Sedianya inginku untuk menjemput larik pe;angi
Yang mengelayut indah dilengan laut
Namun ternyata dia telah datang dengan sendirinya
Dalam sayu malam yang mengeriyipkan mimpi
Dengan bentuk lain menyerupai kejora
Indah ... Mengajariku arti mencintai
Rumah Pohon
19 Oktober 2010
19.00 Wib
Belajar Menguntai Kata Bersama Desah Alam Yang Selalu Bergutasi dibawah rindanganya Akasia.
Selasa, 19 Oktober 2010
Jumat, 01 Oktober 2010
Melodi Malam
Derai hujan membasahi alam
Beriringan memainkan sebuah melodi dimalam yang kelam
Merindukan hadirnya rembulan di setiap malam
Membuat rindu makin tenggelam
Semakin lama, semakin karam hingga semua terpendam dalam gelapnya malam
Cahaya bulan merasukiku dengan ribuan pertanyaan yang terpendam
Hingga ku tanya malam,
Hanya kehampaan dan kesunyian yang menghiasi malam
Karam tak akan terpendam
Bulan akan muncul untuk menerangi kegelapan malam
Terseret arus kelam
Tanpa temaram
Menghitam menjadi suram
Tapi tetap tersenyum, dan akan tersenyum
Layaknya sedap malam
Yang tetap mengharum
Meski ia hanya didekap param
Sunyi sepi dan berusaha menyublim
Langit yang menghiasi malam
Pijar bintangpun bersembunyi diketiak awan kelam
Nampak bersimbiosis manis, dengan senyum manis terkulum
Jangan biarkan kehampaan merajai kalbu malam
Biarkan nyanyian malam hati yang galau dimalam kelam
Hati yang kelam ditemani kesunyian malam
Bangkit dan tersenyum
Di kemudian hari ketika cinta kan datang menhancurkan kelam
01 Oktober’2010
karya : Zaldy Ogawa, Kowkongs Nie, Vero Khaidir dan Elok Candra Kartikasari
Rumah Pohon
02 Oktober 2010
13.00 Wib
**Karya kerokokan bersama hehehehehheheheh
Silahkan Menikmati
Beriringan memainkan sebuah melodi dimalam yang kelam
Merindukan hadirnya rembulan di setiap malam
Membuat rindu makin tenggelam
Semakin lama, semakin karam hingga semua terpendam dalam gelapnya malam
Cahaya bulan merasukiku dengan ribuan pertanyaan yang terpendam
Hingga ku tanya malam,
Hanya kehampaan dan kesunyian yang menghiasi malam
Karam tak akan terpendam
Bulan akan muncul untuk menerangi kegelapan malam
Terseret arus kelam
Tanpa temaram
Menghitam menjadi suram
Tapi tetap tersenyum, dan akan tersenyum
Layaknya sedap malam
Yang tetap mengharum
Meski ia hanya didekap param
Sunyi sepi dan berusaha menyublim
Langit yang menghiasi malam
Pijar bintangpun bersembunyi diketiak awan kelam
Nampak bersimbiosis manis, dengan senyum manis terkulum
Jangan biarkan kehampaan merajai kalbu malam
Biarkan nyanyian malam hati yang galau dimalam kelam
Hati yang kelam ditemani kesunyian malam
Bangkit dan tersenyum
Di kemudian hari ketika cinta kan datang menhancurkan kelam
01 Oktober’2010
karya : Zaldy Ogawa, Kowkongs Nie, Vero Khaidir dan Elok Candra Kartikasari
Rumah Pohon
02 Oktober 2010
13.00 Wib
**Karya kerokokan bersama hehehehehheheheh
Silahkan Menikmati
Senin, 20 September 2010
DOA - CHAIRIL ANWAR
Kepada Pemilik Teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-MU
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Cahya-MU panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pitu-MU aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
: Chairil Anwar
Chairil anwar dilahirkan di Medan 22 Juli 1922. Sekolahnya hanya sampai MULO (SMP) dan itupun tidak tamat. Kemudian ia pindah ke Jakarta, Tetapi ia merupakan seorang yang banyak sekali membaca dan belajar sendiri sehingga tulisan tulisannya matang dan padat berisi.
Sajaknya merupakan gambaran semangat hidupnya yang membara, tidak pantang menyerah, dan sajaknya juga tak melulu tentang sikap sinis mengejek nilai moral seperti dalam sajak DOA ini yang begitu indah mengalun.
Mari Lestarikan Sajak Indonesia
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-MU
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Cahya-MU panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pitu-MU aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
: Chairil Anwar
Chairil anwar dilahirkan di Medan 22 Juli 1922. Sekolahnya hanya sampai MULO (SMP) dan itupun tidak tamat. Kemudian ia pindah ke Jakarta, Tetapi ia merupakan seorang yang banyak sekali membaca dan belajar sendiri sehingga tulisan tulisannya matang dan padat berisi.
Sajaknya merupakan gambaran semangat hidupnya yang membara, tidak pantang menyerah, dan sajaknya juga tak melulu tentang sikap sinis mengejek nilai moral seperti dalam sajak DOA ini yang begitu indah mengalun.
Mari Lestarikan Sajak Indonesia
Minggu, 19 September 2010
ASA
Kukemasi rinduku dalam sebuah koper pagi
Kulempar ke sungai dengan arus kesibukan
Kubiarkan ia berkelana tergulung oleh hari
Sampai aku tak lagi menemukanya kecuali menjelang bermimpi
Saat itu tiba akupun takkan pernah membuka kopernya karena aku telah memendam kuncinya dalam lumpur tangis.
Ah enggan rasanya harus mengorek lapisannya hanya untuk menemukan sebuah kunci,
biar hilang
Mengendap
Membeku
Membatu
Terkikis waktu
Mengelupas
Hilang
Dan aku kembali dengan koper baru diujung pagi, kembali memungguti rontoknya hati, menanamnya dan menunggu ia bersemi sembari melawati hari yang tak terbatas kini.
koper baru kesekian yang berisi asa
kali ini pastinya berisi ribuan mimpi dan jutaan tawa jika kau buka
tak kan terasa berat lagi menyeretnya turut dalam langkah perjalanan yg hendak kau kayuh
suatu saat nanti, dirumah yang tak hanya untk kau ...singgahi ada bahagia yg menanti
Yang kutau koper itu tak membuatku merasa ketakutan untuk membukanya hanya karena buah rindu yang menyiksa
Masih dgn koper sama, namun berbeda isi dan ingin kubagi sebagian untukmu kawan.
Sebab kita adalah senyawa
maka biar lebur bersama membunuh semua khawatir kita, hari ini, esok atau lusa
berbagi manis dan getir dalam sekotak kue pasta di ujung makan malam kita
Bersimbiosis bersama bermutualisme bersama, tak berkarat karena airmata, tak menguap karena panas emosi, tak mencair karena kurangnya perhatian namun makin kukuh karena senyawa ketulusan telah mengikat ion kita
Lebih baik ak mengendapkan rindu dlm pekatnya lumpur dan membiarkan ia mengelepar kehabisan nafas darhpada hrs menengelamkan tiap lembar buku yang kuyakini adalah hasratku tuk hidup
Seperti katamu...
luka itu cantik!
secantik ayu mu yang berpendar di tiap pagiku bersama lantun tawa mu
bahkan nyaris tanpa kata
mereka [luka, dan penorehnya]
bahkan rela menanggung dosa hanya untk menguatkan kita
lalu haruskah kita tunduk pada mendung yg menggelayut lama?
tidak ada satu hal pun alasan untk membuat langkah kita berhenti mengorbit
seperti cassiopeia yg bersinar di belahan langit bumi utara
kita menggangakan tawa dan mengangkangi sedih, enyahkan luka
mengandeng bahagia
Entah kapan hadirnya tak peduli, selama kita bersama apapun isi koper kita takkan pernah mampu memberatkan langkah kita bukan
Ak terlalu rapuh berjalan sendiri kawan
dan kita tak kan pernah benar-benar sendirian
selalu ada tangan2 yang bersedia merangkul hening mu
selalu ada wajah kawan yg riang dan sedih bersamamu
menemanimu bertumbuh dewasa dan semakin matang
“itu gunanya teman”
...dulu kau bilang begitu...
hanya sekebis khawatir, dan akan berakhir...
merapal doa sebagai mantra penyelamat dalam jajaran hari yg mustahil
hayuk melangkah bersama, bekpekeran melanglang buana...
an aku hendak memantrai waktu
Agar meneruskan gulungannya yang kini tengah bersetubuh dengan persahabatan kita
Maka jangan pernah pergi dariku
Jangan ......
RUMAH POHON
20 September 2010
08.15 Wib
Kulempar ke sungai dengan arus kesibukan
Kubiarkan ia berkelana tergulung oleh hari
Sampai aku tak lagi menemukanya kecuali menjelang bermimpi
Saat itu tiba akupun takkan pernah membuka kopernya karena aku telah memendam kuncinya dalam lumpur tangis.
Ah enggan rasanya harus mengorek lapisannya hanya untuk menemukan sebuah kunci,
biar hilang
Mengendap
Membeku
Membatu
Terkikis waktu
Mengelupas
Hilang
Dan aku kembali dengan koper baru diujung pagi, kembali memungguti rontoknya hati, menanamnya dan menunggu ia bersemi sembari melawati hari yang tak terbatas kini.
koper baru kesekian yang berisi asa
kali ini pastinya berisi ribuan mimpi dan jutaan tawa jika kau buka
tak kan terasa berat lagi menyeretnya turut dalam langkah perjalanan yg hendak kau kayuh
suatu saat nanti, dirumah yang tak hanya untk kau ...singgahi ada bahagia yg menanti
Yang kutau koper itu tak membuatku merasa ketakutan untuk membukanya hanya karena buah rindu yang menyiksa
Masih dgn koper sama, namun berbeda isi dan ingin kubagi sebagian untukmu kawan.
Sebab kita adalah senyawa
maka biar lebur bersama membunuh semua khawatir kita, hari ini, esok atau lusa
berbagi manis dan getir dalam sekotak kue pasta di ujung makan malam kita
Bersimbiosis bersama bermutualisme bersama, tak berkarat karena airmata, tak menguap karena panas emosi, tak mencair karena kurangnya perhatian namun makin kukuh karena senyawa ketulusan telah mengikat ion kita
Lebih baik ak mengendapkan rindu dlm pekatnya lumpur dan membiarkan ia mengelepar kehabisan nafas darhpada hrs menengelamkan tiap lembar buku yang kuyakini adalah hasratku tuk hidup
Seperti katamu...
luka itu cantik!
secantik ayu mu yang berpendar di tiap pagiku bersama lantun tawa mu
bahkan nyaris tanpa kata
mereka [luka, dan penorehnya]
bahkan rela menanggung dosa hanya untk menguatkan kita
lalu haruskah kita tunduk pada mendung yg menggelayut lama?
tidak ada satu hal pun alasan untk membuat langkah kita berhenti mengorbit
seperti cassiopeia yg bersinar di belahan langit bumi utara
kita menggangakan tawa dan mengangkangi sedih, enyahkan luka
mengandeng bahagia
Entah kapan hadirnya tak peduli, selama kita bersama apapun isi koper kita takkan pernah mampu memberatkan langkah kita bukan
Ak terlalu rapuh berjalan sendiri kawan
dan kita tak kan pernah benar-benar sendirian
selalu ada tangan2 yang bersedia merangkul hening mu
selalu ada wajah kawan yg riang dan sedih bersamamu
menemanimu bertumbuh dewasa dan semakin matang
“itu gunanya teman”
...dulu kau bilang begitu...
hanya sekebis khawatir, dan akan berakhir...
merapal doa sebagai mantra penyelamat dalam jajaran hari yg mustahil
hayuk melangkah bersama, bekpekeran melanglang buana...
an aku hendak memantrai waktu
Agar meneruskan gulungannya yang kini tengah bersetubuh dengan persahabatan kita
Maka jangan pernah pergi dariku
Jangan ......
RUMAH POHON
20 September 2010
08.15 Wib
AKU - Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
Ku tak mau seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan yang terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa ku bawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli'Aku mau hidupseribu tahun lagi
: Chairil Anwar
Chairil anwar dilahirkan di Medan 22 Juli 1922. Sekolahnya hanya sampai MULO (SMP) dan itupun tidak tamat. Kemudian ia pindah ke Jakarta, Tetapi ia merupakan seorang yang banyak sekali membaca dan belajar sendiri sehingga tulisan tulisannya matang dan padat berisi.
Sajaknya merupakan gambaran semangat hidupnya yang membara, tidak pantang menyerah.
Mari Lestarikan Sajak Indonesia
Ku tak mau seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan yang terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa ku bawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli'Aku mau hidupseribu tahun lagi
: Chairil Anwar
Chairil anwar dilahirkan di Medan 22 Juli 1922. Sekolahnya hanya sampai MULO (SMP) dan itupun tidak tamat. Kemudian ia pindah ke Jakarta, Tetapi ia merupakan seorang yang banyak sekali membaca dan belajar sendiri sehingga tulisan tulisannya matang dan padat berisi.
Sajaknya merupakan gambaran semangat hidupnya yang membara, tidak pantang menyerah.
Mari Lestarikan Sajak Indonesia
Jumat, 17 September 2010
Nasehat Kecil Orangtua Pada Anaknya Berangkat Dewasa
Jika adalah yang harus kau lakukan
Ialah menyampaikan Kebenaran
Jika adalah yang tak bisa dijual-belikan
Ialah yang bernama Keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon Kezaliman
Jika adalah orang yang harus kau agungkan
Ialah hanya Rosul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah Syahid di jalan Illahi
: Taufiq Ismail
Beliau lahir tahun 1937 di Bukittinggi, tetapi dibesarkan di Pekalongan.
