantas pertanyaan apa yang hendak kau ingin tahu
Seberapa besar rasa ingin tahumu itu
Sakit ini masih mengendap
Kubiarkan mengendap dan melarut berasama waktu
mungkin itu lebih baik
daripada aku harus memelihara dendam
Simpati itu terucap dari kalian
Aku sangat menghargainya
Tapi aku tak ingin dikasihani
Maka biarkan saja keruntuhanku ini terjadi
Besok ???
Apa yang terjadi dengan besok???
Rangkaian luka
takkan pernah mampu menguburku
Sekalipun aku harus menderita dalam kubangnya
namun aku akan terus bangkit
tidak untukmu, tidak untuk kalian
tapi untukku sendiri
aku masih mencintai diriku sendiri
RUMAH POHON
4 Desember 2011
21.28
Sumber Gambar :http://my.opera.com/linger16/albums/slideshow/?album=7115512&picture=123917392
Mekar
Yang aku tau aku pernah terluka
Dan luka itu telah menguncupkan hatiku
Hingga tak pernah lagi kubiarkan berseri
Hanya berwarna kelabu abu-abu
Sejenak setelah dia pergi
Dia telah bahagia dengan seseorang lain
Lantas bagaimana dengan aku ???
Haruskah aku terus menguncup layu
Aku pikir tak cukup adil untukku
Tidak, ini tidak pernah adil untuk diriku
Hatiku layak untuk memerah lagi
Masih sanggup untuk berkembang kembali
Lantas mengapa aku harus mematikannya?
Matahari takkan pernah hilang sinar
Sekalipun ia hanya bertemu rembulan saat senja
Begitupun aku takkan pernah pudar
Sekalipun aku menemui dipelaminan saja
Ah leganya memutuskan untuk bangkit
Tak terlalu sulit, namun butuh semangat yang tak pelit
Kurasa esok aku mampu untuk tak lagi berjinjit
Hanya untuk menghindari duri menghimpit
Aku sudah sangat siap
Maka biarkan aku mekar kembali
Rumah Pohon
4 Desember 2011
21.00 Wib
sumber gambar : http://festiamanah.blogspot.com/2010/01/sakura-hanya-mekar-pada-saat-musim-semi.html
Rabu, 30 November 2011
Duri Rindu
Aku mencintai rindu sebagaimana rindu mendamba jumpa
Aku mengapitkan rindu dalam ketiak senja
Agar waktu rebah aku bisa memeluknya
Aku yang tak pernah bosan
Mengumpulakn butir demi butir rindu
Demi menciptakan gudukan mimpi
Tak jenggah pula mengaisi sampah
Berharap menemukan jejakmu
Yah aku merindu rindu dalm sebuah hari
Bersama katub senja
Rumah Pohon
30 November 2011
21.12 Wib
*dengan sedikit renovasi dari edisi sebelumnya
Sumber Gambar :http://banditpemoto.blogspot.com/2009/11/siluet-pohon.html
Gila
Satu yang kuingat tentangmu
Ketika kau memintaku memelukmu
Sementara dekapku tak kunjung jua mengakar dalam nyata
Yang kusuka darimu adalah
Caramu mengasah rindu
Kemudian menajamkanya dengan keegoisan
Kemudian kau tancapkan dalam hati
Mengeratkan rasa
Ah aku mulai mengincar pisaumu !!!
Rumah Pohon
05 Juli 2011
21.19 Wib
*ditemukan ditumpukan sms, Bahkan hampir lupa telah membuatnya
Sumber Gambar :http://radenfuad.com/puisi-rindu-2011431.html/rindu-kamu
Sabtu, 26 November 2011
Titip Pesan
Hai kutilangku
Lihatlah rumah pohonku yang baru ???