Beliau telah mulai mengumumkan sajak-sajak, cerpen, dan esainya sejak tahun 1954, Tetapi baru awal 1966 ia muncul ke muka. Ketika sajak yang ditulisnya dengan nama samaran Nur Fadjar diumumkan dengan judul TIRANI ditengah demonstrasi para mahasiswa menyampaikan Tritura.
Belakangan beliau, kecuali duduk sebagai anggota dewan Kesenian Jakarta dan Anggota redaksi majalah Horison, bnayak menulis kolom (sebagai kolumnis) dalam berbagai harian di Jakarta.
Mari Lestarikan Sastra indonesia
Ialah menyampaikan Kebenaran
Jika adalah yang tak bisa dijual-belikan
Ialah yang bernama Keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon Kezaliman
Jika adalah orang yang harus kau agungkan
Ialah hanya Rosul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah Syahid di jalan Illahi
: Taufiq Ismail
Beliau lahir tahun 1937 di Bukittinggi, tetapi dibesarkan di Pekalongan.
Beliau telah mulai mengumumkan sajak-sajak, cerpen, dan esainya sejak tahun 1954, Tetapi baru awal 1966 ia muncul ke muka. Ketika sajak yang ditulisnya dengan nama samaran Nur Fadjar diumumkan dengan judul TIRANI ditengah demonstrasi para mahasiswa menyampaikan Tritura.
Belakangan beliau, kecuali duduk sebagai anggota dewan Kesenian Jakarta dan Anggota redaksi majalah Horison, bnayak menulis kolom (sebagai kolumnis) dalam berbagai harian di Jakarta.
Mari Lestarikan Sastra indonesia
HIDUP - (SAMADI)
Ketika lahir disambut ebang
Ketika mati dilepas salat
Antara azan dengan sembahyang,
Wahai hidup alangkah singkat
Datang ke dunia telanjang bulat
Pulang hanya berkain kafan
Jangan ke alam hati tertambat
Alam tak dapat menolong badan !
Samadi merupakan salah satu penyair terpenting yang menerbitkan kumpulan sajaknya di Medan sebelum perang.
Nama samaran Anwar Rasjid, lahir di Maninjau, 18 November 1918.
Penyair ini pernah menjadi kepala sekolah H.I.S di Kuala Simpang, kemudian sejak tahun 1939 ia menjadi redaktur majalah Pedoman Masyarakat dan Pedoman Islam di Medan.
Sajak yang dihimpunya dalam Senandung Hidup ditulisnya antara tahun 1935-1941.
Mari Lestarikan Sajak Indonesia ...
Ketika mati dilepas salat
Antara azan dengan sembahyang,
Wahai hidup alangkah singkat
Datang ke dunia telanjang bulat
Pulang hanya berkain kafan
Jangan ke alam hati tertambat
Alam tak dapat menolong badan !
Samadi merupakan salah satu penyair terpenting yang menerbitkan kumpulan sajaknya di Medan sebelum perang.
Nama samaran Anwar Rasjid, lahir di Maninjau, 18 November 1918.
Penyair ini pernah menjadi kepala sekolah H.I.S di Kuala Simpang, kemudian sejak tahun 1939 ia menjadi redaktur majalah Pedoman Masyarakat dan Pedoman Islam di Medan.
Sajak yang dihimpunya dalam Senandung Hidup ditulisnya antara tahun 1935-1941.
Mari Lestarikan Sajak Indonesia ...
Kamis, 16 September 2010
Cerita Hari Ini
Apa yang ingin kutulis ???
Tak ada yang ingin kucurahkan hari ini selain buramnya mata
Mengantuk tanda semalam kurang bersahabat dengan sang kasur
Entah apakah karena antara mataku dan si kasur tak bisa bersimbiosis
Sehingga enggan untuk berkawin bersama seperti sebelumnya
Aku tak tahu.
Sajak yang kutulis ini pun tak jelas mengarah kemana
Bukan sebuah sajak yang bagus tapi aku ingin berarti
Padahal ini juga tak mengandung arti yang spesifik
Entahlah yang jelas hanya ingin menumpahkan sesak dikepala
Sebelum mataku benar benar tak bisa diajak berkompromi
Dengan siang yang makin menerikkan panasnya
Namun satu yang bisa kubagi bahagia
Adlah seulas senyum simpul pertanda baik
Napak tilas kemarin yang masih tersisa dibibir pagi
Ahhhhhhay iya kemarin ada setitik bahagia
Yang terangkum dalam kesedihanku
Namun ingin kubagi bersama
Semoga senyum itu masih mengangakan lubangnya
Untukku dimalam hari agar aku kembali mendapati senyum simpulku
Dan semoga simpulnya terlalu rapat untuk dapat kubuka kembali
Sehingga aku akan selalu merasa bahagia
Bahagia dan bahagia
Teruntuk dia yang disana
Semoga bahagia juga menyampulimu
---amien----
Rumah Pohon
17 September 2010
09.00 Wib
Tak ada yang ingin kucurahkan hari ini selain buramnya mata
Mengantuk tanda semalam kurang bersahabat dengan sang kasur
Entah apakah karena antara mataku dan si kasur tak bisa bersimbiosis
Sehingga enggan untuk berkawin bersama seperti sebelumnya
Aku tak tahu.
Sajak yang kutulis ini pun tak jelas mengarah kemana
Bukan sebuah sajak yang bagus tapi aku ingin berarti
Padahal ini juga tak mengandung arti yang spesifik
Entahlah yang jelas hanya ingin menumpahkan sesak dikepala
Sebelum mataku benar benar tak bisa diajak berkompromi
Dengan siang yang makin menerikkan panasnya
Namun satu yang bisa kubagi bahagia
Adlah seulas senyum simpul pertanda baik
Napak tilas kemarin yang masih tersisa dibibir pagi
Ahhhhhhay iya kemarin ada setitik bahagia
Yang terangkum dalam kesedihanku
Namun ingin kubagi bersama
Semoga senyum itu masih mengangakan lubangnya
Untukku dimalam hari agar aku kembali mendapati senyum simpulku
Dan semoga simpulnya terlalu rapat untuk dapat kubuka kembali
Sehingga aku akan selalu merasa bahagia
Bahagia dan bahagia
Teruntuk dia yang disana
Semoga bahagia juga menyampulimu
---amien----
Rumah Pohon
17 September 2010
09.00 Wib
KUINGAT PADAMU - Abdul Hadi
Kuingat padamu bila fajar
Merahkan langit sebelah timur
Kuingat padamu bila senja
Mencium bunga yang kan tidur
Kuingat padamu bila malam
Sepi berbunga bintang bercahaya
Kuingat padamu bila bulan
Teduh benderang purnama raya
Kuingat padamu, ah selalu
Sampaikan aku turut kau pula
Baringkan badan dipangkuan bumi
Tempat segala menjadi lupa
(poedjangga Baroe, 1937)
Sajak Asmara Hadi/Abdul Hadi
Abdul hadi lahir di Bengkulu 1914, sajaknya penuh Romantik dan kesedihan karena ditinggal mati oleh kekasihnya yang pertama. Luka jiwa yang disebabkan oleh kematian cintanya oleh Asmara Hadi malah dijadikan sumber semangat berjuang yang tak kunjung padam.
Merahkan langit sebelah timur
Kuingat padamu bila senja
Mencium bunga yang kan tidur
Kuingat padamu bila malam
Sepi berbunga bintang bercahaya
Kuingat padamu bila bulan
Teduh benderang purnama raya
Kuingat padamu, ah selalu
Sampaikan aku turut kau pula
Baringkan badan dipangkuan bumi
Tempat segala menjadi lupa
(poedjangga Baroe, 1937)
Sajak Asmara Hadi/Abdul Hadi
Abdul hadi lahir di Bengkulu 1914, sajaknya penuh Romantik dan kesedihan karena ditinggal mati oleh kekasihnya yang pertama. Luka jiwa yang disebabkan oleh kematian cintanya oleh Asmara Hadi malah dijadikan sumber semangat berjuang yang tak kunjung padam.
Untuk Pelangi-ku
Pelangi ...
Pernahkah pelangi berada pada satu titik tempat ?
Pernahkan pelangi hadir sebelum hujan tiba ?
Pernahkah pelangi menampakkan warna lain selain itu ?
Jawabnya ternyata Tidak
Yang kutahu pelangi memang indah untuk dilihat
Yang kusadar adalah pelangi memang hadir setelah meredanya langit
Dan yang kurasa pelangi tidak memiliki warna gelap
Itulah Pelangi yang bergelanyut diangkasa
Bukan pelangi yang memelukku kala 2bulan lalu
Pelangi yang hadir ketika aku tersedu dalam duka
Pelangi yang menyuguhkan warna indah dalam gelap
Pelangi yang mencerahkan hariku meski hanya beberapa minggu
Makin kusadari bahwa pelangi itu bukan untukku
Dia jenggah untuk menetap disatu tempat
Dia berpendar bukan hanya untukku
Dia sudah tak mampu untuk kulihat apalagi kurasa sinarnya
Lantas haruskah aku tetap menunggunya ?
Tidak !!!
Maaf aku tak bisa menunggu perlangi itu
Meski indah sekali dalam bayangan
Tapi terlalu indah untuk menjadi kenyataan
Ternyata aku bermimpi lagi
Lagi lagi aku bermimpi
Jangan datang lagi
Kumohon .
Rumah Pohon
16 September 2010
15.00 Wib
**Untuk Pelangi yang bergelanyut dilain taman kuharap bahagiamu disana
Doaku untukmu tak pernah lepas
Jadilah Pelangi terindah untuknya seorang .
Pernahkah pelangi berada pada satu titik tempat ?
Pernahkan pelangi hadir sebelum hujan tiba ?
Pernahkah pelangi menampakkan warna lain selain itu ?
Jawabnya ternyata Tidak
Yang kutahu pelangi memang indah untuk dilihat
Yang kusadar adalah pelangi memang hadir setelah meredanya langit
Dan yang kurasa pelangi tidak memiliki warna gelap
Itulah Pelangi yang bergelanyut diangkasa
Bukan pelangi yang memelukku kala 2bulan lalu
Pelangi yang hadir ketika aku tersedu dalam duka
Pelangi yang menyuguhkan warna indah dalam gelap
Pelangi yang mencerahkan hariku meski hanya beberapa minggu
Makin kusadari bahwa pelangi itu bukan untukku
Dia jenggah untuk menetap disatu tempat
Dia berpendar bukan hanya untukku
Dia sudah tak mampu untuk kulihat apalagi kurasa sinarnya
Lantas haruskah aku tetap menunggunya ?
Tidak !!!
Maaf aku tak bisa menunggu perlangi itu
Meski indah sekali dalam bayangan
Tapi terlalu indah untuk menjadi kenyataan
Ternyata aku bermimpi lagi
Lagi lagi aku bermimpi
Jangan datang lagi
Kumohon .
Rumah Pohon
16 September 2010
15.00 Wib
**Untuk Pelangi yang bergelanyut dilain taman kuharap bahagiamu disana
Doaku untukmu tak pernah lepas
Jadilah Pelangi terindah untuknya seorang .
Senin, 30 Agustus 2010
Istiqaroh
Bila dirimu sekarang sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju ridho-NYA bersabarlah
Bersabarlah dengan keindahan, demi ALLAH dia tidak datang karena kecantikan, kepintaran atau kekayaan tapi ALLAH yang mengerakannya.
Jangan tergesa-gesa untuk mengekspresikan cinta kepada dia sebelum ALLAH mengizinkan, karena belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu.
Siapakah yang lebih mengetahui selain ALLAH, simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan dekap dihati rapat rapat, ALLAH akan menjawabnya dengan lebih indah disaat yang tepat.
***********************
Sebuah pesan singkat masuk dalam handphoneku dan ternyata berisi kalimat indah ini, subhanallah terima kasih untuk sahabat mayaku raya yang telah memberiku penyadaran melalui tulisan diatas, sehingga aku menjadi tak limbung setelah berkali-kali terombang ambing ketidakpastian.
RUMAH POHON
31 Agustus 2010
06.00 wib
Bersabarlah dengan keindahan, demi ALLAH dia tidak datang karena kecantikan, kepintaran atau kekayaan tapi ALLAH yang mengerakannya.
Jangan tergesa-gesa untuk mengekspresikan cinta kepada dia sebelum ALLAH mengizinkan, karena belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu.
Siapakah yang lebih mengetahui selain ALLAH, simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan dekap dihati rapat rapat, ALLAH akan menjawabnya dengan lebih indah disaat yang tepat.
***********************
Sebuah pesan singkat masuk dalam handphoneku dan ternyata berisi kalimat indah ini, subhanallah terima kasih untuk sahabat mayaku raya yang telah memberiku penyadaran melalui tulisan diatas, sehingga aku menjadi tak limbung setelah berkali-kali terombang ambing ketidakpastian.
RUMAH POHON
31 Agustus 2010
06.00 wib
Minggu, 29 Agustus 2010
Sisa Rindu
Rimbun dedaunan meredakan hembus angin pagi
Menyisakan sejuknya lewat butiran embun
tahukah ini sebagaimana hadirmu
Yang meredakan gejolak hati
Dan menyisakan rasa rindu ... dijiwaku
**Bandung, 20 Agustus 2010
17.11 wib
dikirim oleh sang manyar dalam remang senja yang mencoba menhibur resahku oleh penantian akan hadirnya pelangi yang entah menghilang kemana
Bahkan sampai saat ini masih saja kunanti pelangi itu, bodohkah aku ???
aku tak tahu yang jelas rasa ini sedemikian pekatnya sehingga mengendap dalam hatiku dan meracuni aliran darahku
Entah sampai kapan aku harus menderita karenanya
Rumah Pohon
30 Agustus 2010
03.30 wib
Menyisakan sejuknya lewat butiran embun
tahukah ini sebagaimana hadirmu
Yang meredakan gejolak hati
Dan menyisakan rasa rindu ... dijiwaku
**Bandung, 20 Agustus 2010
17.11 wib
dikirim oleh sang manyar dalam remang senja yang mencoba menhibur resahku oleh penantian akan hadirnya pelangi yang entah menghilang kemana
Bahkan sampai saat ini masih saja kunanti pelangi itu, bodohkah aku ???
aku tak tahu yang jelas rasa ini sedemikian pekatnya sehingga mengendap dalam hatiku dan meracuni aliran darahku
Entah sampai kapan aku harus menderita karenanya
Rumah Pohon
30 Agustus 2010
03.30 wib
Jumat, 20 Agustus 2010
MENGINGATMU
Adalah satu hal yang selalu tak pernah kulupakan ketika senja membatu dalam hening malam yaitu mengingatmu
Mengingatmu membuatku mampu meredakan badai resah yang terus bergelanyut dipundakku hingga membuatku merasa kesakitan
mengingatmu adalah ibarat aku menciumi pagi, meremahnya dalam gengamku kemudian kubawa remahnya tuk lalui hari
Mengingatmu tak pernah membuatku bosan layaknya ilalang yang tak bosan bergoyang meski selalu terinjak, karena kau jua yang membuatnya bergoyang
Mengingatmu bukan sia-sia, karena cukup itu aku sanggup meretaskan asa yang sempat terkubur pasir curiga
Dan akan selalu kulakukan tiap pagi serta senjaku tiba... semoga kau mengerti.
RUMAH POHON
21 AGUSTUS 2010
07.45 Wib
Mengingatmu membuatku mampu meredakan badai resah yang terus bergelanyut dipundakku hingga membuatku merasa kesakitan
mengingatmu adalah ibarat aku menciumi pagi, meremahnya dalam gengamku kemudian kubawa remahnya tuk lalui hari
Mengingatmu tak pernah membuatku bosan layaknya ilalang yang tak bosan bergoyang meski selalu terinjak, karena kau jua yang membuatnya bergoyang
Mengingatmu bukan sia-sia, karena cukup itu aku sanggup meretaskan asa yang sempat terkubur pasir curiga
Dan akan selalu kulakukan tiap pagi serta senjaku tiba... semoga kau mengerti.
RUMAH POHON
21 AGUSTUS 2010
07.45 Wib
Rabu, 18 Agustus 2010
SOULMATE
Apakah soulmate itu ?
Aku tak tau pasti
Tapi aku masih menginggat nasehat kakek tentang soulmate
Kalian ingin tau ...?
Soulmate
Adalah ketika orang yang kita cintai membalas perasaan suci kita
Adalah ketika kita merasakan benci dan bosan tapi kita masih juga menginginkannya
Adalah ketika kita bisa mengalahkan ego dan berusaha mengertinya
Adalah ketika dia tak sekedar menjadi teman seranjang saja namun menjelma menjadi sahabat disegala situasi
Adalah ketika kita menginginkan dia menemani kita menghabiskan hari diusia senja
Dan itu semua diperoleh bukan pada pandangan pertama
Bukan karena emosi sesaat
Namun membutuhkan sebuah proses bertahun tahun, hingga akhirnya kita dapat berkata "inilah SOULMATE-ku"
Jadi apakah salah jika aku berkata bahwa cinta adalah sebuah pengembaraan tanpa batas, untuk sebuah proses yang panjang menentukan seorang soulmate ?
RUMAH POHON
19 Agustus 2010
07.00 wib
Aku tak tau pasti
Tapi aku masih menginggat nasehat kakek tentang soulmate
Kalian ingin tau ...?
Soulmate
Adalah ketika orang yang kita cintai membalas perasaan suci kita
Adalah ketika kita merasakan benci dan bosan tapi kita masih juga menginginkannya
Adalah ketika kita bisa mengalahkan ego dan berusaha mengertinya
Adalah ketika dia tak sekedar menjadi teman seranjang saja namun menjelma menjadi sahabat disegala situasi
Adalah ketika kita menginginkan dia menemani kita menghabiskan hari diusia senja
Dan itu semua diperoleh bukan pada pandangan pertama
Bukan karena emosi sesaat
Namun membutuhkan sebuah proses bertahun tahun, hingga akhirnya kita dapat berkata "inilah SOULMATE-ku"
Jadi apakah salah jika aku berkata bahwa cinta adalah sebuah pengembaraan tanpa batas, untuk sebuah proses yang panjang menentukan seorang soulmate ?
RUMAH POHON
19 Agustus 2010
07.00 wib
Selasa, 17 Agustus 2010
Menikmati Pagi
Hmmm ...
Tuhan pagi ini indah sekali
Mungkin kemarin tak kalah indahnya
Hanya aku terlalu egois untuk mengakuinya
Dengan berbekal sebuah alasan yaitu sibuk
Tuhan ...
Menikmati pagi-MU sungguh menyamankan hatiku
Meretaskan sebuah perasaan bahagia
Mengendapkan segala gundah yang beberapa hari menggunung
Tuhan ...
Andai aku boleh bercerita tentang pagimu
Adalah pagi dengan pemandangan kabut yang setengah telanjang
Diselipi aroma embun yang perlahan terserap musnah
Bebarengan dengan goyangan ilalang yang menyambut mentarinya
Tuhan ...
Adalah indah pagi-MU yang sering kutinggalkan
Dan aku hanya terpekur menatap senja saja
Ternyata tak hanya senja yang memiliki naungan keindahan tangan-MU, pagi dengan dinginya mampu menghadirkan keindahan yang tak kalah indahnya
Menatap pagi ini
Dibulan penuh berkah ini
Membuat senyumku yang sempat mengkerut menjadi kembali mekar
Kurasa ini waktuku berbenah
Terlalu banyak aku membuang waktuku demi sesuatu tak berguna
Tuhan ...
Aku akan berlari mengejar ketinggalanku
....
RUMAH POHON
18 Agustus 2010
07.00 wib
**hari ini akhirnya selesai sudah satu masalah yang selama 9 bulan ini terus menggulung hariku dalam awan hitam dan memaksaku berjibaku dengan hatiku sendiri.
Sabtu, 14 Agustus 2010
Mencoba Berkicau Seperti Kutilangku
Pagi Kutilangku ....
Kuharap pagimu ini tak seperih kemarin ya
Asam lambung yang tak pernah membuatmu nyaman
Harusnya aku berkata "biarkan saja"
Toh tiap keluku berkata tak pernah tergubris
Kenyataannya ...
Aku takkan pernah bisa meninggalkanmu dalam bisu
Meskipun aku sempat ngelangut bersama pagi
Aku ingin berceloteh sepertimu bolehkah ???
Ah aku rindu wangi kopi ekspresso yang pahit
Sepahit luka yang pernah menimbulkan ngarai airmata
Namun ternyata aku menikmatinya
Aku menikmati tiap luka yang tergores perlahan
Mengiris hatiku, mulai akan memecah empedu uhh pahit
Dan aku menikmatinya
Sangat ...
Kau tau kutilangku
Aku mulai berfikir apakah otakku sudah mendidih karena api kekesalan
Sehingga aku sangat menginginkan luka itu
Dan aku sadar aku telah membuat telagaku sendiri
Dari airmata yang tertumpah didalamnya
Sakit yang kurasakan memaksaku tetap tersenyum dan tegar
Hingga terkadang aku berfikir "apa jadinya aku tanpa luka"
Apakah aku akan tetap tulus tersenyum dan tegar
Atau justru menjadi introvert dan berkelambu korden hitam tanda penyendiri
Entahlah !!!
Kutilangku ...
Kita tlah bercakap melebihi waktu yang merangkak
Kita tlah mengerti melebihi buih dibibir pantainya
Dan aku merasa nyaman berada diperputaran waktumu
Meskipun untuk itu tak jarang aku harus kembali memuntahkan lalu yang telah kutelan
Karena hanya denganmu aku sanggup berkata bahwa senja itu menyedihkan
Bahwasanya senja menginggatkanku akan perpisahan
Dan senja itu kelabu
Jangan berfikir apa apa hey kutilang
Aku tidak sedang bersedih pun juga gembira
Aku hanya sedang mengungkapkan atas apa yang tak pernah terungkap
Atas apa yang selalu kusembunyikan keberadaanya
Layakanya Akasia Randu Jati yang tak pernah kuungkap
Kutilangku cepat sembuh dari gas lambungmu yang menguap terlalu banyak
Kuharap kau bisa kembali membahanakan kicaumu
Yang selalu bisa menyurutkan sedihku, bisa menerbitkan semangatku dalam waktu bersamaan
Karena kita adalah senyawa
Takkan pernah bosan aku menggulangnya
RUMAH POHON
15 Agustus 2010
03.00 wib
Kuharap pagimu ini tak seperih kemarin ya
Asam lambung yang tak pernah membuatmu nyaman
Harusnya aku berkata "biarkan saja"
Toh tiap keluku berkata tak pernah tergubris
Kenyataannya ...
Aku takkan pernah bisa meninggalkanmu dalam bisu
Meskipun aku sempat ngelangut bersama pagi
Aku ingin berceloteh sepertimu bolehkah ???
Ah aku rindu wangi kopi ekspresso yang pahit
Sepahit luka yang pernah menimbulkan ngarai airmata
Namun ternyata aku menikmatinya
Aku menikmati tiap luka yang tergores perlahan
Mengiris hatiku, mulai akan memecah empedu uhh pahit
Dan aku menikmatinya
Sangat ...
Kau tau kutilangku
Aku mulai berfikir apakah otakku sudah mendidih karena api kekesalan
Sehingga aku sangat menginginkan luka itu
Dan aku sadar aku telah membuat telagaku sendiri
Dari airmata yang tertumpah didalamnya
Sakit yang kurasakan memaksaku tetap tersenyum dan tegar
Hingga terkadang aku berfikir "apa jadinya aku tanpa luka"
Apakah aku akan tetap tulus tersenyum dan tegar
Atau justru menjadi introvert dan berkelambu korden hitam tanda penyendiri
Entahlah !!!
Kutilangku ...
Kita tlah bercakap melebihi waktu yang merangkak
Kita tlah mengerti melebihi buih dibibir pantainya
Dan aku merasa nyaman berada diperputaran waktumu
Meskipun untuk itu tak jarang aku harus kembali memuntahkan lalu yang telah kutelan
Karena hanya denganmu aku sanggup berkata bahwa senja itu menyedihkan
Bahwasanya senja menginggatkanku akan perpisahan
Dan senja itu kelabu
Jangan berfikir apa apa hey kutilang
Aku tidak sedang bersedih pun juga gembira
Aku hanya sedang mengungkapkan atas apa yang tak pernah terungkap
Atas apa yang selalu kusembunyikan keberadaanya
Layakanya Akasia Randu Jati yang tak pernah kuungkap
Kutilangku cepat sembuh dari gas lambungmu yang menguap terlalu banyak
Kuharap kau bisa kembali membahanakan kicaumu
Yang selalu bisa menyurutkan sedihku, bisa menerbitkan semangatku dalam waktu bersamaan
Karena kita adalah senyawa
Takkan pernah bosan aku menggulangnya
RUMAH POHON
15 Agustus 2010
03.00 wib
Jumat, 13 Agustus 2010
MUNAFIK
Benci !!!
Tidak !!!
Benci ... Tidak ....
Tidak benci .... Iya ???
Lagi lagi perasaan itu muncul
Tak pernah tersinkronisasi dengan baik
Mulutku menyublimkan benci
Namun hatiku menghablurkan tidak
Logikaku mencairkan keegoisanku
Tapi imajinasiku memadatkan emosiku
Dan lagi lagi pemahamanku datang
Mengembunkan sebuah pemakluman akan CINTA
Sehingga mampu menguapkan segala amarah
Iya karena Aku Cinta Kau
Jika ini munafik, maka ku akui itu
RUMAH POHON
14 Agustus 2010
05.00 wib
**Until the day we meet again
Kamis, 12 Agustus 2010
SUARA ALAM
Dibawah Keindahan Cahaya
Layaknya mentari dipagi hari
Bulan dan bintang dimalam hari
Mereka nyanyikan sajak tanpa kata
Namun penuh keindahan
Ketika angin bertiup
Membawa alunan melodi
Keseluruh penjuru
Sampaikan salam kepada yang berdiri disana
Diatas tapal batas sebuah penantian
__________________________________**
Dan aku akan tetap menunggu datangmu
Hanya untuk melihat senja berbias temaram
Yang selalu kau ceritakan padaku
Hey cowok ayolah kemari kita berlari mengejar lembayung senja diatas tapal batas sebuah penantian
RUMAH POHON
13 Agustus 2010
13.00 wib
**Terimakasih sajak yang indah menyesuaikan tempat yang kurindukan . Jalinan persahabatan ini semoga terus menjelajahi waktu tanpa mengenal lelah.
HENING
Berhentilah
Jika bosan menderamu
Mengombang ambingmu dalam ketidakpastian
Dan kau sudah tak mampu lagi menaikkan layarmu
Berhentilah
Jika itu ternyata menenagkanmu
Dari serbuan ombak masalah
Buih buih kerinduan
Ganggang kelelahan yang kemudian melumut menjadikan motor diperahumu menjadi tersedat
Menepilah
Hening sejenak
Berkiblatlah ....
Ombak tak selamanya menganas
Karang tak selamanya menghujam
Layar tak selamanya mengudara
Begitupun hati tak selamanya ia akan berkata "egois"
Aku ingin hening
RUMAH POHON
13 Agustus 2010
09.00 wib
Dia Menyayangiku
Jelaga terbesar sekalipun nampaknya tidak akan muat
Untuk menampung aliran kasih sayang yang kau curahkan dari mata airmu
Untuk itu sengaja kumeminjam telaga
Guna menyimpan setiap apa yang kau alirkan kepadanya
Bandung 24 Juli 2010
**Terimakasih untuk sajak pagi yang selalu kau kirimkan untukku ketika pagi menjelma sempurna menjadi hari dan ketika senja menjemput malam diperaduannya.
Terimakasih untuk waktu yang terluangkan demi menceriakan hariku, meskipun hanya maaf yang bisa kuberikan.