Terjalin dari akar yang sama tapi beda cabang
Kali ini aku ingin lebih bebas untuk menumbuhkan daunnya
Tanpa takut harus teranggas karena panas
Dengan warna dahan yang sedikit berubah
Kuharap kau masih mau untuk singgah
Dan kembali melepaskan kesah
Yang beberapa bulan ini terasa pisah
Cuitmu terasa hilang dari bumi
Kala kau berhenti mengepakkan sayapmu
Meski birumu masih berkibar namun terasa hambar
Hijaumu pun tak lagi rindang
Sekarang dengan sengaja aku membuat sarang baru
Kuharap kau tak enggan untuk terbang lagi
Dan mencicipi suguhan dirumah baruku
Kunanti kedatanganmu disini jangan lupa
Rumah Pohon
26 November 2011
14.30 wib
Sumber Gambar : http://indahonly.blogspot.com/2011/06/indah-pindah-rumah.html
Berhenti Mengabut
Aku ingin selayaknya embun
Mampu memberikan tetes pada pagi yang baru turun
Santun
Aku ingin seperti pelangi
Saat ia pucat tak berseri akan dipayungi
Berbagi
Aku ingin seperti senja
Menjadi peraduan matahari setelah lelah bekerja
Memanja
Namun aku tak mampu bagimu
Aku tak lebih dari kabut
Membuatmu hanya sesaat termanggut
Kemudian hilang menguap dalam pagut
Sekejap kau ingat sehari kau hujat
Tak patut untuk dipanut
Tak layak untuk disebut
Tak salah jika rasa tercabut
Rumah Pohon
26 November 2011
11.11 wib
*celoteh sebelum memasuki selimut
Senin, 31 Oktober 2011
Tentang Aku
Selintas lalu aku melihat diriku bukan diriku
Ada yang aneh dengan otakku selama beberapa bulan ini
Tak lagi mampu untuk menyeimbangkan sesuatu
Tak mau lagi untuk berhalusinasi dengan kata kata
Bahkan untuk sekedar memegang peralatannya sudah membuat ngeri
Untuk beberapa saat kubiarkan ketakutanku
Kuendapkan dulu sampai keruhnya hilang
Kudinginkan dulu sampai uapnya menguar
Hingga aku benar benar yakin bahwa aku tak butuh menulis
Ternyata setelah beberpa waktu berlalu
Aku merindu untuk berceloteh
Aku ingin kembali merangkai kata kata indah
Sialnya otakku terlanjur melemah
Aku memulai 1 bulan lalu untuk berekspresi
Namun genap 2 minggu aku tak berpenghasilan
Puncaknya adalah pada saat malam hantu
Disaat teman terbaikku merayakan hari kelahirannya
Aku sekuat tenaga untuk meramu mantra
Masih saja aku tak bereproduksi dengan baik
Aku mulai membenci keadaan ini
Aku ingin aku yang kemarin kembali lagi (titik)
Dan itu kumulai dari sekarang
Mungkin aku harus memulai dari nol
Baiklah, tak apa karena ini sudah keputusanku
Yang jelas aku ingin kembali berkreasi
Maka biarkan saja otak ini menari nari
Dengan rangkaian kata katanya sendiri
Tak perlu risau sebab ia akan menemukan
Kalimatnya sendiri , nanti
Rumah Pohon
1 November 2011
14.00 wib
** semoga
Sabtu, 28 Mei 2011
Ketika Usia Usia Itu Beranjak
Malam adalah rentang panjang mengucap bait perpisahan
Karena siang terlalu sibuk memuai bulir keringat
Dentang jampun terasa ponggah memoles waktu
Sesaat ingin rasanya tak beranjak namun tak kuasa memaku
Manakala mendekati sebuah uzur
Dimana ia akan makin lamur
Saat itu cerita masa lalu perlahan mengelupas
Tak ada lagi nostalgia abadi
Pun begitu denganku, kamu dan kalian
Saat usia usia itu semakin beranjak jauh
Maka semakin jauh pula kita dari rumah
Namun semakin dekat dengan kematian
Usia usia itu boleh meranjak
Dia boleh memakan sisa kenangan yang lapuk