RUMAH POHON
13 Agustus 2010
09.00 wib
Ketika Kutilang Menyeka Laraku
Barangkali tak bisa kuhapus tangismu
Rasa sakit yang kini mengendap dalam sukmamu
Namun jika hening yang kau butuhkan untuk meredakan gundah
Maka aku akan diam menjaga hening itu
Rupa rasa beserta dilemannya adalah sebuah cerita yang membungkus hidup kita
Pengelana yang tak tahu arti cinta
Ini pundakku ....
Menangislah kau disitu dan aku akan diam menjaga heningmu
Esok ketika biru langitku bisa menentramkanmu
Tersenyumlah
Dan kembali percaya bahwa ada rencana indah dibaliknya
**Untuk kutilangku
apa arti aku tanpamu
seharusnya engkau yang kau sebut bidadari bukan ?
Untuk tiap dekap yang menghangatkan dukaku
Untuk tiap kata yang menghaluskan segala resah
Untuk senyum yang bisa membiusku menjadi ceria kembali
Dan untuk untuk untuk yang tak terucap oleh kelu
Namun terkatakan oleh hati yang tak terperi
Maka tak kunjung bosan aku mengucapkan terimakasih kutilangku
Kita, kau dan aku bersenyawa
Dan aku takkan lengkap tanpamu
Begitupun kau
Tetaplah demikian !!!
RUMAH POHON
12 Agustus 2010
20.00 wib
Rasa sakit yang kini mengendap dalam sukmamu
Namun jika hening yang kau butuhkan untuk meredakan gundah
Maka aku akan diam menjaga hening itu
Rupa rasa beserta dilemannya adalah sebuah cerita yang membungkus hidup kita
Pengelana yang tak tahu arti cinta
Ini pundakku ....
Menangislah kau disitu dan aku akan diam menjaga heningmu
Esok ketika biru langitku bisa menentramkanmu
Tersenyumlah
Dan kembali percaya bahwa ada rencana indah dibaliknya
**Untuk kutilangku
apa arti aku tanpamu
seharusnya engkau yang kau sebut bidadari bukan ?
Untuk tiap dekap yang menghangatkan dukaku
Untuk tiap kata yang menghaluskan segala resah
Untuk senyum yang bisa membiusku menjadi ceria kembali
Dan untuk untuk untuk yang tak terucap oleh kelu
Namun terkatakan oleh hati yang tak terperi
Maka tak kunjung bosan aku mengucapkan terimakasih kutilangku
Kita, kau dan aku bersenyawa
Dan aku takkan lengkap tanpamu
Begitupun kau
Tetaplah demikian !!!
RUMAH POHON
12 Agustus 2010
20.00 wib
KEPADA NANTI
Nanti yang belum terjamah kini
Aku mengirimkan surat tertulis padamu
Atas semua yang belum terjadi dan yang akan kujalani
Ijinkan aku meneguk kendi kebahagiaan yang tengah kunikmati kesegarannya
Hey nanti yang belum terjinjiti waktu
Maukah kau tetap mengandengku dalam sebuah lintasan kebersamaan
Dengannya yang enggan kueja namanya
Karena malu dengan sang bayu yang akan meronakan pipiku
Ya sudah !!!
Cukup itu permintaanku
Sederhana bukan ?
Kebahagian dan kebersamaan didalam ceruk kejujuran bernama hati nurani
Tunggu aku datang ya nanti !!!
RUMAH POHON
12 Agustus 2010
17.00 wib
**Tuhan terimakasih untuk indah hari ini yang kembali memelukku setelah hujan membiusku dalam kesedihan.
Aku mengirimkan surat tertulis padamu
Atas semua yang belum terjadi dan yang akan kujalani
Ijinkan aku meneguk kendi kebahagiaan yang tengah kunikmati kesegarannya
Hey nanti yang belum terjinjiti waktu
Maukah kau tetap mengandengku dalam sebuah lintasan kebersamaan
Dengannya yang enggan kueja namanya
Karena malu dengan sang bayu yang akan meronakan pipiku
Ya sudah !!!
Cukup itu permintaanku
Sederhana bukan ?
Kebahagian dan kebersamaan didalam ceruk kejujuran bernama hati nurani
Tunggu aku datang ya nanti !!!
RUMAH POHON
12 Agustus 2010
17.00 wib
**Tuhan terimakasih untuk indah hari ini yang kembali memelukku setelah hujan membiusku dalam kesedihan.
Rabu, 11 Agustus 2010
BEGADANG
Jam 12 dentang waktu tlah berdenting
Tanda menuju lelap menjemput
Selamat malam semua mimpi indah
Satu jam, dua jam, tiga jam menjelang
Ish tak mau terlelap jua jiwaku
Meski mataku memejam sempurna
Kemana kantukku pergi ???
Hey kembali kau
Aku sedang tak ingin terjaga
Tidak hari ini karena aku sedang lelah
Rindu menumpuk
Emosi membanjir
Risau memanen
Apalagi ???
Lengkap sudah
Dan aku hanya ingin terpulas
Tapi rupannya kantukku sedang mengopi
Hingga aku harus terjaga lagi malam ini
Menyebalkan !
RUMAH POHON
12 Agustus 2010
09.10 wib
**ngantuk sekali.
Peluh
Mencoba menerobos kulit ari yang terasa menebal menghalangi jalannya
Bersamaan dengan semakin kencangnya degup jantung yang makin tak seirama
Setelahnya ia mengalir pelan dipermukaan, terasa hangat dan berbentuk butiran kecil
Menjadikan rona-rona merah dipipi semakin mendaki kegirangan
Sejurus kemudian butiran itu siap menganak pinak
Sialan !!!
Matamu terus saja membuatku salah tingkah
RUMAH POHON
12 Agustus 2010
07.00 wib
JENGAH
PENCURI
Tunggu sebentar ...
Dia baru saja tertidur dalam pelukan bantal
Bersanding mesra dengan guling
Dan bersetubuh didekap selimut
Sudah aman !!!
Saatnya beraksi
Seulas senyum yang menyajikan kenyaman
Sepasang mata yang mengundang rasa penasaran
Sebongkah hidung mancung nan menawan
Seikat rambut ikal yang mengisi dunia khayalan
ah lengkap tak ada yang tertinggal bukan ???
Oh tidak ada yang masih belum kuambil
Sepotong hati penuh ketulusan masih tergeletak disana
Tanpa itu maka tak ada arti ini semua kan ?
Lengkap... terpenuhi daftarku
Maaf ya tuan
Telah mengambil milikmu tanpa permisi
Rumah Pohon
11 Agustus 2010
13.45 wib
**senyumanmu, tatapanmu,nafasmu,ikalmu dan untuk hatimu semuanya aku suka.
Selasa, 10 Agustus 2010
SERAT CINTAKU
Cintaku serupa serat mengerat pada dinding hati
Memintal mintal menjadi benang perasaan
Hingga akhirnya berubah menjadi kain kerinduan
Dan akan kusematkan kain ini pada pagelaran kesenian cinta
Tanda mengenapi bersatunya dua hati
Rumah Pohon
11 Agustus 2010
13.00 Wib
**I lov U Pace
Memintal mintal menjadi benang perasaan
Hingga akhirnya berubah menjadi kain kerinduan
Dan akan kusematkan kain ini pada pagelaran kesenian cinta
Tanda mengenapi bersatunya dua hati
Rumah Pohon
11 Agustus 2010
13.00 Wib
**I lov U Pace
Aku dan Kutilangku
Jumpa lagi dengan senja namun kini bergelut mendung dan hembusan angin dingin
Memupuskan harap untuk berjumpa bintang
Tak ada apa apa, yang ada senyum yang kusimpan laksana kilaunya senyummu
Ya hanya kilaumu ....
Hey ada apa denganmu kutilangku
Tak apa hanya sedikit rindu yang lusuh disaku celana
Menyutubuhi sepi yang berjingkat menjelang senja berganti gelap seperti biasa
Aku resah ketika wajah malaikatku melenyap dari pelupuk mata
Hei bidadariku bisakah kau bantu aku menyelesaikan dongeng yang kucatat dilembaran kertas berwarna ungu ?
Bukang tentang kisah yang berujung tragis atau ending luar biasa romantis
Sederhana saja cuma cinta cuma cuma
Dan aku akan menganggukan kepala jika itu bisa merapikan lusuhmu
Namun aku bukanlah lakon utama dalam dongengmu
Jadi beritahu aku samapai dimana aku harus menyambung kisah senjamu yang selalu kurindu jingkatnya
Hey kutilangku ....
Tiap lembar dongenng lusuhmu selalu kusimpan rapi dalam kantong otakku
Yang tak mungkin ku hapus sekalipun senja tak lagi mengguning
Aku lupa berapa halaman yang telah kuukir
Hanya kuingat selarik nama yang telah ku pahat
Kegilaanku yang mencandu setiap jengkal hirup nafasku dalam perjamuan hati
Yang menggiring mimpi setapak lalu berganti menjadi jinjit yang menepi
Menjadi sebentuk laku di bibir peristiwa yang kupercaya pasti akan datangnya
Entah dilembar mana sang waktu akan berkata iya
Mengodaku untuk berjibaku bersama hati yang kutau siapa yang menawannya
Jika lembarmu berkata iya pada lembar terakhir apakah hatimu akan berhenti berjibaku?
Kutilangku aku menginginkan dongeng yang indah untukmu
Tak peduli pada bab mana akan kau temui
Dan yakinlah saat itu tiba aku akan segera membukukannya
Pagi tadi aku temukan kembali sajak hadiahku yang terhapus
Kubaca dengan bibir gemetar dan haru yang membuncah
Ceritaku yang cuma sedikit itu tidak benar hilang ternyata
Hanya terselip difolder yang jarang aku buka
Apakah itu berarti Tuhan mulai mengasihi aku dan memberi seceruk restu ?
Aku tidak tahu, Aku hanya tahu rinduku terlalu dalam
Sampai mataku menghangat dan tak mau terpejam
Lusuh
Usang
Dekil
Berdebu
Namun ternyata takkan aus oleh waktu
Kita yang makin cantik karena luka
Kita yang terhempas dan terombang ambingnamun masih bisa berdiri
Bab selanjutnya ingin kuukir kisahmu yang selalu mengenggamku
Agar aku tak melayang karena bimbang
Aku juga ingin berkoar betapa hangatnya hatimu
Sekalipun luka menelungkupimu
Kuharap kau temukan lembar itu yang belum terbukukan
Dalam perjalanan cintamu
Aku bisa berkata apa ?
Untukmu yang selalu saja bisa mengeja resah meski aku diam tanpa kata
Aku rindu pada riuh tawamu yang selalu bisa menghentikan cucur airmataku
Bolehkah aku mender tawamu lagi >
Dan seperti biasa aku hanya butuh terisak dipangkuanmu
Boleh saja silahkan
karena ternyata hanya kau pula yang sanggup mengeja tiap penggal lukaku
Dan tak peduli lalu,kini atau nanti aku selalu disini
Takkan pernah kupijakkan jemariku ditaman lain
Karena hanya disini aku merasa nyaman mendegarmu berkicau
Rumah Pohon
10 Agustus 2010
12.00 wib
** Untuk kutilangku aku sayang kamu dek !!!
CINTA
Cinta adalah pengembaraan tanpa batas
Melalui tirai horizon yang tersingkap
Manakala senja siap memeluk malam
Dimana kerinduan akan cinta terjatuh
Diatas untaian kidung hati ...
Cinta ada kalanya melalui taman berbunga
Ada kalanya melewati padang tandus
Kadang membatu ditengah musim
Kadang mencair bersamaan dengan tetes embun
Seperti cinta pertamanya adam pada hawa
Cinta sebuah tumbuhan yang tidak memerlukan musim
** Puisi DIA yang ku poskan kembali mengenang lalu yang tak mungkin mengejar kini, hingga semua kempali pada tempatnya semula. Kau dengan musimmu dan aku tetap dengan musimku yang tak pernah kan bersatu melainkan hanya bersetuhan.
Selasa, 03 Agustus 2010
MAAFKU
Aku takkan pernah bisa mengarungi luasnya hatimu
Dengan sampan hatiku atau menggunakan perahu logika
Tidak....
Itu terlalu luas untuk kuarungi
Apalagi aku hanya buih buih yang mengotori jejak jejakmu dibibir pantai
Aku takkan pernah bisa sampai dijauhnya hatimu
Karena aku takkan mampu menjangkaumu
Tapi aku cukup bahagia menjadi buih dipantaimu
Mendekap senja dalam buaianmu
Bermain gulungan ombak didalam dekap tanganmu
Atau sekedar bermain petak umpet memecahkan buihku menjadi banyak
Sehingga bagian kecil itu terserak dan mendekati dirimu
Ah aku terlalu berharap lagi
Maafkan aku
Aku tak pernah sedikitpun ingin membuatmu bersedih
Namun cepat atau lambat buih buih tubuhku takkan sanggup menahan derunya ombak itu
Walau kau sejatinya akan tetap menjadi sebuah pelabuhan terindah
Menyajikan hiasan senja nan romantis
Prolog sempurna untukku menyambut malam
Maafku
Jika aku takkan pernah bisa memahami kebesaran hatimu
Keluasan sebuah cinta
dan ketulusan sebuah rasa
maaf
maaf
maaf...
Rumah Pohon
5 JUNI 2010
05.00 WIB
**Bolehkah aku masih tetap menjadi buih untuk pantaimu ?
KAU
Setulus aliran sungai yang mengalir mencari pantainya tanpa pernah merasa lelah sekalipun curahnya takkan pernah cukup untuk mengisi cawannya
Selembut lembayung senja yang memayungi hamparan mega mampu menghalau segala mendung yang mengantung pekat didasar awan sekalipun belai sang bayu lebih dahulu menyapu gerimis yang terlanjur turun
Sedamai hutan pinus yang terselubung oleh kabut dan bergutasi menciptakan manik embun dan akan meretas bersama pagi sekalipun harus hilang terserap oleh tanah
Adalah kau pemilik ketulusan, kelembutan dan kedamaian itu yang mampu meruntuhkan angkuhnya gunung hatiku dimana pagar ketidakpercayaan sengaja kutanam disekelilinya. Tanah kecewa itu kini tersiram oleh rintik rintik rindu, merontokkan daun luka yang tlah mengering karena kala dan siap bersemi kembali menuntaskan sebuah cerita.