Bahkan ia boleh memakan semua semangat
Namun tidak untuk sebuah arti sahabat
Sebelum usia itu beranjak jauh
Maka ingin kusampaikan kepada sahabatku
Inilah saat bahagiaku terjadi
Rumah Pohon
29 Mei 2011
11.00 WIB
Karena siang terlalu sibuk memuai bulir keringat
Dentang jampun terasa ponggah memoles waktu
Sesaat ingin rasanya tak beranjak namun tak kuasa memaku
Manakala mendekati sebuah uzur
Dimana ia akan makin lamur
Saat itu cerita masa lalu perlahan mengelupas
Tak ada lagi nostalgia abadi
Pun begitu denganku, kamu dan kalian
Saat usia usia itu semakin beranjak jauh
Maka semakin jauh pula kita dari rumah
Namun semakin dekat dengan kematian
Usia usia itu boleh meranjak
Dia boleh memakan sisa kenangan yang lapuk
Bahkan ia boleh memakan semua semangat
Namun tidak untuk sebuah arti sahabat
Sebelum usia itu beranjak jauh
Maka ingin kusampaikan kepada sahabatku
Inilah saat bahagiaku terjadi
Rumah Pohon
29 Mei 2011
11.00 WIB
Menengok Pelangi
Tak sengaja menginjakkan kaki
Didepan berandamu yang bersemai warna
Masih hangat tak meyengat
tak silau dilihat
Pudar rasaku dalam pendar warnamu
Melunturkan dendam
Jengah lakuku kala memasuki rimbamu
Mengelupaskan angkuh
Dan kusadari tak ada lagi dendam dan angkuh
Karena warnamu tak lagi mengikatku
Lengkungmu tak lagi kusandari
Garismu tak membias tepian hatiku
Maka kuringankan langkah
tanpa berniat membuatmu resah
Kuucapkan selamat sore
Segera temukan lengkung untuk bersandar
Terimakasih untuk jingga masa lalu
Rumah Pohon
22 Mei 2011
12.00 WIB
*aku hanya menawarkan persahabatan kembali ...
Didepan berandamu yang bersemai warna
Masih hangat tak meyengat
tak silau dilihat
Pudar rasaku dalam pendar warnamu
Melunturkan dendam
Jengah lakuku kala memasuki rimbamu
Mengelupaskan angkuh
Dan kusadari tak ada lagi dendam dan angkuh
Karena warnamu tak lagi mengikatku
Lengkungmu tak lagi kusandari
Garismu tak membias tepian hatiku
Maka kuringankan langkah
tanpa berniat membuatmu resah
Kuucapkan selamat sore
Segera temukan lengkung untuk bersandar
Terimakasih untuk jingga masa lalu
Rumah Pohon
22 Mei 2011
12.00 WIB
*aku hanya menawarkan persahabatan kembali ...
Tentang Kutilangku
Sejenak berhentilah melagu
Tak apa jika kau sedikit meragu pada pijakanmu
Karena yang kau butuhkan lebih dari itu
Sayapmu lelah mengudara
Paruhmu letih menggumbar cerita
dan oesophagusmu penuh mengerat bebanmu
Hai kutilangku ...
Apa kabarmu hari ini ???
Masihkah sakit menemanimu ???
Aku hanya mampu menyapamu melalui senja
Temaramnya tentu membuatmu berhenti mencicit cuit
Lembayungnya mampu mengatupkan luka
garis cakrawalanya mampu melebarkan matamu
Setelah seharian kau memicingkannya dari surya
Hai kutilangku ...
Adakah cerita yang ingin kau bagi untukku
Rindu sekali akan celotehmu
Yang mampu menghangatkan malam
Bahkan sebait tulisan ini takkan mampu rasanya
untuk membuatmu tertawa lebih baik
Entahlah ...
Semoga kau baik baik saja hari ini :)
Rumah Pohon
21 Mei 2011
15.45 wib
*Coretan iseng iseng untuk kutilangku
Tak apa jika kau sedikit meragu pada pijakanmu
Karena yang kau butuhkan lebih dari itu
Sayapmu lelah mengudara
Paruhmu letih menggumbar cerita
dan oesophagusmu penuh mengerat bebanmu
Hai kutilangku ...
Apa kabarmu hari ini ???