Bersama Kau ....
Iya Kau yang tulus, lembut dan damai
Tak perlu kutanyakan lagi rasa itu karena semua yang kau beri telah lebih dari cukup untuk membuatku mengerti arti kasih sayang yang sejati.
Rumah Pohon
13 Juni 2010
09.00 WIB
Selembut lembayung senja yang memayungi hamparan mega mampu menghalau segala mendung yang mengantung pekat didasar awan sekalipun belai sang bayu lebih dahulu menyapu gerimis yang terlanjur turun
Sedamai hutan pinus yang terselubung oleh kabut dan bergutasi menciptakan manik embun dan akan meretas bersama pagi sekalipun harus hilang terserap oleh tanah
Adalah kau pemilik ketulusan, kelembutan dan kedamaian itu yang mampu meruntuhkan angkuhnya gunung hatiku dimana pagar ketidakpercayaan sengaja kutanam disekelilinya. Tanah kecewa itu kini tersiram oleh rintik rintik rindu, merontokkan daun luka yang tlah mengering karena kala dan siap bersemi kembali menuntaskan sebuah cerita.
Bersama Kau ....
Iya Kau yang tulus, lembut dan damai
Tak perlu kutanyakan lagi rasa itu karena semua yang kau beri telah lebih dari cukup untuk membuatku mengerti arti kasih sayang yang sejati.
Rumah Pohon
13 Juni 2010
09.00 WIB
JEJAK KAKI
Jejak kaki yang kau pijakkan dalam pantai hatiku takkan akan pernah pudar tapakkannya meskipun debur ombak tak henti hentinya mencoba untuk menghapusnya, sekalipun tanah yang terpijak itu turut tergerus oleh laju gelombang dan mencoba menyurutkan langkahku, takkan pernah memudar sebuah ingatan tentang jejakmu laksana nyiur kelapa yang takkan pernah bosan melambai kepantai cintanya sekalipun airnya takkan pernah bisa menjangkaunya, jejakmu terlalu kuat menapak dalam pasir hatiku menasbihkan hanya satu nama yang bergaung disana, tak peduli putaran bumi maka tulusnya sebuah hati kupersembahkan untuk merangkum jejak jejakmu dalam bingkai pantai hatiku dan layaknya sebuah anugrah maka tak pernah berhenti aku mengucap bait doa untukmu disana yang sedang mengukir jejak kakinya dipantai lain.
Rumah Pohon
16 JUNI 2010
09.00 wib
** you know i can't smile without you.
SINGGAH
Seikat mawar, sekotak coklat, selusin angan apakah semua itu tlah cukup ?
Jauhnya sebuah perjalanan yang akan kau tempuh akan sangat berarti jika yang terbawa bersamamu adalah sebuah ketulusan.
Layaknya sebuah aliran sungai yang tulus menyelami dasar batu dan terus menyusupkan anganya hingga ia bertemu dengan lautnya.
Maka yang kuinginkan tak lebih dari seikat ketulusan, sekotak senyum dan selusin pelukanmu, apakah cukup untuk menjawab pertanyaanmu dihari lalu...
Dan perlahan tapi pasti kuperkenakan kau singgah sejenak dalam halaman rumahku ... maukah kau suatu saat kembali lagi kesini.
Bersenandung dibawah hamparan mega, dikaki langit kita berteduh, menari bersama rinai hujan , tertawa dalam pekat malam.
Sampai saat itu singgah ... jangan hapus aku dari anganmu.
RUMAH POHON
07 Juli 2010
07.00 Wib
**dari blog sebelah
Jauhnya sebuah perjalanan yang akan kau tempuh akan sangat berarti jika yang terbawa bersamamu adalah sebuah ketulusan.
Layaknya sebuah aliran sungai yang tulus menyelami dasar batu dan terus menyusupkan anganya hingga ia bertemu dengan lautnya.
Maka yang kuinginkan tak lebih dari seikat ketulusan, sekotak senyum dan selusin pelukanmu, apakah cukup untuk menjawab pertanyaanmu dihari lalu...
Dan perlahan tapi pasti kuperkenakan kau singgah sejenak dalam halaman rumahku ... maukah kau suatu saat kembali lagi kesini.
Bersenandung dibawah hamparan mega, dikaki langit kita berteduh, menari bersama rinai hujan , tertawa dalam pekat malam.
Sampai saat itu singgah ... jangan hapus aku dari anganmu.
RUMAH POHON
07 Juli 2010
07.00 Wib
**dari blog sebelah
KEPADA LALU
Lalu bercerita padaku tentang indahnya kepakan manyar, sejurus kemudian aku berkata itu terlalu indah untuk kugapai, kepakan itu selalu menjauh berarak bersama awan tak terbatas angan hingga tertinggal aku disini dalam sepi.
Kemudian lalu menceritakan sebuah pantai yang menghanyutkan mimpi, aku hanya sanggup menceritakan gundah yang kurasakan ketika menunggu airnya tiba membasuh taman hatiku yang mulai kerontang menahan rindu.
Lalu kemudian menoleh pada kini dan bertanya apa indahnya pelangi, aku hanya tersenyum dan mengandeng tanganya sambil menanti senja bergulir bersama bayu.
Ah kau tau kini mengapa ak mengapit mesra pelangi itu ... ya karena dia nyata, dia yang mendekapku dalam sepi, dia yang menyemai impianku yang hampir kularung dalam lautan keputusasaan dan kini biarkan aku bahagia.
Lalu mengangguk dan meninggalkanku dalam tawa.
RUMAH POHON
17 JULI 2010
06.00 WIB
**Untuk lalu yang memberikan ak kenangan akan indahnya kepakan manyar dan damainya bibir pantai terimakasih tak terhingga terucap.
menyelamatkan asetku dari para facebooker
Kemudian lalu menceritakan sebuah pantai yang menghanyutkan mimpi, aku hanya sanggup menceritakan gundah yang kurasakan ketika menunggu airnya tiba membasuh taman hatiku yang mulai kerontang menahan rindu.
Lalu kemudian menoleh pada kini dan bertanya apa indahnya pelangi, aku hanya tersenyum dan mengandeng tanganya sambil menanti senja bergulir bersama bayu.
Ah kau tau kini mengapa ak mengapit mesra pelangi itu ... ya karena dia nyata, dia yang mendekapku dalam sepi, dia yang menyemai impianku yang hampir kularung dalam lautan keputusasaan dan kini biarkan aku bahagia.
Lalu mengangguk dan meninggalkanku dalam tawa.
RUMAH POHON
17 JULI 2010
06.00 WIB
**Untuk lalu yang memberikan ak kenangan akan indahnya kepakan manyar dan damainya bibir pantai terimakasih tak terhingga terucap.
menyelamatkan asetku dari para facebooker
KEPADA KINI
Rebahlah sebuah harapan, saatnya kau berjalan sedikit pelan agar seirama kembali nafasmu dengan detak jantungmu.
Megahlah kau mimpi dalam sebuah taman yang akan berwujud nyata mengiringi langkah kecilku yang kerap terseok oleh kerikil namun tak menghentikan niatku tuk melaju.
Berkembanglah wahai hati serupa kuncup dipagi berkecubung embun senantiasa menyelimuti tangkai hatiku dalam dekap kepercayaan.
Menjaga sebuah bara harapan dipadang kasih dan dilautan kepercayaan sangatlah susah kulakukan, namun jika ketulusan mampu mengeratkan sendiku pada pijakan keyakinan maka ketetapan hati ini sesungguhnya sudah tercipta sejak mulai kau masuk dalam taman hatiku dan jangan pernah kau tanyakan lagi alasan aku memilihmu.
RUMAH POHON
18 JULI 2010
06.00 WIB
** pegang tanganku jika kau masih meragukanku, kepada kini kan kuyakinkan kita saling mendewasakan.
Megahlah kau mimpi dalam sebuah taman yang akan berwujud nyata mengiringi langkah kecilku yang kerap terseok oleh kerikil namun tak menghentikan niatku tuk melaju.
Berkembanglah wahai hati serupa kuncup dipagi berkecubung embun senantiasa menyelimuti tangkai hatiku dalam dekap kepercayaan.
Menjaga sebuah bara harapan dipadang kasih dan dilautan kepercayaan sangatlah susah kulakukan, namun jika ketulusan mampu mengeratkan sendiku pada pijakan keyakinan maka ketetapan hati ini sesungguhnya sudah tercipta sejak mulai kau masuk dalam taman hatiku dan jangan pernah kau tanyakan lagi alasan aku memilihmu.
RUMAH POHON
18 JULI 2010
06.00 WIB
** pegang tanganku jika kau masih meragukanku, kepada kini kan kuyakinkan kita saling mendewasakan.
Jumat, 30 Juli 2010
RENTAN WAKTU
Aku yang ingin berjalan dan dia berlari
Agar kami menjadi sejajar tak lagi berbeda
Hanya karena kumpulan kata
Yang terkadang menjadi duri
Aku yang ingin memuda dan diamenua
Agar kami berada pada masa yang sama
Tanpa ada yang mempermasalahkan waktu
Yang telah terjalani sebelum bertemu
Sejatinya usia hanyalah sebuah angka yang berjejer
Rapi, Manis dan akan tetap sama
Hingga tahun mengubahnya
Dan kitapun ikut bergeser
Maka tak patut rasanya ingin bergulir
Biarlah kami menikmati rentan waktu ini
Yang akan mendewasakan kami
Tanpa kami harus menoleh ke lampau
Hanya untuk menyamakan usia
Kurasa itu sia sia
RUMAH POHON
30 JULI 2010
17.00 WIB
Agar kami menjadi sejajar tak lagi berbeda
Hanya karena kumpulan kata
Yang terkadang menjadi duri
Aku yang ingin memuda dan diamenua
Agar kami berada pada masa yang sama
Tanpa ada yang mempermasalahkan waktu
Yang telah terjalani sebelum bertemu
Sejatinya usia hanyalah sebuah angka yang berjejer
Rapi, Manis dan akan tetap sama
Hingga tahun mengubahnya
Dan kitapun ikut bergeser
Maka tak patut rasanya ingin bergulir
Biarlah kami menikmati rentan waktu ini
Yang akan mendewasakan kami
Tanpa kami harus menoleh ke lampau
Hanya untuk menyamakan usia
Kurasa itu sia sia
RUMAH POHON
30 JULI 2010
17.00 WIB
Kamis, 29 Juli 2010
Masih (Akasia Randu Jati)
Masih saja ....
Cerita lalu tak kunjung berlalu
Masih saja bercerita tentang kau
Yang sudah menjadi abu
Di rumah duka terakhirmu
Tak seperti biasanya kau datang membawa sebuah kotak
Merupakan ikatan yang tak berjarak
Yang mampu menghentikan detik
Ketika waktu akan berdetak
Aku masih menginggatmu samar
Dalam ingatan yang terbujur
Antara sebuah ilusi dengan sadar
Dan membuatku nampak gusar
Akhirnya aku mengerti makna kembalimu
Kau hanya ingin mengantarkan restu
Untukku yang kembali mengecap manis madu
Agar terlepas dari bayang lalu
Kau datang dengan bait senyum
Dalam mimpi semalam kau sempat mencium
Mengucapkan sebuah salam
"akhirnya lembayungku tak melambai sendiri
dalam senja yang bertemaram"
Terima kasih untukmu akasia
Yang setia memberiku asa
Ditengah sebuah rasa putus asa
Aku menyayangimu akasia
Rumah Pohon
29 JULI 2010
17.00 WIB
** Dan kan mewangi sepajang masa
sebuah kasih yang tulus
layaknya sebuah sungai yang setia mengaliri pinggirnya
meskipun titik airnya tak pernah mencapai dasar pohon yang ia maksud
Rabu, 28 Juli 2010
Warna Yang Hilang Dalam Pelangi
Membentang luas sebuah hamparan keceriaan akan sebuah senyum
Yang tak hentinya ditawarkan laksana permadani langit
Yang tak pernah habis membagi cerita indahnya bumi
: BIRU
Teruntai turun tirai malam mengayomi sebuah mimpi
Tetap bersinar walau kejora bersembunyi
Dan merupakan simbol malam menghiasi redupnya gulita
: HITAM
Menyala sebuah semangat yang tak pernah pupus
Diterjang ombak keputusasaan, ibarat sebuah fajar pagi
Yang tak pernah lelah membagi kehagatannya
: MERAH
Gulana yang terpancar menjelang senja hadir karena perpisahan
Adalah sejatinya sebuah proses pendewasaan diri melawan kerasnya hati
Maka biarkan saja senja membelajarinya
: KUNING
Kau yang membiru bersama waktu
Dia yang menghitam tanpa legam
Dia yang memerah karena darah
Dan aku yang menguning menjadi kemuning
adalah satu kesatuan
Dan kami dipersatukan dalam cawan pelangi
Ah bukankah pelangi tak ada warna hitam???
Kemana hilangnya si hitam itu ??
Ah dia tidak hilang
dia masih disini dekat sekali dengan jantungku
Ia menaungi birunya langit ketika malam menjamahnya
Ia mengantarkan merahnya fajar untuk menyisingkan sinarnya
dan segera setelahnya dia menjembut senja untuk mengajaknya bercinta
maka haruskah dipertanyakan lagi kemana dia ???
Jika ia sudah memberikan arti dalam hidupku .....