Masihkah sakit menemanimu ???
Aku hanya mampu menyapamu melalui senja
Temaramnya tentu membuatmu berhenti mencicit cuit
Lembayungnya mampu mengatupkan luka
garis cakrawalanya mampu melebarkan matamu
Setelah seharian kau memicingkannya dari surya
Hai kutilangku ...
Adakah cerita yang ingin kau bagi untukku
Rindu sekali akan celotehmu
Yang mampu menghangatkan malam
Bahkan sebait tulisan ini takkan mampu rasanya
untuk membuatmu tertawa lebih baik
Entahlah ...
Semoga kau baik baik saja hari ini :)
Rumah Pohon
21 Mei 2011
15.45 wib
*Coretan iseng iseng untuk kutilangku
Senin, 23 Mei 2011
Pulanglah dalam punggungmu
Ia nampak tegar meski bergetar
Tak nampak kecewa akan luka getir
Tetapmembidang lentur
Serupabarisan pasir dipesisir
Yang tak goyah oleh air
Ia memberikan hangat
Menyusupkan dekap
Membagikan semangat
Ia tak pernah pernah melenguh keluh
Meski tertindih tubuh
Sulit tersentuh tak menyentuh
Ia adalah punggung
Terbiasa terluka tanpa luka
Setia menemani kerap terlupa
Menua bersama masa
Menuai bulir cerita
Membungkuk tertindih usia
Namun tanpa kesah berasa
Maka yang bisa kukata hanya :
Tegarlah setegar punggungmu
Rumah Pohon
23 Mei 2011
15.00 Wib
*Ngantuk sekali hari ini
Tak nampak kecewa akan luka getir
Tetapmembidang lentur
Serupabarisan pasir dipesisir
Yang tak goyah oleh air
Ia memberikan hangat
Menyusupkan dekap
Membagikan semangat
Ia tak pernah pernah melenguh keluh
Meski tertindih tubuh
Sulit tersentuh tak menyentuh
Ia adalah punggung
Terbiasa terluka tanpa luka
Setia menemani kerap terlupa
Menua bersama masa
Menuai bulir cerita
Membungkuk tertindih usia
Namun tanpa kesah berasa
Maka yang bisa kukata hanya :
Tegarlah setegar punggungmu
Rumah Pohon
23 Mei 2011
15.00 Wib
*Ngantuk sekali hari ini
Minggu, 17 April 2011
TENTANG DEBU
Derap kaki kuda menerbangkan debu kemana-mana
Ada yang menempel didinding dinding
Ada pula yang lekat didaunan
Bahkan ada juga yang jatuh diselokan
Lengkap sekali begitu rendah hati tanpa memilih milih tempat
Pada akhirnya debu itu ada dimana-mana,ada disetiap ruang
Ia tak terlihat namun bisa dirasakan
Sangat menguasai tak bisa ditolak hadirnya
Ah debu itu menempel juga diruanganku....
Debu itu tak pernah bisa memilih ditempat mana ia harus meletakkan debunya yang berdebu
Karena jatuh begitu saja terbawa oleh bayu
Melekat hampir diseluruh ruangan yang nyaris tak tersentuh terjamah tangan manusia
Seakan ia ingin memberi tanda bahwa ia ada
Sekalipun terlupakan atau sengaja dilupakan yang pasti ia ada
Seringnya ia datang seperti mengingatkan kita akan lalu yang berdebu usang namun takkan pernah hilang hanya ia selalu berdebu bersama laju waktu
puisi ini karya elok feat manyar ...
makasih ya idenya
Manyar di rumah pohon
17 april 2011
06.00 WIB
Ada yang menempel didinding dinding
Ada pula yang lekat didaunan
Bahkan ada juga yang jatuh diselokan
Lengkap sekali begitu rendah hati tanpa memilih milih tempat
Pada akhirnya debu itu ada dimana-mana,ada disetiap ruang
Ia tak terlihat namun bisa dirasakan
Sangat menguasai tak bisa ditolak hadirnya
Ah debu itu menempel juga diruanganku....