Pelangi itu sudah cukup indah, meski tanpa ada warna hitam
karena hitam itu telah melengkapi hidupku yang terlalu putih
Rumah Pohon
29 JULI 2010
10.30 WIB
** Untuk hitam yang selalu kupertanyaankan keberadannya
aku baru menyadarinya sekarang
dia ada dihatiku, tak pernah beranjak sedikitpun
maaf .....
Sabtu, 24 Juli 2010
GULANA
Gulana yang tak tersampaikan oleh kelunya kecap pada bentangan malam menjadikanku seperti hilang arah hari ini.
Tak nampak pijar kejora yang seringkali menuntunku dalam gelap, tak kurasakan sepoi yang mampu membuatku damai ketika asap sesak menyumbat dadaku.
Gulana masih pekat menggantung didasar pagi,mengayuh hari bersama mentari, berkelana mencari ekspresi melepaskan diri agar tak menyekat malamku
Aku yang masih berserakan gulana, mencoba mengumpulkan serakanya agar tak mengotori siapapun tak jua kau, walau ak tak mampu membersihkanya sendiri namun percayalah bukan niatku mengotorinya.
Dalam kelemahan gulana aku berkata aku sedang merintih ... tolong
Rumah pohon
25 Juli 2010
12.00 wib
*Ditengah kacaunya pikiranku
Kamis, 01 Juli 2010
Demi
Demi sebuah kenangan
Yang mengkabut dalam ingatan akan sebuah masa, dan mulai mengembun bersama cerah hari ini.
Demi sebuah rasa yang pernah terapung, terhempas dan tersesat dalam pusarannya maka akan kutenggelamkan semua bara yang masih menyala agar aku bisa kembali mencium uarmu
Demi sebuah janggal yang menindih hidup manakala sepi menyergap
Dan demi segala bentuk abnormal yang terangkai membentuk pribadi yang berbeda , maka ijinkan ak meneguk manisnya sebuah garam,asinya sebuah gula kemudian tatkala semuanya menjadi jelas aku akan kembali lagi seperti semula.
Rumah pohon
2 JULI 2010
08.00 wib
Rabu, 09 Juni 2010
Pintaku
Hai kutilangku
apa beritamu hari ini
kubelum mendengar celotehmu dipinggir jendela
atau mungkin kau terlalu lelah untuk menyambut hari
setelah tadi malam kau mengerus semua sakit didada
Aku ingin melagu bersama kepakanmu
namun aku takut kau belum mampu mengerakan sayapmu
aku sangat mengerti rasa sakit yang menyelubungi hati
membungkus luka layaknya sebungkus nasi
hey kutilangku ...
kau tau akupun limbung
melihatmu enggan melayang
menjauhi awang awang
bukankah kau masih ingin melintasi birunya langit ???
lantas mengapa kini kau memucat
Pintaku satu
kepakan segera sayapmu
menembus awan biru
menjamah indah pelangi
dipenghujung senja bersama asmaradhana
Rumah Pohon
10 juni 2010
08.46 wib
** maaf menyapamu dalam rumah lain
Rabu, 02 Juni 2010
Surat Untuk Manyar
Kepada
Yang terindah dari segala yang indah
Manyar kesayanganku
Kemarin sore aku masih bercerita mengenai sepak terjangmu melintasi jagat raya, riuh mendendangkan lagu lagu yang sering kau dendangkan kala bintang hendak menyelimuti mimpiku dan aku tak ingin semua itu berlalu. Namun hari ini entah yang terlintas dalam kelopak mataku adalah kepakan sayapmu yang mulai nyata menjauh, atau itu hanya sebuah ilusiku karena terlalu merindukan sepenggal kisah lalu. Andai kau tau betapa beratnya menyimpan sebuah rindu, terlalu menyesak dada menghimpit pembuluh darahku dan hampir tak bisa mengeja dengan jelas nama yang tertera dalam buku. Manyarku maafkan aku dan akan terus kusesali sebuah sikap yang membuatmu mungkin lebih jauh mengepakan sayapmu setelah aku memohon tinggal sejenak dibumi dan kau setuju.
Maka akan kulantunkan sebuah bait yang kuharap mampu menahan gejolak rasa bersalahku :
MANYARKU
riuhnya dendangmu mampu meluruhkan segenap resah yang mengalri tanpa pernah bisa kuhentikan, manakala aku didera sebuah rindu. indahnya tarian kepak sayapmu mampu menghentikan amarah yang tanpa kutahu selalu mencuat ketika kau beriring dengan kepakan yang lain dan aku tau itu cemburu. Sekiranya aku yang sederhana ini boleh memilih maka aku akan memilih untuk tetap melihatmu bebas mengelilingi dunia agar kau temukan bahagiamu, namun satu yang kupinta maukah kau meninggalkan satu jejak untuk dapat kucumbui ketika senja meremang menghapus surya dikegelapan.
Terimakasih untuk kepakan terindah yang pernah kau ajarkan padaku walau sejatinya aku takkan pernah menjadi seperti manyar, seikhlasnya sebuah hati yang tenang dalam arung danau yang biru aku berharap kepakanmu mampu membuatmu menemukan bahagia.
Dari
Merpati Mungil
Yang sampai saat ini belum bisa mengepakan sayapnya
Salam rindu terhangat untukmu yang tetap setia bernaung dalam mimpi indahku
Rumah Pohon
3 Mei 2010
11.45 wib
From the bottom of my heart
Selasa, 01 Juni 2010
Pelataran Hati
Seingatku tanpa sepengetahuanmu
Pelataran hatiku kemarin baru kusapu
Tapi mengapa hari ini sudah berserakkan rindu
Dan pelataran hatiku makin berdebu
Manakala badai gelisah merontokkan daunkku
Mengumpulka keringnya ranting ranting sendu
Adalah aku sebuah pohon cinta yang rindang itu
Telah menancapkan akar hatinya menembus cadas batu
Siap mengalirkan sebuah air kehidupan dari jernihnya danau
Menumbuhkan cinta serupa daun hijau
Berevaporasi melahirkan manik embun berkilau
Kan menghiasi tiap pagiku dengan sejuta lagu syahdu
Tanpa pernah kusadari pelataran hatiku telah merindang serupa pohon randu
Siap untuk mengelopakkan sebuah mahkota mahkota indah yang tertutup kabut kelabu
Bersemi bersama hembus sang bayu
Menabur sebuah RINDU
Rumah Pohon
1 Juni 2010
15.00 wib
Pelataran hatiku kemarin baru kusapu
Tapi mengapa hari ini sudah berserakkan rindu
Dan pelataran hatiku makin berdebu
Manakala badai gelisah merontokkan daunkku
Mengumpulka keringnya ranting ranting sendu
Adalah aku sebuah pohon cinta yang rindang itu
Telah menancapkan akar hatinya menembus cadas batu
Siap mengalirkan sebuah air kehidupan dari jernihnya danau
Menumbuhkan cinta serupa daun hijau
Berevaporasi melahirkan manik embun berkilau
Kan menghiasi tiap pagiku dengan sejuta lagu syahdu
Tanpa pernah kusadari pelataran hatiku telah merindang serupa pohon randu
Siap untuk mengelopakkan sebuah mahkota mahkota indah yang tertutup kabut kelabu
Bersemi bersama hembus sang bayu
Menabur sebuah RINDU
Rumah Pohon
1 Juni 2010
15.00 wib
Minggu, 30 Mei 2010
Selamat Pagi
Pagi datang dengan kemayu
Memeluk bumi dengan merdu
Suaka menyambutnya melagu
Berbagi bersama sebuah sendu
Kenari mengepakan sayap memutari halaman rumah
Menyapa tiap penduduk dengan ramah tamah
Bersenadung ria walaupun dia kehilangan arah
Tak pernah kulihat dia sedikitpun lelah
Jagung dihalaman tumbuh berseri
Pun padi disawah tampak tertunduk damai
Mewakili sebuah hati yang sedang bersemi
Menandakan sebuah kecambah cinta telah hadir bergemulai
Pagi datang bersama sebuah rindu
Pagut sepi melawat sebuah lagu galau
Tersenyumlah wahai semesta
Karena pagi ini sungguh ceria
Selamat pagi dunia
Pagi indonesia
Pagi margasatwa
Ijinkan kami menyenandungkan sebuah lagu suara hati yang tengan bergembira
Menyambut sebuah kasih Tuhan yang tiada pernah habis dibagi
Rumah Pohon
31 mei 2010
05.00 wib
Aku dan Kaleng Rombeng
Kerontang...
Begitulah bunyi
Uh berisik sekali ditelingga
Terkadang mampir rasa risih
Bentuknya usang
Warnanya sudah luntur penuh dengan warna karat
Wadahnya sudah penyok tergerus badan jalan raya
Kaleng kaleng rombeng
Kemana akhir tujuanmu
Terbuang dionggokan sampah
Atau kadang harus dilebur lagi bersama sirombeng lainnya
Aih kasihan sekali kau ....
Bagaimana jika aku membuatkan kau lebih berharga
Bagaimana jika aku mendaur ulang tubuh pentokmu
Menjadi bermacam macam aneka kreasi
Maukah kau menerima ajakanku
Kuharap kau mau karena dengan demikian aku masih tidak kau cap sebagai manusia yang tak tau diri
Habis manis sepah dibuang
Aku tahu kau pasti menangis manakala tubuhmu menyumbat saluran air sehingga mengakibatkan banjir
Aku mengerti kesahmu yang tak sempat terucap ketika karat mengerogoti tubuhmu di tumpukan sampah
Aku mengetahui deritamu harus terlindas ban ban mobil dijalanan, mengelinding tak jelas membuatmu tak rupa kaleng
Setidaknya ijinkan aku mempercantikmu lagi
Sehingga kau tak merasa percuma untuk diciptakan
Karena memang tak ada yang percuma didunia ini
Semuanya pasti berguna
Begitupun denganmu walau hanya kaleng rombeng
Yuuuuk ikut aku
Kita mencari saudaramu yang lain
Kita bersihkan sudut lainnya dengan perlahan sehingga tak bunyi kelontang lagi
Dan kelak berubah menjadi sebuah kreasi kaleng indah
Tegakkan kepalamu
Waktumu kan tiba
Tak lama lagi
Tunggu saja
Rumah Pohon
30 mei 2010
16.00 wib
Sabtu, 29 Mei 2010
Antara Kau yang berkacamata, dan Kutilangku Dalam Dekap Senja
1/
Kau dan senja adalah rangkaian cerita yang indah untuk tetap kualunkan dalam nada nada citaku meski aliran airmu tak lagi mengairi taman hatiku, namun tak kau lihatkah jejak mata airmu mampu menumbuhkan sebentuk akar cinta yang sanggup menembus sebuah cadas.
2/
Kau dan kacamatamu adalah sebuah kekhasanmu yang tampil dengan sederhana, sesederhana nyanyian perdu yang pernah kau yakini akan mempertemukan kita dipadang savana meski kutahu itu sulit kugapai.
3/
Kau dan kutilangku adalah sosok yang berbeda namun mampu memberiku selarik pelangi semangat yang terus menumbuhkan bunga bunga harapan ditaman mimpiku
Kau yang berkacamata dengan kutilangku adalah satu kesatuan, Senja terlampau indah untuk dapat memisahkan kita bertiga. Kau dengan kacamatamu selalu bercerita tentang senjamu yang riuh oleh kepakan manyak sehingga menciptakan jingga smaradhana, sedangkutilangku selalu berceloth tentang senja yang rebah dipundaknya dengan gelayut biru yang membara anggun.
Hey kalian, adalah senjaku.
Jangan pernah menghilang sebelum kusapa kalian dalam teduhnya mata surnya yang hendak berganti senyum bulan.
Kalian yang sama sama penikmat senja ajarilah aku untuk merangkai hari bahagia dihadapan senja yang selalu membuat kalian nampak sempurna.
Sekalipun senja kita tak pernah sama tapi bolehkan aku meminjam istilah senja kalian untuk kunikmati sejenak hari ini ?
Ayolah jangan pelit
Kau tidakkkah kau ingin membagi senjamu itu yang dulu pernah kita nikmati berdua dibawah akasia
Dan kutilangku aku takkan meminta senjamu yang rebah tapi ijinkan senja itu aku pinjam untuk membantu melupakan sosok kabut semalam
Jangan pelit ya
Rumah Pohon
30 mei 2010
17.00 wib
Kau dan senja adalah rangkaian cerita yang indah untuk tetap kualunkan dalam nada nada citaku meski aliran airmu tak lagi mengairi taman hatiku, namun tak kau lihatkah jejak mata airmu mampu menumbuhkan sebentuk akar cinta yang sanggup menembus sebuah cadas.
2/
Kau dan kacamatamu adalah sebuah kekhasanmu yang tampil dengan sederhana, sesederhana nyanyian perdu yang pernah kau yakini akan mempertemukan kita dipadang savana meski kutahu itu sulit kugapai.
3/
Kau dan kutilangku adalah sosok yang berbeda namun mampu memberiku selarik pelangi semangat yang terus menumbuhkan bunga bunga harapan ditaman mimpiku
Kau yang berkacamata dengan kutilangku adalah satu kesatuan, Senja terlampau indah untuk dapat memisahkan kita bertiga. Kau dengan kacamatamu selalu bercerita tentang senjamu yang riuh oleh kepakan manyak sehingga menciptakan jingga smaradhana, sedangkutilangku selalu berceloth tentang senja yang rebah dipundaknya dengan gelayut biru yang membara anggun.
Hey kalian, adalah senjaku.
Jangan pernah menghilang sebelum kusapa kalian dalam teduhnya mata surnya yang hendak berganti senyum bulan.
Kalian yang sama sama penikmat senja ajarilah aku untuk merangkai hari bahagia dihadapan senja yang selalu membuat kalian nampak sempurna.
Sekalipun senja kita tak pernah sama tapi bolehkan aku meminjam istilah senja kalian untuk kunikmati sejenak hari ini ?