Debu itu tak pernah bisa memilih ditempat mana ia harus meletakkan debunya yang berdebu
Karena jatuh begitu saja terbawa oleh bayu
Melekat hampir diseluruh ruangan yang nyaris tak tersentuh terjamah tangan manusia
Seakan ia ingin memberi tanda bahwa ia ada
Sekalipun terlupakan atau sengaja dilupakan yang pasti ia ada
Seringnya ia datang seperti mengingatkan kita akan lalu yang berdebu usang namun takkan pernah hilang hanya ia selalu berdebu bersama laju waktu
puisi ini karya elok feat manyar ...
makasih ya idenya
Manyar di rumah pohon
17 april 2011
06.00 WIB
Rendezvous
10 Tahun lalu dijalankan itu
Aku sempat mengirikan warna pucatmu yang segera memekik merah
Ketika matahari menyengatmu meski dengat sengat terlemahpun
Lantas sekarang ketika sinar mentari telah menyemir warna pucatmu
aku masih saja mendulang sebuah ingin
Entah nanti ... Entah
10 Tahun lalu ketika wajahku tersapu lembut hembus bayu
Yang berkeliaran malam hari aku berdebar debar
Mencoba mengkaitkan jari manisku melingkari badanmu
Bahkan sepuluh tahun dimuka ketika kau dihadapanku
Masih saja kutemui bahu bidang itu seakan mengoyak dahan hatiku
Dengan sebegitu lembutnya
Dan entahlah nanti ...
10 tahun lalu aku mencoba mengubur raung mesin bermotormu
Yang kerap mengantarku melalui jamaknya bintang
Tergelar dilaut hati mendebur debur oleh dorongan gelombangmu
Hingga mengenai tepi jantungku
Ah kinipun aku hampir tergulung ombakmu yang masih sibuk bergelombang
Sayang itu hanya sebuah harap
Ku tak ingin lebih mengharap
Rumah Pohon
16 April 2011
22.00 Wib
*Bukan waktu singkat untuk dapat menghapusmu
Aku sempat mengirikan warna pucatmu yang segera memekik merah
Ketika matahari menyengatmu meski dengat sengat terlemahpun
Lantas sekarang ketika sinar mentari telah menyemir warna pucatmu
aku masih saja mendulang sebuah ingin
Entah nanti ... Entah
10 Tahun lalu ketika wajahku tersapu lembut hembus bayu
Yang berkeliaran malam hari aku berdebar debar
Mencoba mengkaitkan jari manisku melingkari badanmu
Bahkan sepuluh tahun dimuka ketika kau dihadapanku
Masih saja kutemui bahu bidang itu seakan mengoyak dahan hatiku
Dengan sebegitu lembutnya
Dan entahlah nanti ...
10 tahun lalu aku mencoba mengubur raung mesin bermotormu
Yang kerap mengantarku melalui jamaknya bintang
Tergelar dilaut hati mendebur debur oleh dorongan gelombangmu
Hingga mengenai tepi jantungku
Ah kinipun aku hampir tergulung ombakmu yang masih sibuk bergelombang
Sayang itu hanya sebuah harap
Ku tak ingin lebih mengharap
Rumah Pohon
16 April 2011
22.00 Wib
*Bukan waktu singkat untuk dapat menghapusmu
Rabu, 13 April 2011
Tentangnya Yang Hampir Tergerus Waktu
Akasia ...
Sebuah nama dalam satu masa
Mengenang rasa dalam satu dasawarsa
Tak terasa lama sudah sua itu tak hampiri kita
Dan kini saat bosan perlahan merambat kedada memenuhi udara dikepala
Ingin rasanya kembali kejalan setapak tiga yang pernah kita jejaki bersama
Karena bersamamu langit terasa biru membara
Pagi membuang luka senja mendulang mesra dan malam bertasbih asa
Waktu terasa membisu kita tertawa, kau meraja aku bahagia
Masa akan mencatatnya dalam buku kenangan lama sedang aku mengukirnya dalam kikisan waktu
bersama doa
Randu ...
Merindu dalam kecup kelu
Menjilat waktu yang tergulung malu
Menyamarkan rona noda meroda lugu
Laksana senja menyipit karena terik cakra dibatas hulu
Aku yang tengah meragu Bak terigu tertumpahi susu
Hanya bisa mengasah suap suap rindu diatas tempayan bergelugu
Berharap mampu mengantarkan kidung indah untukmu yang tengah pulas bersama usap bayu
Jati ...
Mengkakikan langkah hati dalam nada gitar berdawai
membuatku mampu berdiri setelah luka mengoyak sanubari
memasung rusuk rusuk duri yang coba menerobos angkuhnya dinding ilusi
Pekat terpikat oleh pita mimpi diantara nyata yang memburai
Namun tetap saja tak mampu menepi masih terus berjejal otakku dengan dia dia dia tanpa tapi
dan berkuali didasar hati
Akasia Randu Jati ...
Tiga kata satu nama satu pribadi namun mencipta poligami cerita
Bermonolog menuju sebuah dialog namun tak pernah nyata
Mungkin satu waktu nanti monologku mampu membangunkanmu dari diam
Dan mengajakku berdialog kembali
Harapku ...
Rumah Pohon
13 April 2011
21.00 Wib
*mAy i borrow your heart, please ???
Sebuah nama dalam satu masa
Mengenang rasa dalam satu dasawarsa
Tak terasa lama sudah sua itu tak hampiri kita
Dan kini saat bosan perlahan merambat kedada memenuhi udara dikepala
Ingin rasanya kembali kejalan setapak tiga yang pernah kita jejaki bersama
Karena bersamamu langit terasa biru membara
Pagi membuang luka senja mendulang mesra dan malam bertasbih asa
Waktu terasa membisu kita tertawa, kau meraja aku bahagia
Masa akan mencatatnya dalam buku kenangan lama sedang aku mengukirnya dalam kikisan waktu
bersama doa
Randu ...
Merindu dalam kecup kelu
Menjilat waktu yang tergulung malu
Menyamarkan rona noda meroda lugu
Laksana senja menyipit karena terik cakra dibatas hulu
Aku yang tengah meragu Bak terigu tertumpahi susu
Hanya bisa mengasah suap suap rindu diatas tempayan bergelugu
Berharap mampu mengantarkan kidung indah untukmu yang tengah pulas bersama usap bayu
Jati ...
Mengkakikan langkah hati dalam nada gitar berdawai
membuatku mampu berdiri setelah luka mengoyak sanubari
memasung rusuk rusuk duri yang coba menerobos angkuhnya dinding ilusi
Pekat terpikat oleh pita mimpi diantara nyata yang memburai
Namun tetap saja tak mampu menepi masih terus berjejal otakku dengan dia dia dia tanpa tapi
dan berkuali didasar hati
Akasia Randu Jati ...
Tiga kata satu nama satu pribadi namun mencipta poligami cerita
Bermonolog menuju sebuah dialog namun tak pernah nyata
Mungkin satu waktu nanti monologku mampu membangunkanmu dari diam
Dan mengajakku berdialog kembali
Harapku ...
Rumah Pohon
13 April 2011
21.00 Wib
*mAy i borrow your heart, please ???