Ayolah jangan pelit
Kau tidakkkah kau ingin membagi senjamu itu yang dulu pernah kita nikmati berdua dibawah akasia
Dan kutilangku aku takkan meminta senjamu yang rebah tapi ijinkan senja itu aku pinjam untuk membantu melupakan sosok kabut semalam
Jangan pelit ya
Rumah Pohon
30 mei 2010
17.00 wib
Jumat, 28 Mei 2010
Kopi Mimpi
Hitam ...
Mengentalkan rindu
Memekatkan sebuah rasa
Merasuk dalam sukma
Menjalar meracuni aliran nadiku
Wangi ...
Membumbungkan damai
Menidurkan gelisah
Menyapu ampas kesah
Menerbitkan segenap barisan mimpi
Pahit ...
Menetralkan luka
Membungkus duka
Mengobati hati yang patah
Merangkai sebuah petuah
Aku mengingatmu dengan cara yang berbeda
Cara dimana mungkin tak pernah aku duga
Aku mengingatmu dengan secangkir kopi pahit
Kopi yang meracuniku untuk terus menegaknya dalam mulut
Itulah caraku mengenangmu
Dalam balutan sebuah aroma
Mampu membunuh sebuah rindu
Mampu menuntaskan penantian rasa
Adalah pekat
pahit
hangat
tanpa sekat
hanya pagut
: kopi mimpi
Sejenak melupakanmu
Dengan kopiku .
Rumah Pohon
29 mei 2010
06.00 wib
Mengentalkan rindu
Memekatkan sebuah rasa
Merasuk dalam sukma
Menjalar meracuni aliran nadiku
Wangi ...
Membumbungkan damai
Menidurkan gelisah
Menyapu ampas kesah
Menerbitkan segenap barisan mimpi
Pahit ...
Menetralkan luka
Membungkus duka
Mengobati hati yang patah
Merangkai sebuah petuah
Aku mengingatmu dengan cara yang berbeda
Cara dimana mungkin tak pernah aku duga
Aku mengingatmu dengan secangkir kopi pahit
Kopi yang meracuniku untuk terus menegaknya dalam mulut
Itulah caraku mengenangmu
Dalam balutan sebuah aroma
Mampu membunuh sebuah rindu
Mampu menuntaskan penantian rasa
Adalah pekat
pahit
hangat
tanpa sekat
hanya pagut
: kopi mimpi
Sejenak melupakanmu
Dengan kopiku .
Rumah Pohon
29 mei 2010
06.00 wib
Kamis, 27 Mei 2010
Indahnya Gunung Angkuh Itu
Aku memandang beliau seperti sebuah gunung agung
Tegak tinggi menjulang terbalut kabut dingin dan angkuh
Ya keangkuhan yang terlihat nyata diretinaku
Beliau yang tak pernah berkata rindu meskipun pada kenyataan beliau terlampau risih mengatakan sebait kata rindu kepadaku
Beliau yang hampir tak pernah ada dalam album kenangan keluarga karena sibuk untuk menepatkan kami sebagai yang utama
Beliau adalah seseorang yang akan dengan mudahnya memaafkan kesalahan kami tapi tidak dengan kesalahannya sendiri
Beliau yang kupandang angkuh dan dingin sedingin gunung es ternyata jauh lebih lembut daripada hembus angin yang bersahabat dengan pinus dan menciptakan melodi bersimphoni
Beliau yang jarang mengeluh mengenai segala resah ternyata menyimpan gulana dipadang hati, tapi tetap sejuk yang terasa didekatnya tak pernah kurasa badai
Beliau dengan sorot mata tajamnya menyimpan segala kehangatan mentari yang mampu membuat semua alam berseri ketika pagi bersemi
Ya beliau adalah ayahku
Gunung angkuh itu ternyata seorang yang berada dekat disampingku ketika aku sakit tanpa pernah berkata satu patah kata
Ah kini kusadari bahkan sebuah gunung punya sebuah sisi kelembutan, begitu pula dengan beliau yang ternyata seorang manusia yang memiliki rasa, cinta dan sayang
Akhirnya kini aku bisa melihat keberadaan gunung angkuh didepanku dengan sebuah keindahan, layaknya sebuah danau yang jernih yang dipenuhi angsa berenang menyelami sebuah indah.
Akhirnya ....
Keindahanku semakin lengkap
Rumah Pohon
28 mei 2010
07.30 wib
** ayah adalah sosok istimewa dalam kehidupan seorang anak dalam perjalanan hidupnya
Bait Puisi Yang Terangkai Bersama Sahabat
Ketika rindu terhalang oleh sekat bernama jarak
Maka hanya kepada angin ku sampaikan desahku
Kepada bintang kutitipkan sebuah pijar doa
Kepada air kuiringkan kesejukan pelepas dahagamu
Dan kepada ilalang kunyatakan kegelisahanku yang mendalam menahan sebuah pertemuan
Karena aku takkan mungkin menyampaikannya kepada siapapun juga mengenai resah ini
terutama padamu yang begitu rapuh
Maka jangan katakan Rindu sayang
Cukupkanlah alam yang akan menyampaikan semua gulanamu
Percayalah dia akan menyampaikan dengan cara yang tepat.
Pandanglah Senja disana hati kita bertaut layaknya sepasang kekasih yang dimabuk smaradhana.
Senjaku tak kan pernah sama lagi.. begitu pula pagi, malam dan siangku..
meskipun waktu yang mengalir hanya sebuah perulangan masa
entah kenapa, sajakmu membuat aku menitikkan tangis
kau tidak akan meninggalkan aku sendirian kan?
Karena butir air itupun telah menete dari balik mataku pula
Kau tau itu artinya hati dekat sayang
Maka tak usah kau cemaskan apapun
Karena aku akan selalu menemui dalam jingganya senja
Merah membara menahan rindu...
Bilur penat akan berubah menjadi sebuah damai
Percayalah
Senja takkan pernah sama tapi jingganya, merahnya, magenta yang tersembul akan selalu mencerminkan satu rasa
Dan rasa itulah yang akan tetap sama sampai waktu mempertemukan kita
Dibatas sebuah penantian
Begitulah takdir kita mungkin
Ingat pertama kali kita berceloteh tentang hujan?
dulu aku berteriak, aku benci hujan!!
dan kau berkata hujan itu indah sayang..
barangkali itulah adanya kita..
bersebrangan dalam banyak hal namun sejatinya kita erat menggenggam satu dan lain nya..
berpuluh malam ku keluhkan rindu yang sama untuk merpati
dan kau hanya tersenyum dan berkata nikmatilah..
maka ku nikmati deraan rindu itu dimalam sepiku
kapan kiranya aku bisa bertemu dgn mu?
Kutilangku
Sebuah pertemuan sejatinya hanyalah sebuah simbolis
Yang utama adalah keterkaitan hati kita
Kau ingat aku tak pernah suka terhadap elangmu... See More
Tapi aku tak pernah membuatmu terkekang dalam sebuah sangkar nasehat
Nasehat bukan sebagai sangkar
Nasehat adalah sebuah ikatan tanpa tali yang bisa kau pegang atau kau lepas sesuka hatimu berkata
Ingatkah kau ketika aku berkata bahwa hujan indah
Karena aku ingin kau tak larut dalam sedih
Aku tak rela jika kau harus menitikkan butir yang aku benci
Ingatkah itu semua
Maka akan hilang gundahmu
Biarkan waktu yang menentukan pertemuan untuk kita
Detik yang menjalin ke menit dan menit yang memintal menjadi jam kemudian jam berubah hari
Nikmati perjalanan waktu itu
Dan kau akan tersenyum
Elang dimataku tetap elang yang akan selalu menetap meski kepak sayapnya menjauh..
elang yang tak kan pernah bisa ku lenyapkan meskipun terkadang aku ingin melepasnya pergi
melihat ia bebas dalam petualangan nya telah cukup bagiku meski untuk itu aku harus sekarat menekan rindu..
ah, aku tak kan lgi menyoal elang jika kau tak ijinkan.....
dan aku tau pasti, meskipun aku diam.. hatiku tetap akan bernyanyi tentangnya
menyebalkan ya?
aku mengerti, kau lebih peduli meski kadang dalam bisumu mengkhawatirkan aku
maaf, membuatmu sedih melihat bening air yang tak sempat ku susutkan dgn sapu tangan biru yang kau berikan
Kau memiliki elang dengan biru matanya
Sedang aku justru meridukan sorot mata elangku yang terbang entah kemana
Yang pasti hanya dia dan kepakan sayapnya yang sanggup meredam desakan emosi rindu
Aku diam bukan berati tak pduli...
Aku diam lebih karena aku tak ingin menjadikan bimbang bagimu
Kau sudah terlampau resah olehnya
Aku yang luka
Kau yang cantik
Dia yang Nyata
: satu cinta
Aku menerima
Kau yang diterima
Dia yang menjauh
: beda
Satu cinta dengan hati yang berbeda
Ah, ternyata cinta..
cinta aku
cinta kamu
cinta dia...
:cuma cinta cuma2
benarkah dia cinta?
benarkah aku diterima?
:tak harus ku tau jawabnya
cukuplah dia tau
cukuplah kau mengerti
cukuplah ku pahami
Kau bersama angin
Menjelajahi bumi
Bertebaran tak hingga
Mendewasanku
... See More
Jangan sudahi kisah ini
Jangan berakhir sekarang
Aku masih ingin mendengar ceritamu
Maka jangan pernah berfikir kau sendiri karena aku selalu rindu akan kicaumu dihari rabu pagi
Belum berakhir sayang..
belum mampu keselesaikan catatanku tentang elang,
belum ku selesaikan dongeng yang kemarin ku tulis di lembaran kertas dgn tinta berwarna hijau
bisa kau bantu aku menyelesaikan nya??...
tiba2 aku merasa benci.. kenapa setiap hal tentang dia menjadi begitu penting???
harus menjadi sempurna tanpa cela..
meskipun aku tau, dia tak butuh semua pujianku
sebab dibalik semua kehebatannya.. dia tetap dia yang apa adanya
Dan kita semakin tetap disini
Menanti elang itu datang
Aku akan membantumu menuntasakan satu episode
Hanya untukmu bukan dia ......
Tak ada yang sempurna tanpa didahului cela
maka jadikan luka itu sebuah cela dahulu
Untukmu menjadi sempurna
Sahabatku, Kutilangku, Adikku
Kisah ini takkan pernah berakhir sejatinya
Karena selama kaki kita mampu melangkah
Mulut kita mampu berkata
Maka takkan habis untuk dibagi sebuah cerita
Suka dan duka apapun itu akan terasa indah
Dan aku tetap disini meski kita tak berjabat tangan
Kusudahi perbincangan ini kawan
Bersua kembali dalam lain cerita
Kuharap kau takpernah berlalu bersama kala
Rumah Pohon
27 Mei 2010
12.00 wib
SeBUAH puisi yang spontan terjadi antara aku dan sahabat kecilku
sahabat yang sejatinya tak pernah kusentuh
Tak pernah bertatap muka ataupun berjabat tangan
Tapi sesungguhnya hati kita saling terpaut.
Untuk segenap rindu yang tertumpah pada cawan hati.
Rabu, 26 Mei 2010
Surat Cinta Yang Tlah Usang
Kepada :
Yang Terlembut diantara lembutnya angin yang bertiup
Menjelang sore yang indah, ketika guyur hujan mulai reda dan bau tanah basah tercium dari halaman
Tiba tiba kurindukan dirimu, sosok wajah manis penuh kelembutan yang beberapa hari ini selalu menghiasi langit semestaku. Mewarnai setiap mimpi yang terbangun di setiap ujung malam.
Ku takkan menyalahkan diri, jika pada saat yang tidak sempurna ini kunaifkan diri hanya sekedar untuk menyebut namamu, mengenang setiap sikap manismu, untuk mengulang seribu nayangmu yang takkan pernah henti hadir disini. Aku katakan ... Aku jatuh hati.
Sebagaimana riak sungai yang rajin menyapa bebatuan di sepanjang lembah
Sebagaimana riuhnya nyanyian sekumpulan angsa hutan yang tengah memenuhi telaga karena datangnya musim semi.
Dengan sekedarnya juga ... Ku tuliskan ini untukmu :
CINTA, NAMPAKLAH LEMBUT SAYAP KUPU KUPU ...
SKETSA INDAH, DENGAN RAGAM WARNA
SATU HAL YANG TAK PERNAH TERINGKARI, DALAMNYA SEBUAH KASIH BESARNYA SEBUAH RINDU
CINTA, SEKALIPUN ITU TERENDAM OLEH LUAPAN WAKTU DAN HANYUT DALAM ARUSNYA SEIKHLASNYA KUPATUHI KUHADAPI KUSAYANGI DIRIMU
dari :
Sang bayu yang takkan pernah lelah membelai indahmu
Lantas apa yang harus aku arungkan terhadap kini
Apa lacur jodoh tak berpihak pada kita
Memaksapun takkan mendapati kata damai
Maka sebaiknya pergilah bersama sebait doa
Dan semua memang Usang
Cerita kita
Surat ini
Antara kau dan aku sudah menjadi lalu
Terimakasih atas sketsa indah
Kan kubingkai semuanya dalam hati.