Jumat, 25 Februari 2011
Saat Saat Berharga
Aku mengambil tulisan bijak ini dari bunda ria di multiply, aku pernah minta ijin untuk mengcopynya dua tahun yang lalu tetapi yang kulakukan hanya sekedar meng-copynya saja kemudian dipajang didiary. Dibaca berulang ulang sehingga hafal dengan sendirinya. Seiring berjalannya waktu aku lupa dengan niatku untuk membagi artikel ini sampai pada satu ketika aku mendapati seorang teman yang benar benar merasa hidupnya merasa hancur hanya karena satu kejadian. Maka tanpa niat apapun selain ketulusan aku memposting artikel ini untukmu, dan mungkin untuk kalian yang lain yang tengah merasa tidak adil
DISAAT SULIT ... SELALU ADA KESEMPATAN UNTUK MEMPERBAIKI KEADAAN
DISAAT SEDIH ... SELALU ADA KESEMPATAN UNTUK MERAIH KEMBALI KEBAHAGIAAN
DISAAT JATUH ... SELALU ADA KESEMPATAN UNTUK BANGKIT KEMBALI
DALAM KONDISI TERBURUK PUN ... SELALU ADA KESEMPATAN UNTUK MERAIH KEMBALI YANG TERBAIK
BILA KITA SETIA PADA PERKARA KECIL MAKA KITA AKAN MENDAPAT PERKARA BESAR TAPI BILA KITA MENGHARGAI KESEMPATAN KECIL MAKA IA AKAN MENJADI KESEMPATAN YANG BESAR
Dear my best friend,
Aku tak tahu harus berkata apa, jangankan mendekap bersua saja kita nyaris belum pernah melakukannya selain mungkin dalam mimpi namun percayalah kau seorang yang berharga.
Aku mungkin bukan teman terbaik bagimu dan aku menyadari itu tapi sebisa mungkin aku ada untukmu meskipun jarak yang membentang tak pernah nyata menyatukan kita
Aku juga bukannya tak pernah mengecewakanmu, seringnya kita berdebat mencoba mempertahankan pendapat masing masing, mungkin juga kau menggangap aku egois dan akupun menjawab “yes I am” , tapi jika aku boleh membela diri maka aku akan berkata “daripada aku harus berbohong lebih baik jika aku mengatakan sejujurnya itu tidak lebih karena aku menyayangimu”
Maafkan sikapku yang kurang kooperatif , hingga tak satupun pendapatmu kululuskan
Maafkan jika harus menentang kebahagiaanmu
Namun aku masih membuka sebuah pelukan jauh ketika kau merasa sendirian seperti tempo hari kau bercerita bahwa semua tak berjalan sesuai semestinya
Dan aku takkan menghakimu karena kau telah mendapatkan pelajaran berharga dari sekedar penghakiman
Maka peluklah aku sekarang kawan
Seseorang yang hampir 6 bulan menghilang hanya karena buah salah paham
Kau tahu aku tak pernah jauh darimu, hanya kau yang tak menyadarinya
Welcome back !!!
Rumah Pohon
20 Februari 2011
07.00 wib
Mengenai Hari
Aku menemukannya difolder dalam komputer jingjingku yang terpampang wallpaper Valentino Rossi dengan judul Kata Bijak, tak jelas siapa yang menaruhnya disitu tapi aku yakin itu bukan perbuatanku dan sepertinya aku tahu siapa yang melakukannya. Sedianya ingin langsung kuketik tanpa kuberi pembukaan tapi enggan kulakukan karena aku sangat menghargainya, dan ini ku bagikan untuk kaliman teman, sahabat bahkan saudara terkasih yang mungkin saat ini merasa terpuruk inilah pelukkanku :
HARI-HARI
Dalam hidup ini hanya ada 3 hari, yaitu
1. Hari Kemarin (PAST)
Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi, menarik perkataan yang telah terucapkan, tak mungkin menghapus salah atau mengulangi kegembiraan kemarin maka BIARKAN hari kemarin lewat
2. Hari Esok (FUTURE)
Hingga mentari terbit esok hari kita tak pernah tau apa yang akan terjadi, kita tak bisa melakukan apa apa untuk besok, esok belum tiba jadi biarkan saja
3. Hari Ini (PRESENT)
Pintu masa lalu tertutup pintu masa depan belum tiba, pusatkan saja pikiran kita untuk hari ini. Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila anda mampu memaafkan kemarin dan melepaskan ketakutan akan hari esok. Hiduplah hari ini karena masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit. Hiduplah apa adanya karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi. Menyia nyiakan waktumu adalah menyia nyiakan hidupmu, tetapi menguasai waktumu adalah menguasai hidupmu.
Cintailah seseorang sepenuh hati ini karena mungkin besok cerita sudah berganti. Ingatlah bahwa kita menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri kita sendiri
RUMAH POHON
18 Februari 2011
19.00 wib
Aku menyukai folder yang kutemukan ini .....
Dan aku sangat menyayangi kalian teman - temanku
Ah Jadi ingin Kopdarrrr :)
Kamis, 03 Februari 2011
a Plate Of Frienship
Dipiringku tersaji berbagai macam rasa masakan
Manis tapi sedikit menggaram
Pahit masih berasa mengasam
Ini yang dinamakan sedap mengendap
Ish coba bayangkan jika yang kau makan berasa gula
yang mengulalimu hingga pekat berlumur
lalu asin yang mengaramimu melebihi laut lepas terjemur
atau asam yang membuatmu berasa tercukaki
Tak ada yang sempurna
Namun jadikan yang tak sempurna itu sesuatu yang sedap
Seperti piring dihadapanku kini
Dimana ada kau didalamnya
Sahabatku :)
Rumah Pohon
2 Februari 2011
19.00 wib
Manis tapi sedikit menggaram
Pahit masih berasa mengasam
Ini yang dinamakan sedap mengendap
Ish coba bayangkan jika yang kau makan berasa gula
yang mengulalimu hingga pekat berlumur
lalu asin yang mengaramimu melebihi laut lepas terjemur
atau asam yang membuatmu berasa tercukaki
Tak ada yang sempurna
Namun jadikan yang tak sempurna itu sesuatu yang sedap
Seperti piring dihadapanku kini
Dimana ada kau didalamnya
Sahabatku :)
Rumah Pohon
2 Februari 2011
19.00 wib
Senin, 10 Januari 2011
Surat Untuk Pelangiku
18 November 2010
Untuk Seseorang yang Kusebut Pelangi ...
Hai Pelangiku apa kabar ?
Aku menantikanmu dipenghunjung hujan sembari tanganku tak lelah mengusap embun yang menempel pada kaca kamarku sehingga mengkabutkan penglihatanku dan seakan tak ingin ingin melewatkanmu matakupun tak lelah mengitari kelopaknya untuk melihat rupamu namun kau tak kunjung hadir ...
Pelangiku apa warnamu hari ini ?
Masihkan dengan gradasi warna yang menyegarkan di tiap senjanya atau justru kau masih sibuk mencari warna hitam yang tak pernah ada dalam tiap larikmu?, apapun itu aku tetap mengharapkanya ...
Pelangiku merekahlah hari ini meskipun sekali saja agar terpuaskan rinduku,
Meski aku tahu itu akan sia sia saja karena lengkunganmu bukan lagi milikku
Kau tau ... senja dan kamu adalah satu riasan alam yang sangat indah membuatku seakan turut bersolek menyambut malam,meski harus mengubur sebuah rindu ..
Semoga kau tetap indah disana meski aku tak pernah bisa melihatmu.
Rumah Pohon
18 November 2010
14.00 wib
** Makasih pernah singgah dalam rumah pohonku dan memberiku warna kuning yang bersemangat.
Cerita di Balik Daun Kemukus
Aku menemukanmu ditumpukan daun kering lain
Hampir mengering dengan warna setengah melayu coklat
Seakan kehilangan zat hijau daunnya kau nampak pucat
Namun membuatku makin terpikat
Kupunguti kau
Menyimpannya dalam lembaran catatan harianku
Seakan ingin menjadikannya sebagai saksi
Dari sebuah Ukiran prasasti dalam hidupku
Bahkan setelah hijaumu mengabur semua
Dan bentukmu yang siap meremah
Aku masih saja menekanmu diantara lembaran bukuku
Sungguh aku tak ingin kehilanganmu
Dari mulai kau yang beruar sirih segar
Dan menempel pada tiap catataku
Hingga ruarmu yang mengabur
Aku tetap saja menciumimu
Mengapa .... ?
Karena Daun kemukus itu kutemukan disudut halamanmu
Dan aku belum mampu menghilangkanmu
Sekalipun itu serupa kemukus
Hanya daun kemukus yang tlah mengering dari halamanmu
Sungguh ....
Rumah Pohon
19 November 2010
12.00 wib
Langganan:
Postingan (Atom)