Rumah Pohon
27 mei 2010
06.00 wib
** sebuah surat dari seseorang yang kini tlah mengabur dari hatiku
Untaian Kata
Seseorang Berkata Padaku :
Saat kau dilahirkan kau akan menangis
dan semua disekelilingmu tertawa bahagia
Jalani hidup sedemikian rupa
Sejatinya hidup bukan dihitung dari berapa banyak kita tertawa
Tapi pada apa yang telah kita perbuat sehingga kita menjadi bahagia
Maka pada saatnya ketika disekelilingmu menangis
Hanya kau yang tersenyum bahagia
Ini adalah sebuah siklus
Mulai dari kelahiran, kehidupan dan kematian
Saat kau dilahirkan kau menangis
Karena kau begitu damai berada dalam perut ibu
Indah sekali begitu tenang
Tapi sesudahnya justru kau menangis ketakutan
Terang yang tak kau jumpai selama kau 9 bulan didalam membuatmu takut
Hidup ini adalah sebuah petualangan
Pengembaraan tiada batas
Mencari dan terus mencari
Apa yang dicari terkadang kita sendiri tidak tahu
Yang terasa hanyalah rasa puas ketika sudah menemukannya
Bahagia adalah ungkapan jiwa
Tak bisa dicari tapi gunakan hatimu
dan ia akan menuntunmu menemukan bahagia itu apa
Bahagia ketika kau melihat orang lain bahagia
Bahagia ketika kau mengulurkan tangan pada sesama
dan bahagia ketika alampun kau ajak bergurau
Mati adalah sesuatu yang pasti
Dan membuat kita ketakutan
Yang jelas ketika kita bahagia
Mkaa takkan ada lagi ketakutan akan mati
Dan saat itu ketika orang lain menangisi kematianmu
Maka kau tersenyum bahagia karena kau akan damai disana
Hidup selamanya
Rumah Pohon
26 Mei 2010
15.00 Wib
Cerita Yang Tak Tuntas
Entah ...
Bagaimana akhir daripada tulisan ini
Aku tak tahu
Karena saat ini aku sedang dilanda kebimbangan
Menentukan tema yang akan kujalani
Memilih prolog yang akan kulalui
Semua membuatku diam
Meringsut dalam kesendirian
Entah ...
Susahnya melukiskan keadaan saat ini
Yang ada hanya sisa semangat untuk tetap menulis
Mempersembahkan sedikit yang tertetes dari yang telah menguap
Bersama sinar matahari yang panas menyengat semangat
Entah ...
Rasanya aku ingin tetap diam saja
Tapi ah malu dengan alam jika aku menyerah
Sementara pelangi, senja dan fajar masih setia menemaniku
Malu
Jidat ini mau ditaruh mana
Jika hanya cobaan seperti saja aku menyerah
Tak pantas aku mengeluh layaknya anak kecil
Sementara anak kecil belum tentu mengeluh akan hidupnya
Pengecut !
Eh Bangkit
Bodohnya jika kau kalah sekarang
Karena kemarin kau berteriak kuat
Lawan dia
Lawan penyakitmu
sampai kau benar benar mati
Sampai tanganmu tak bisa menulis
Hingga otakmu menjadi tumpul karena kram
Lawan semua ... Penyakit takkan pernah menang oleh semangat .
Rumah Pohon
26 Mei 2010
12.00 Wib
** Penyakit ?? Kalian tau apa itu penyakit
Jika tahu mungkin ada yang ingin melengkapi kata kataku
Gambar diambil dari ;
http://www.vavai.com/blog/uploads/senjakala.jpeg
Senin, 24 Mei 2010
Cangkir Hati
Hmmm
Cangkir hatiku kembali retak
Setelah sebelumnya kurekat dengan lem kerinduan
Apa makna dari semua ini
Sebelumnya
Cangkir ini selalu hangat
Oleh kopi kepercayaan
ataupun teh ketulusan
oh atau susu cinta
Aku tahu pasti
Karena cangkir ini telah banyak dipenuhi aneka jenis minuman hati
Baru beberapa minggu lalu
Kurasa cangkir itu patah
Iya patah menjadi dua
Setelah kopi kepercayaan yang ada didalamnya dirusak oleh sebuah gula dusta
Manis tapi menimbulkan luka
Aku mencoba mengais ngais retakannya
Kususun lagi dengan lembut
Kurekatkan kembali
Tapi kurasa kali ini takkan berhasil
Karena kau memang tak berniat ntuk memberiku lem rindumu
Dan kini cangkir itu kemabali patah
Biar !
Rumah Pohon
25 mei 2010
06.00 wib
Minggu, 23 Mei 2010
Sebuah Tanya
Jumat, 21 Mei 2010
Makna Dari Sebuah Petualangan
Kadang kita merasa hilang, namun tetap ada dalam sepi
Kita tidak pernah merngerti makna dari sebuah petualangan namun tetap dijalani.
Rasa yang selalu ada dalam perjalanan adalah kekhawatiran tetapi ada juga rasa nyaman.
Lantas apa yang harus kita arungkan dalam nestapa jalan setapak ?
Kita berbagi dalam penderitaan, tetapi juga dari kegemberiaan kita mengenal rasa kasih sayang.
Lintasan haruskah selalu lurus untuk mencari kesempatan dari sebuah rencana ?
A.A sebuah inisial
7 desember 2009
06.00 wib
** puisi ini dikirim oleh seorang sahabat maya saya yang belum pernah saya temui bahkan mendengar suaranya saja saya juga tak sempat, tetapi perhatian yang dia berikan mampu menepis itu semua seolah ingin berkata "aku ada disampingmu jika kau membutuhkanku".
Terimakasih untuk anyaman persahabatan indah ini, terimakasih mau menjadi bagian dari hidupku.
On My West
Rie
Engkau adalah pantaiku
Dengan deburan ombak yang menghantam karang hatiku
Dengan gulungan airmu yang terus mengenangi tepianku
Dan tentu saja dengan birumu engkau menyentuh rasaku
Rie ...
Engkau tetap lautku
Melabuhkan kapal kegundahan
Demarga untuk kesunyian
Merupakan tujuan akhir dari sebuah aliran sungai
Tapi aku hanya buih bagimu
Terombang ambing oleh keganasan ombakmu
Tergulung oleh amuk aliranmu
kau bahkan tak mengerti akan kehadiranku
Bibir pantaimu selalu ingin kucumbu
Tetapi kau selalu menyeretku ketika aku hendak sampai
Tak pernah aku bisa menyentuhmu apalagi menyetubuhimu
Dan walaupun aku menjadi pantainya
Kau takkan pernah mau menjejakkan kakimu dibibirku
Takkan
Takkan pernah
Karena sesungguhnya tak pernah ada buih yang bersatu padu dengan laut kecuali menghilangkan buih itu dan memunculkan buih baru
Mungkin itu artiku bagimu
Rie sosok yang indah
Seindah Pantai yang kupuja
Saat senja menjelang
Kau memang Indah
Sayang bukan untukku
Rumah Pohon
21 mei 2010
19.00 wib
Ketika Hujan Datang
Bau tanah menyeruak diujung hari yang tersiram oleh butir butir kesegaran langit yang mencurahkan peluhnya
Tak terasa mengingatkanku pada peristiwa lalu ketika kita bertemu di Surabaya dan nampak berlari kecil menghindari tetesannya
Kuyub badan kita diantara rinai hujan dan memaksa kita berteduh disatu sudut pertokoaan bungai rampai kana
Mataku mengeryit menatap tulisan tersebut, dan aku bertanya padamu apa maksud bunga rampai kana yang terampang didalam etalase kaca
Tanpa kuduga kau berlari menerbos rintiknya hujak dan memasuki etalse tersebut dan aku hanya bisa berkata kau gila
Semenit berlalu, lima menit terbuang oh aku gelisah menantikanmu, apa yang kau lakukan didalam sana
Lantas kau keluar sambil tersenyum dengan membawa sebuah rangkaian bunga cantik berlabelkan "kana"
Kau berkata "ini untukmu". Serampai bunga cantik untuk wanita yang sedang kasmaran oleh darah asmara
Kau mengulurka tangan mengajakku untuk menikmati guyuran langit, dan aku tentu saja aku akan menyambut uluran tanganmu, kita menari dan tertawa
Ah rasanya baru kemarin aku mengalaminya, tapi aku salah peristiwa itu sudah hampir satu windu dan itu bukan waktu yang singkat untuk sebuah peristiwa
Kini mataku nanar menatap rintikannya, hidungku sombong untuk mengakui aroma harum tanah yang membangkitkan sejuta kenangan akan sebuah rasa
Yang ingin kulakukan kini hanyalah mandi dibawah guyuranya, berharap membasuh dahaga sekaligus meluruhkan segala galau yang mendera
Mungkin dengan tak bersikap munafik aku justru mampu menikmati indahnya air air ini tanpa ada lagi rasa kecewa
Kurasa itu cukup adil, biarlah kau tetap disana aku yakin andai hari ini kau disini kaupun akan mengajaku melantai berdansa
Tidurlah sayang, lelapkan mimpimu dalam barzah ijinkan aku menikmatimu dalam senja dan hujan yang sering membuatmu tertawa bangga
aku hari ini hanya ingin bermain hujan sayang.....
Rumah Pohon
21 mei 2010
13.00 wib
Rabu, 19 Mei 2010
Sepengal Kisah Dalam Secangkir Kopi Cinta
Aku menemukanmu disudut sebuah kedai kopi
Tempat dimana aku menghabiskan sisa soreku bersama kepakan merpati
Seperti biasa cangkirku selalu diisi dengan kopi pekat tak berasa manis
Karena manis selalu membuat gigiku gemeletak menahan ringgis
Aku hanya mampu mengintipmu dibalik novel yang kubaca
Selebihnya kubiarkan waktu bergulir menurunkan senja
Dan kau, kau tak henti menatap cangkir kopiku seakan ngeri melihat hitamnya
Mungkin kau belum pernah menikmati kopi pekat ini sehingga menimbulkan tanya
Sampai satu hari kau duduk dihadapanku dengan membawa mochaccino-mu yang lembut
Aroma moccanya mampu membuat mataku mengalihkan arahnya dari novel faforit
Kau hanya tersenyum melihatku memperlihatkan gigi putihmu yang rapi terawat
Seakan gemas melihat kecuekkanku padahal dalam hati aku menikmati perkenalan yang sangat memikat
Kau yang parlente dengan jas hitam, baju warna pastel dan sepatu ala big boss merupakan sebuah daya tarik
Tapi bukan itu yang kulihat melainkan kau dengan kopimu yang memaksaku mencoba barang setitik
Dan aku dengan mata melotot berpura pura marah tetap saja berusaha menolak
Walau aromanya sudah mencuri indra penciumanya untuk segera menegak
Kau makin mempesonaku manakala kau memperkenalkan nama kopi itu adalah kopi cinta
Kau menjelaskan seksama komposisinya sehingga tercipta rasa cinta
Yaitu senyum tulus, rasa ikhlas dan kepercayaan untuk memulainya
Tanpa sadar akupun meraih cangkir itu dari jemarimu dan menegaknya kemudian menunggu reaksinya
Manis tapi tak membuatku meringgis
Manis dengan racikan pas
Manis dengan aroma berlapis
Dan tentu saja ini fantastis
Ah rupanya aku terlalu terpaku pada kopi pahitku
Sepahit kisah cintaku dimasa lalu
Yang seolah enggan berlalu
Erat mengikatku dalam belenggu
Kau yang membuatku merasakan rasa berbeda
Kau yang merangsangku menumbuhkan cinta
Dan itu bukan fatamorgana
Sebuah cinta yang telah bersemi dari secangkir kopi cinta telah menyatukan dua hati
Dan kini aku bisa berkata bahwa manis itu adalah cinta dan cinta itu kamu dan kamu seperti kopi ini.
Rumah Pohon
20 Mei 2010
12.00 wib
Gambar diambil disni :http://www.google.co.id/images?um=1&hl=en&tbs=isch:1&ei=fuf0S5WeH9S4rAf2tvyvCg&sa=X&oi=spell&resnum=0&ct=result&cd=1&q=GAMBAR+KOPI+MOCHACCINO&spell=1
Cerita Kami Anak Jalanan
Bapak,
kapan saya bisa sekolah lagi
Bertemu teman disekolah tiap pagi
Bercanda sambil meliuk menari
Tak lupa mencari ilmu pasti
Ibu,
Saya ingin menjadi pandai
Sehingga bisa membuatmu lebih santai
Tak perlu berpeluh dalam mencari sesuap nasi
Tak perlu bersusah payah mengais rejeki
Kawan,
Adakah dari kalian yang bernasib sama
Andai tidak masih bolehkah engkau membagi ilmu
Agar saya sedikit menjadi tahu
Siapa tahu kelak saya mendapat kesempatan untuk beda
Ah mengapa saya selalu bermimpi
Sedangkan untuk suap yang dimakan saja kami tak pernah pasti
Bekerja tak kenal waktupun belum mampu menopang hidup secara layak
Apalagi jika saya harus mengenyam sebuah pendidikan bisa morat marit seperti diayak
Belom lagi kami harus siap siaga
Berjibaku dengan kantib kantib kelas satu
Berlomba menghindari dengan lari secepatnya
Agar tak dibawa kedalam jerusi besi yang bau
Sial !!!
Ya saya hanya anak seorang melarat
Yang terjerat sebuah benang kemiskinan
Membuat kami tak henti hentinya untuk mengerat
Asalkan esok kami masih sanggup bertahan
Impian hanya sekedar impian
Akan terkubur bersama waktu
Saatnya kembali ke kenyataan
Dimana waktu takkan pernah tahu, Kami selalu dicerca layaknya benalu.
Dari jalanan kembali ke-jalanan.
Rumah Pohon
20 MEI 2010
09.30 WIB
Minggu, 16 Mei 2010
Memori Sebuah Luka
Terima kasih
Tlah kau torehkan secuil lika
Yang membuatku mengerti apa arti mencintai
Terima kasih
Atas penghianatan yang indah
Sehingga aku menghargai sebuah kesetiaan
Terima kasih
Karena telah menghancurkan semua mimpi mimpi
Membuatku harus bangun dan kembali pada kenyataan
Terima kasih untuk semua
Walau tak indah lagi bagiku
Dimana dahulu senantiasa menyilaukanku
Namun aku takkan pernah menyesalinya
Bukankah hidup seharusnya berjalan takkan pernah sempurna
Sehingga dari situ kau akan menjadi lebih dewasa
Terima kasih
Luka itu cantik
Luka itu anggun
Luka itu elok
dan Luka itu adalah aku
Rumah Pohon
16 Mei 2010
21.00 wib
** haruskah luka membuat airmata kita mengering ???
sudah saatnya luka membuat kita tegar .
Langganan:
Postingan (Atom)